13

46 3 0
                                    

Setelah tersadar akan perkataan Athan, Ryan langsung meluncurkan motornya kesuatu tempat yang dari tadi sudah memenuhi pikirannya. Entah mengapa ada perasaan yang aneh disekujur tubuhnya. Ia melesatkan motornya dengan kecepatan tinggi. Dalam 20 menit, ia sudah sampai di tempat itu. Ya, ia menuju rumah Rara.

***

"Permisi, Pak. Rara nya ada?" Tanya Ryan kepada satpam yang berjaga dirumah Rara.

"Mas Ryan, ya?" Jawab Satpam itu malah balik bertanya.

"Iya, Pak. Kok bapak bisa tahu nama saya?" jawab Ryan seadanya.

"Kan Mas Ryan pernah dateng kesini waktu itu. Jadi saya hapal, Mas"

"Wah, emang sih pak, karena wajah saya yang tampan ini jadinya gampang dihapal ya" ledek Ryan dengan receh.

"Ngg... sebenernya biasa aja sih, Mas" jawab satpam itu dengan jujur.

Ryan pun hanya menggaruk-garukkan pundak rambutnya yang tidak gatal.

"Mbak Raranya ada di dalam, Mas. Masuk aja" jelas satpam itu sambil membukakan gerbang rumah tersebut.

Ryan pun melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah tersebut. "Makasih ya, Pak".

***

Setelah berhasil masuk ke dalam rumah Rara, kini Ryan dibuat bingung karena tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Ponselnya mati total karena kehabisan baterai, dan ia pun tidak tahu letak kamar Rara. Ia mencoba mencari sosok orang yang membantu dirumah ini, namun tak ia temukan juga.

Niatnya ia ingin kembali kedepan menuju satpam itu lagi. Namun ia batalkan karena ingin mencari tahunya sendiri. Persetan lah kalau dibilang tidak tahu malu, dan tidak tahu sopan santun.

Ryan pun menaiki sebuah tangga untuk menuju kelantai dua. Ia mencoba menebak-nebak dimana kamar Rara berada. Lalu ditemukannya sebuah pintu berwarna putih yang bertuliskan "men are not allowed in". Ryan langsung bisa menebak siapa pemilik kamar ini. Sudah pasti Rara.

Tok tok tok.

"Siapa ya?" Jawab gadis itu dari dalam sana.

Fyuhh. Ryan bernapas lega karena ia tidak salah mengetuk  ruangan.

"Ini gue" jawab Ryan dengan tenangnya.

Gadis yang berada di dalam sana pun langsung panik seketika dan langsung membuka pintu kamarnya.

"Ryan!?" Ucap Rara setengah berteriak karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depan matanya saat ini.

"Kamu udah gila ya? Cepet masuk!" bentak Rara dengan panik, sambil menarik tangan Ryan untuk masuk kedalam kamarnya.

"E-e-eh mau ngapain lo? Eh jangan nodai kesucian gue, Ra" ucap Ryan sambil mencoba melepas genggaman tangan Rara.

Rara pun langsung mengunci kamarnya ketika mereka berdua sudah berada di dalam kamarnya.

"Wah, Ra. Gue nggak nyangka lo tarkam juga" ledek Ryan sambil menutupi badannya dengan tangannya. Seperti Rara ingin melakukan hal yang buruk.

"Ssssstt! Bisa diem nggak, sih! Nanti kalo ketauan ayah Rara bisa bahaya." Jelasnya.

"Lah lagian kenapa lo malah bawa gue masuk ke kamar lo cob—?" Tanya Ryan tak mau disalahkan.

Tok tok tok.

Rara langsung membekap mulut Ryan dengan tangannya.

"Ra? Siapa di dalam, Ra?" Tanya Toni, ayah Rara.

"Ngg— nggak ada siapa-siapa kok, Yah" jawab Rara berbohong.

"Tadi ayah dengar ada suara laki-laki. Coba buka dulu pintunya, sayang"

RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang