8

38 3 0
                                    

Sudah 4 hari Ryan tidak masuk sekolah. Pak Dadang yang menyadari hal itupun sempat bertanya kepada para sahabat Ryan tentang dimana keberadaan pria itu sekarang. Ia cukup kaget ketika mengetahui kabar bahwa Ryan mengalami kecelakaan, namun para sahabatnya itu tidak menjelaskan bahwa Ryan sempat dipukul orang sebelum mengalami kecelakaan tersebut.

Banyak juga siswi perempuan yang langsung sedih karena merasa kasihan dengan idolanya tersebut. Puluhan chat selalu Ryan terima setiap harinya yang berasal dari para fansnya yang mengucapkan lekas sembuh, dan ingin menjenguknya. Namun Ryan tidak mengijinkan para sahabatnya untuk memberi tahu siapapun tentang dimana ia dirawat. Bukannya sombong. Namun ia lelah kalau para wanita-wanita itu selalu data bergerombolan dan mengganggunya. Yanh ada bukannya cepet sembuh, tapi makin pusing.

"Gas. Tania lihat-lihat, kok Bagas makin ganteng aja sih" Rayu Tania kepada Bagas. Tania ini sebenarnya termasuk salah satu wanita tercantik di Sekolah Bhakti Mulya.

"Iya, Bagas tahu kok" jawab Bagas dengan gaya sok-coolnya.

"Ishh. Yaudah. Kasih tahu gue dong si Ryan tuh dirawat dimana" lanjut Tania lagi sedikit memaksa.

"Sorry ya , Tania. Itu rahasia negara." Jawab Bagas. "Udah, ya. Bagas mau ke kelas dulu" sambungnya lagi.

"Ih! Tai lo, Gas! Asal lo tahu aja ya, lo itu nggak ada ganteng-gantengnya!" Teriak Tania dari kejauhan setelah sepeninggalan Bagas.

Bagas yang mendengar perkataan tersebut hanya tertawa sambil mencibir dalam hati.

Tania hanyalah salah satu contoh nyata dari sekian banyak wanita yang menanyakan dimana Ryan dirawat saat ini.

***

"Hai, Bun" sapa Ryan yang sedang melakukan kegiatan video call bersama Bunda dan Ayahnya yang sesekali muncul.

Terlihat Ryan sedang memegang ponselnya dengan tangan yang sedang ditempeli oleh jarum infus tersebut.

"Ryan! Ya ampun anak bunda! Gimana nak kondisi kamu? Bunda sama Ayah khawatir banget, loh. Enggak sih tapi pokoknya bunda yang lebih khawatir daripada ayah" Tanya Nathalie dengan wajah paniknya. Suaranya setengah teriak, seperti emak-emak rempong.Kebetulan sekarang adalah jam istirahat, sehingga bisa ia gunakan untuk menghubungi putra kesayangannya itu.

"Udah mendingan kok, bun. Paling beberapa hari lagi juga Ryan udah boleh pulang" jawab Ryan enteng.

"Mankanya kamu tuh punya helm ya dipake! Jangan buat gaya-gayaan doang. Sok iye banget jadi anak"

"Ya elah si bunda omongannya udah persis banget kayak Iky. Males ah denger ceramah" jawab Ryan sambil menutup kupingnya. Namun ia hanya bercanda, menggoda bundanya.

"Emang bunda kamu ini bawel banget, Yan. Ayah juga capek dengerinnya. Pengen cepet-cepet pulang aja, mancing ama kamu" sambung Denny, Ayah Ryan. Ia tiba-tiba saja menimbrung setengah muka dengan istrinya itu.

"Hahahaha, emang enak lo. Mankanya buruan sini balik, yah. Betah amat berduaan sama bunda sih di Ausie" jawab Ryan sambil meledek Ayahnya. Memang, Natahlie dan Denni sudah hampir 2 minggu berada di Australia untuk mengurus bisnis.

"Ye! Biarin aja kali, Ryan. Kamu mah sirik aja. Tunggu ya, Bunda sama Ayah lagi proses buat bikin adek baru nih, buat kamu sama Litha, hahahahahahaha" sambung Nathalie tiba-tiba yang sontak membuat Ryan ternganga.

"Hah!? Apa, bun? Udah ah Ryan matiin. Males bunda ngomongnya udah ngaco. Bye bun, yah!" Jawab Ryan sambil mematikan panggipan tersebut dengan sepihak.

Ryan geleng-geleng kebingungan melihat kelakuan kedua orang tuanya yang seperti anak kecil itu.

Saat sedang memainkan ponselnya. Tiba-tiba saja ponselnya berdering tanda ada notifikasi chat masuk. Ryan pun langsung membaca pesan dari sang pengirim.

RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang