11

480 58 12
                                        

Melihat Radhika pingsan, Shakti langsung mengendong Radhika ke mobil agar dibawa ke rumah sakit.

Neha tidak ikut menemani Shakti karena beralasan ada acara lain. Shakti mulai mengendarai dengan cukup ngebut untuk membawa Radhika ke rumah sakit.

---

Radhika telah diperiksa dokter kemudian mengajak Shakti ke ruangannya.

"Pak Shakti. Ibu Radhika mengalami stress dan cukup berdampak buruk dengan kandungannya. Lebih baik jangan memperparah stressnya karena itu dapat berakibat fatal dengan kandungannya juga." Jelas dokter tersebut.

"Baiklah dok, terima kasih." Shakti menarik nafasnya.

Shakti terlihat frustasi setelah melihat kejadian barusan, semuanya membuat bingung. Dirinya masih mencintai Neha tapi dia tidak bisa mengecewakan Radhika apalagi dengan anaknya. Semuanya merumitkan dan itu masalah yang harus Shakti hadapi. Kemudian Shakti masuk ke kamar rawat Radhika.

"Shakti ?" Panggil Radhika.
Shakti membalas tatapan Radhika.

"Aku kenapa ?" Tanya Radhika. "Apa dia baik-baik saja ?"

Shakti menatap Radhika dan tersenyum, "ya, kamu hanya stress dan kamu tidak boleh berlebihan lagi stressnya,"

"Baguslah..." Radhika lega.
Shakti telah memantapkan dirinya untuk membicarakan hal ini.
"Radhika ?" Panggil Shakti.

"Ya ?" Balasnya.
"Maafkan aku.." lirih Shakti.
Radhika mengangguk "tentu."
"Tidak, kamu belum mengerti. Aku harus memilih diantara kalian." Jelas Shakti.
"Pilihlah yang terbaik untukmu, setidaknya aku telah berusaha." Radhika mengatakan hal tersebut dengan ragu.

"Rad, kamu mencintaiku ?" Tanya Shakti.
Radhika menengok kearah Shakti, bahkan Shakti dapat mengartikannya sendiri.

"Maafkan aku." Jawab Radhika, "selanjutnya, kamu mau melakukan apa ?"

Shakti menggeleng, "belum tahu. Aku kurang yakin dengan semuanya, aku ingin menjaga harmonisasi keluarga ini."
"Jaga Shakti, jaga! Ku mohon!" Terdengar isakan Radhika.

Shakti terkejut mendadak mendengar isakkan tersebut. "Rad, kamu menangis ?"
Radhika menghapus air matanya.
"Tidak, akh! Shakti! Perutku.." Radhika mendadak meringis dan memegang perutnya.
"Aku panggilkan dokter, sebentar!" Shakti buru-buru menuju ke dokter.

---

Setelah dokter menangani Radhika, lagi-lagi Shakti dapat teguran dari dokter untuk menjaga kondisi Radhika yang cukup memparah terutama stressnya sehingga Shakti sepertinya tidak mau membahas lagi dan sebagai gantinya, ia mungkin akan memberi kejutan pada Radhika.

Selama Radhika beristirahat, ia telah menyiapkan banyak bahan untuk membuat kejutan.

"Apa semuanya sudah siap ?" Tanya Shakti kepada orang-orang pesuruhnya.

Semuanya mengangguk, "yasudah kalian siap-siap dulu saja, siapkan yang terbaik. Jika nanti Radhika siuman, aku akan mengabari kalian." Semuanya mengangguk dan pergi.

Shakti berharap rencana kali ini cukup berhasil, setidaknya membuat Radhika senang dulu untuk memudahkan setiap langkah rencananya.

"Pak, semuanya sudah siap. Lebih lagi, dokter barusan mengumumkan jika ibu Radhika sudah siuman." Jelas ajudannya.

"Terima kasih, aku harap rencana ini berjalan dengan baik." Balas Shakti.

Kemudian Shakti menuju ruangan Radhika. Disana terlihat Radhika sedang memainkan jarinya tanpa memperdulikan dirinya datang.

"Radhika ?" Panggil Shakti dan Radhika menengok.
Shakti melihat sosok wanita yang selama ini cantik pada hari ini terlihat cukup berantakan, tentu saja.

Shakti mendekatkan kepalanya ke pundak Radhika, "maafkan aku" bisik Shakti.

Radhika tergelak mendengar penuturan tersebut dan tersenyum hangat. "Bagaimana jika kita jalan-jalan ke taman sebentar ? Kau harus lihat pemandangan di luar sana!" Ajak Shakti.

Radhika mengangguk antusias. Kemudian Shakti menuntun Radhika untuk duduk di korsi roda dan mendorong kursi tersebut menuju taman.

"Radh! Liat itu!" Tunjuk Shakti.
"Ya, aku lihat!" Balas Radhika.
"Kau suka ?" Tanya Shakti.
"Tentu!" Jawab Radhika.

Radhika mengadah keatas dan menatap Shakti. "Shakti, kamu suka ?"

"Suka apa ?" Tanya Shakti bingung.
"Matahari tenggelam," jawab Radhika.
Shakti mengangguk antusias.

Shakti menatap ke bawah untuk melihat Radhika. "Aku suka langit senja, bersama orang yang ku sayangi." Ujar Shakti.

Seketika hati Radhika membuncah terutama kalimat "bersama orang yang ku sayangi."

"Shak.." panggil Radhika.
"Iya ?" Sahut Shakti.
"Kamu menyayangiku ?" Tanya Radhika.
"Tentu. Dari awal kita bersama, bercengkrama, aku begitu sayang padamu." Jawab Shakti.
Hati Radhika terenyuh.

"Bagaimana dengan cinta ?" Tanya Radhika penasaran.
"Ya, apa kamu mencintaiku ?" Radhika berbinar.
"Untuk itu, aku belum tahu." Mendadak raut wajah dua insan tersebut berubah.
Kemudian Shakti menumbuhkan senyumnya kembali.
"Untuk saat ini, biarlah seperti ini." Ujar Shakti.

Shakti menggenggam tangan Radhika, "aku, bersamamu. Dan anak kita." Tangan Shakti mengarah ke perut Radhika.

Perutnya seakan bergoncang menahan setiap gejolak yang datang.
"Aku mencintaimu Shakti."

Shakti tersenyum. "Yuk, kembali ke kamar. Angin malam buruk bagi kita." Shakti mendorong kursi Radhika ke kamarnya kembali.

Setelahnya Radhika tertidur lelap, Shakti tersenyum menatap imutnya Radhika tertidur.
Tangannya menyentuh permukaan halus kulit Radhika, lembut.

"Aku.. mencin.. lupakan.." Shakti frustasi.
Dia cukup mengakui jika benih cintanya tumbuh, tapi semua terasa buta.

Neha:
Tinggalkan saja istrimu.
Aku mencintaimu.
6:13 PM

Shakti hanya tersenyum, seakan semuanya telah berkecamuk di pikirannya.

---

HEYYO! IM BACK! MAAF DIKIT & TELAT! BUT I GABUT BELAJAR RUMUS FISIKA MULU, JADI ISENG SAJA UNTUK MELEPASKAN RINDU. SEMOGA SUKA! AKAN KUBUAT LAGI NANTI DI SAAT GABUT HEHE. VOMMENT JAN LUPA, TINGGALKAN SARAN-PESAN-KESAN KALIAN!

Membyat

Bukan Sang PengantinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang