"Ra, Rara kenapa left dari group sih?" Tanya Bagas ketika Rara baru saja menjatuhkan badannya di bangku milik Rara.
Pagi ini Bagas dan Iky sudah sampai di kelas untuk menyontek tugas ekonomi milik Diva. Maklum saja, otak mereka yang pas-pasan membuat mereka hanya bisa mengandalkan orang lain untuk dapat mengerjakan tugas.
"Iya, balik jalan sama Ryan kok langsung left sih" tanya Iky juga ikut-ikutan.
"Pasti Ryan yang suruh ya gara-gara dia sirik nggak ada di group itu" tuduh Bagas seenaknya.
"Hih dasar anak kambing emang" sambungnya lagi.
Namun Rara tidak menjawab. Ia hanya memilih diam dan memasang earphonenya untuk mendengarkan musik.
"Dia kenapa?" Tanya Iky selanjutnya, yang diikuti oleh kenaikan bahu milik Bagas, yang artinya tidak tahu.
"Woy para generasi mecinn, yang kebetulan titisannya mbok dyah" Sapa Ryan rusuh ketika memasuki kelas mereka.
Namun Bagas dan Iky hanya mendiamkan lelaki itu. Mereka berdua tampak marah dengan Ryan.
Ryan pun hanya kebingungan melihat kedua sahabatnya menatapnya sisnis, dan satu gadis itu hanya sibuk menundukkan kepalanya dengan sepasang earphone yang terpasang di telinganya.
Ryan pun duduk di sebelah Rara, karena Athan belum datang. Namun Ryan menghadapkan tubuhnya kebelakang, untuk mengobrol dengan Iky dan Bagas.
"Ih, anjing. Ini ada apaan coba ngediemin gue?" Tanya Ryan sambil menyelepet jidat Bagas dengan karet yang entah ia dapatkan dari mana.
"Apaan sih, yan. Balik sana ke asal lo" usir Iky tetap dengan pandangan yang cuek.
"Lo pikir gue setan?" Tanya Ryan lagi sambil menaikkan alisnya.
"Mirip" jawab Iky singkat namun menusuk.
"Kita nggak nyangka sama lo. Cuma gara-gara lo nggak ada di group generasi mecin, masa lo sampe nyuruh Rara left group, sih? Culun." Jelas Bagas kepada Ryan.
Ryan hanya kebingungan dengan pernyataan sahabatnya itu.
"Tau lo, kayak bocah, deh" sambung Iky semakin menggompori.
"Persetan, kurang-kurangin makan mecin gih lo pada. Otak udah pada nggak bener semua" jawab Ryan sambil meneguk air mineralnya itu.
"Mending kalian tanya nih sama cewek di sebelah gue, gue nyuruh dia left group apa enggak" sambung Ryan lagi sambil melepaskan earphone di telinga Rara.
"Duh, Ryan. Apaan sih? Ganggu orang aja" bentak Rara sedikit pelan. Ia masih mencoba menenangkan dirinya sejenak. Ia mencoba memikirkan kesalahannya kemarin.
Dan seingat Rara, ia tidak memencet tombol apapun yang mengeluarkan dirinya dari group tersebut.
Ah, pasti kelakuan Adit. Batinnya.
Lelaki itu mengetahui email dan password line milik Rara.
Rara sudah menduga akan terjadi kejadian seperti ini.
Sebenarnya Rara juga bingung dengan perasaannya sendiri. Rara sayang Adit. Namun terkadang ia merasa lelah dengan segala sikap kasar dan overprotectivenya lelaki itu. Ia tahu lelaki itu sangat menyayanginya. Namun apakah wajar jika lelaki itu selalu bermain tangan hanya karena masalah sepele, dan ia selau melarang Rara bermain dengan siapapun apalagi laki-laki. Sedangkan dirinya kadang sering sibuk dengan urusannya sendiri tanpa Rara boleh mengetahuinya.
Setiap berangkat sekolah, Rara selalu diantar oleh ayahnya. Atau terkadang diantar oleh satpam dirumahnya yang merangkap jadi supirnya jika ayahnya tidak bisa mengantar. Dan setiap pulang sekolah, Adit selalu meminta Rara untuk menunggunya menjemput dirinya. Kadang Rara sampai menunggu berjam-jam di sekolah untuk menunggu Adit datang menjemputnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYAN
Teen FictionHanya ada dua akhir dalam sebuah pertemuan. Kebahagiaan, atau kesedihan? Ryan, seorang lelaki yang tidak sengaja dipertemukan oleh Rara, anak baru disekolahnya. Entah takdir apa yang akan membawa mereka berdua nantinya. N.B Dicerita ini akan banyak...