11

37 4 0
                                    

Setelah kejadian pukul-pukulan di depan rumah Rara kala itu. Adit langsung diusir Ryan untuk segera pergi dari hadapannya sebelum emosinya semakin meluap.

Adit pun memilih pergi namun dengan sebuah ancaman kepada Ryan. Sedangkan Ryan tidak takut dengan apa yang akan terjadinya kedepannya nanti. Karena menurutnya, ia sudah melakukan hal yang benar.

Ryan juga sudah menyuruh Pak Iman untuk pulang duluan saat Ryan memutuskan untuk kembali lagi ke rumah Rara saat itu.

"Ra, udah jangan nangis lagi" kata Ryan ketika mereka berdua sudah berada di ruang tamu milik Rara. Mereka duduk bersebelahan dengan jarak yang cukup dekat.

Ryan tadinya ingin segera pulang kerumahnya, namun ia tidak tega jika harus meninggalkan Rara seorang diri.

"Rara takut" jawab gadis itu gemetaran. Bahunya naik turun tanda bahwa dirinya sedang menangis.

"Udah, sekarang lo aman" jawab Ryan sambil menepuk-nepuk bahu Rara pelan.

"Sorry juga gue udah hajar cowok lo sampe bonyok" sambung Ryan lagi.

"Harusnya Ryan nggak usah ngelakuin hal kayak tadi. Rara takut kalau Adit bakal bales dendam sama Ryan" ucap gadis itu lirih. Bahkan disaat seperti ini ia masih bisa mengkhawatirkan orang lain.

"Nggak usah dipikirin. Itu urusan gue" jawab Ryan enteng.

"Ra, gue boleh tanya sesuatu?" Tanya Ryan ragu-ragu.

"Tanya apa?"

"Sejak kapan cowok lo sering main tangan ke lo?" Tanya Ryan yang jelas-jelas membuat Rara kaget. Ia sebenarnya sudah menduga jika Ryan akan bertanya seperti itu. Namun entah mengapa Rara merasa kaget dan malu secara bersamaan.

"Sejak Rara sama Adit udah pacaran selama empat bulan" jawab Rara sambil mengingat-ingat.

"Dan lo udah pacaran selama—?" Tanya Ryan.

"Setahun lebih" jawab Rara dengan santainya.

"Lo tahan, Ra? Selama itu lo tahan selalu disiksa sama dia?" Tanya Ryan yang sangat kaget mendengar penjelasan dari Rara barusan.

"Rara terlanjur sayang sama Adit, Yan. Adit juga nggak seburuk itu kok" jawab Rara penuh dengan rasa percaya dirinya.

Tiba-tiba saja Ryan merasa sesak mendengar pernyataan Rara tersebut. Entah mengapa ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya saat ini. Ia pun bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada dirinya saat ini.

Lalu terjadi lagi keheningan diantara mereka berdua. Karena sebenarnya memang Ryan tidak pandai dalam berkata-kata dengan wanita. Rara sendiri pun kadang sering menjadi kikuk saat dirinya sedang bersama Ryan.

"Yan..." panggil Rara dengan nada lirih.

"Hm?" Jawab Ryan seadanya.

"R-Ryan udah tahu?" Tanya Rara ragu-ragu. Iya takut salah bertanya dan membuat Ryan emosi.

"Tahu apa?"

"Ng— itu. Masalah Adit yang bikin Ryan celaka waktu itu" jawab Rara dengan ragu. Ia bingung mengapa lelaki didepannya ini telihat santai dan tanpa emosi sedikitpun.

"Tahu" jawab Ryan singkat.

"Sejak kapan Ryan tahu?"

"Sejak kedua kalinya lo jenguk gue" jawab Ryan mengingat-ingat kejadian dimana teman-temannya memberi tahu Ryan bahwa pelaku utamanya bukan hanya Dimas. Namun ada orang lain yang bekerja sama dengannya, yaitu Adit. Dan setelahnya Ryan mengetahui bahwa Adit adalah pacar Rara.

"Kok Ryan bisa tahu?"

"Panjang ceritanya. Gue males"

"Terus kenapa Ryan nggak marah sama Rara?" Tanya Rara kebingungan.

RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang