3

468 59 11
                                    

Esoknya...

Shakti masuk ke kamar Radhika untuk memanggil Radhika.

"Radhika!" Shakti memanggil dari luar.

"Ya ?" Radhika menengok.

"Bangun, kita sarapan bersama." Balas Shakti, Radhika mengangguk.

---

"Bagaimana kabar kalian ?" Tanya ayah Shakti ketika mereka sarapan bersama.

"Ayah apa-apaan sih," balas ibunya.

Shakti dan Radhika tersenyum, mereka hanya sedang bersandiwara seperti pasangan baru. Kenyataannya perasaan mereka bertolak belakang dengan sandiwara tersebut.

"Tuh yah! Mukanya Radhika aja pucat gitu. Kurang tidur ya sayang ?" Tanya ibu Shakti.

Radhika mengangguk malu wajahnya memerah, Shakti tertawa kecil.

"Kalian ga tunda punya momongan kan ?" Tanya ayahnya.

"Ahuk! Ahuk!" Radhika tersedak oleh makanannya.

"Enggak sih yah, sedikasihnya sama Tuhan." Balas Shakti.

"Bagus kalau begitu," kata ayahnya.

"Oh ya, ayah dan ibu ingin memberikan hadiah," ayahnya mengeluarkan kunci.

"Apa ini yah ?" Tanya Shakti.

"Itu rumah untuk kalian. Gamungkin kita tinggal bersama kan ? Sekarang kalian sudah berumah tangga, jadi kalian bina rumah tangga kalian," jawab ayahnya bijaksana.

"Makasih yah," ucap mereka berdua.

"Yasudah, kalian tinggal siap untuk tinggal di rumah itu." Balas ibunya.

Mereka melanjutankan sarapan mereka tersebut.

---

Radhika dan Shakti sudah sampai dirumah tersebut dengan mobil Porsche koleksi kesayangan Shakti.

Mereka memasuki rumah tersebut, "Rumahnya bagus sekali," puji Radhika.

Rumahnya minimalis, tapi indah dan luas. Terdapat dapur dengan ruang makan yang menyatu, ruang tamu, dua kamar, toilet  dan di belakangnya terdapat kolam kecil juga kamar kecil mungkin untuk pembantu.

"Radhika ?" Panggil Shakti.
"Ya ?" Balas Radhika. Radhika masih terpukau dengan rumah tersebut, ia membalikkan dirinya dan menghadap Shakti dengan senyuman kebahagiaan. Hati Shakti menghangat namun segera ditepisnya.

"Kamu di kamar ini ya! Kamarmu ini pasti akan nyaman," kata Shakti yang membuka pintu kamar tersebut.

Radhika terkejut, wajahnya yang bahagia mendadak menunjukkan raut kaget dan sedih. "Ya sudah," balas Radhika pasrah.
Radhika membalikkan tubuh dan menundukkan kepalanya, mencoba menghentikan air matanya namun begitu sulit.

"Aku tau Radhika," mendadak Shakti disampingnya dan memegang tangannya. "Aku juga sama merasakan kesakitan dengan drama ini,"

Tidak! Shakti tidak mengerti apa yang membuat Radhika sedih, bahkan tidak akan tahu!

"Kamu masih mencintai Neha ?" Tanya Radhika, bibirnya bergetar menahan tangis. Ia ingin terlihat kuat.

Bukan Sang PengantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang