4

34 4 1
                                    

Setelah berperang batin dengan dirinya sendiri dan beradu segala macam bacotan dengan para sahabatnya. Jadilah disini, Ryan sudah berada di depan rumah Rara setelah dikirimkan alamat oleh para sahabatnya itu.

Bahkan Rara belum mengetahui kalau yang akan menemaninya hari ini adalah Ryan. Ryan tidak bisa membayangkan betapa kagetnya wanita itu jika mengetahui bahwa dirinyalah yang datang menjemput dan akan menemaninya.

Bahkan Ryan tidak mengerti mengapa para sahabatnya tidak pergi bersama-sama saja untuk menemanin gadis itu.

Arrrghhhhhh. Kini Ryan merutuki dirinya sendiri, mengapa ia menerima permintaan para sahabatnya itu.

Ryan pun mencoba latihan sikap dan sapaan apa yang akan ia gunakan ketika bertemu Rara.

"Ekhem, ekhem" ia mulai berbicara sendiri didalam mobil.

"Hai, Ra" ah anjing sok ramah banget gue.

"Haloo" tai apaan sih.

"Assalammualaikum, Ra?" Ya Allah alim banget gue macem mau ketemu anak ustad.

"Dorr! Kaget kan pasti lo karena gue yang jemut?" Wtf, Yan. Apaan banget.

Bugh, bugh. Ryan memukul stir mobilnya dengan kesal. Ia frustasi.

Baru saja terlintas pikiran kalau ia ingin segera menjalankan mobilnya untuk kabur. Namun tiba-tiba saja terdengar suara ketukan dikaca jendela mobil Ryan.

Ryan mendongak.

Rara. Ya, gadis itu yang mengetuk kaca jendela mobil Ryan.

Kini Ryan merasa kikuk. Ia bingung harus memasang ekspresi seperti apa nantinya jika ia sudah membuka pintu itu.

"Aarggggh. Bisa gila gue gara-gara rencana bodoh ini".

Klik.

Kini lock pintu mobil Ryan sudah terbuka. Rara pun membuka pintu itu dan memasukkan sebagian tubuhnya kedalam mobil itu.

Dan........

Rara pun sontak kaget melihat sosok yang ada di kursi pengemudi.

"K-kamu!?" Sapaan Rara yang terdengar setengah berteriak itu. Rara benar-benar kaget melihat sosok Ryan.

"Hehe" hanya sebuah cengiran yang berhasil keluar dari mulut Ryan. Bego yan, dari tadi latihan ujung-ujungnya cuman nyegir.

"Loh, yang lain dimana?" Tanya Rara masih setengah duduk di mobil itu.

"Nggak usah sok akrab kali sama sahabat-sahabat gue. Kesannya lo udah kenal mereka lama banget, hhhh" dengus Ryan kesal.

"Ye sewot banget, sih. Lagian Rara juga nggak mau jalan-jalan sama kamu". Jawabnya angkuh.

"Emang lo pikir gue mau?" Tanya Ryan lagi tak mau kalah.

"Kalo kamu nggak mau, ngapain coba jemput Rara?"

"Kalo lo nggak mau, ngapain coba duduk di mobil gue?"

Deg. Jackpot. Ryan merasa menang sekarang.

Terjadi keheningan diantara mereka berdua.

"Yaudah, deh. Rara mau pergi sama kamu." Akhirnya pecah juga keheningan diantara mereka berdua. Rara pun langsung menutup pintu mobil Ryan.

Namun Ryan masih saja diam tak bergerak.

"Ayo, Ryan" ucap gadis itu sedikit lembut.

"Eh— iya, ayo" Ryan pun mulai menancapkan gas mobilnya perlahan.

RAYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang