Selentingan-selentingan pun mulai terdengar terkait kamatian Teh Ratmi, gosip-gosip receh yang berawal dari dugaan-dugaan mulai dibicarakan orang-orang. Khususnya Ibu-ibu yang sering berkumpul. Namun ada satu gosip yang sangat ramai dan menjadi hangat dikalangan warga.
Teh Ratmi diduga stress setelah mengikuti suatu kelompok pengajian didesa sebelah, begitulah menurut kabar yang beredar, tapi entah siapa yang pertama kali mengucapkan gosip ini. Katanya pengajian itu dipimpin seorang pria baru yang berasal dari kota. Karena tidak ada warga lain yang mengikuti pengajian yang dimaksud kecuali Teh Ratmi, jadi tidak ada orang yang bisa dikonfirmasi mengenai kebenarannya. Namun kabar tersebut cukup membuat Pak Lurah di desa Tegal Sari gelisah sehingga mengeluarkan larangan bagi warganya agar tidak ikut pengajian didesah sebelah.
Tiga hari setelah kematian Teh Ratmi, kabar-kabar mengenai hantu mulai terdengar. Walaupun kabar tersebut tidak terlalu kencang karena untuk menghormati suaminya, Bang Ratmo.
Menurut obrolan yang saya dengar dari Ibu dan teman-temannya ketika dirumah, kejadian itu menimpa seorang wanita, ibu Lastri yang biasa mengkreditkan barang-barang dagangan. Kebetulan sebelum meninggal teh Ratmi punya hutang kredit kepadanya.
Katanya waktu itu sekitar jam 10 malam, bu Lastri yang seorang janda sedang menonton tv sendirian, karena anaknya yang masih kecil sudah tidur dikamar. Tiba-tiba dari arah kaca terdengar ketukan beberapa kali. Awalnya sangat pelan sehingga bu Lastri menganggap itu hanya cicak. Namun ketukan kedua kalinya cukup kencang sehingga membuat kaca rumahnya bergetar.
Karena merasa kaget dan kesal bu Lastri mengira itu ulah anak-anak yang iseng, dia langsung keluar dan membuka pintu. Tapi diluar tak ada seorang pun yang terlihat. Ketika dia berdiri sambil menengok kanan dan kiri tiba-tiba terdengar suara bisikan yang terbawa angin.
"maaf bu, minggu ini saya ga bisa bayar" ucap suara tanpa jasad itu.
Sontak tubuh bu Lastri langsung merasa dingin, bulu kuduknya merinding begitu ucap ibu. Dan ketika bu Lastri memalingkan pandangan ke arah jalan setapak didepan rumahnya, terlihat seorang perempuan mengenakan daster motif kembang-kembang sedang berjalan menjauhinya, menuju kegelapan lalu hilang entah kemana.
Kabar juga terdengar dari bapak-bapak yang selalu melakukan ronda. Beberapa orang yang pernah mengalaminya saat kebagian ronda keliling mengatakan, ketika melewati samping kebun bang Ratmo tempat dimana kuburan teh Ratmi berada, seringkali terdengar suara tangisan seorang perempuan. dan yang lebih aneh lagi suara tangisan itu terdengar dari dalam tanah.
pernah menceritakan kronologinya, waktu itu bapak dan beberapa temannya sedang keliling, sambil menabuh kentongan. Ketika melewati samping kebun bang Ratmo, terdengar suara tangisan wanita yang sangat lirih. Seperti suara tangisan yang sedang kesakitan.
"astagfiruloh, kamu dengar ga ?" ucap teman bapak.
Untuk sesaat rombongan yang terdiri dari lima orang ini diam, dan dengan seksama mendengarkan suara tangisan wanita yang dimaksud.
"itu kok terdengar seperti suara si ratmi, suaranya dari dalam tanah ya ?" bisik salah seorang peserta ronda.
Suara tangisan yang awalnya pelan makin lama kok makin jelas terdengar, kata bapak. Lima orang ini saling berpandangan dengan wajah pucat. Suara tangisan semakin keras lagi, seperti orang yang menangis itu berada disamping telinga. Dan tidak begitu lama terlihat asap yang keluar dari arah kebun bang ratmo.
Karena panik orang - orang ini lari belingsatan tanpa tujuan. Keesokan paginya kelima petugas ronda semalam yang dipimpin bapa datang ke bale desa, untuk mengajukan keluhan kepada pak Lurah, karena sejak kejadian itu tidak ada lagi warga yang mau ikut ronda.
"bukan Cuma yang ronda aja pa yang digangguin, katanya beberapa warga juga mengalaminya ?"
"walah ini beneran terjadi, kalau ini Cuma gosip saja, kita kan ga enak sama pihak keluarganya." Jawab pak Lurah.
"tapi bukankah orang yang mati tidak wajar itu emang suka jadi arwah penasaran kan pak Lurah ?"
"huss.. makanya jangan kebanyakan nonton film setan kamu Din," bantah pak Lurah lagi.
"Bapak sih semalam tidak ikut kami, saksinya semua orang yang disini pak, dengan jelas mendengarkan bahwa itu suara tangisan Ratmi dari dalam kubur. Mungkin karena dia mati gantung diri, jadi dia disiksa sama malaikat disana kali pak,"
Pak lurah mulai mempertimbangkan perkataan warganya itu, karena baginya tidak mungkin kelima orang ini iseng dan berbohong, apalagi bapak saya yang umurnya mungkin udah dianggap tua untuk melakukan hal-hal iseng seperti berbohong. Tapi wajah pak Lurah tampak sangat bingung bagaimana menyelesaikan permasalahan ini.
"Jadi malam nanti tidak ada orang yang mau ikut ronda ?"
Semua orang mengangguk menjawab pertanyaan pak Lurah.
"Bagaimana kalau kita undang orang pinter aja pak ? usul salah satu warga.
"Insinyur maksudmu ?"
"Bukan, bukan. Maksudnya orang yang pinter dalam hal-hal gaib begini. Mau Ustad apa itu Dukun gitu pa Lurah ?"
"wah ga enak toh, nanti dikira ada apa-apa, kalau ketahuan suaminya, bang Ratmo. Nanti kita ga dianggap menghormatinya."
Semua orang yang hadir menggaruk kepala, tampak kebingungan.
"Atau begini saja, untuk pembuktian malam ini saya akan melakukan ronda. Kita butuh bukti bahwa ini bukan Cuma gosip saja, kalau saksi kan kalian-kalian ini sudah mengalami. Kalau kita punya bukti dan saksi jadi kita punya alasan untuk memanggil Dukun, dan tidak terlalu malu nanti sama bang Ratmo."
"Maksudnya bukti apa pak lurah ? Tanya bapak saya.
"Sudah nanti saja saya jelasinnya, nanti malam ada orang yang mau nemenin saya ronda ?"
Kelima orang yang duduk didepan pak lurah saling berpandangan, namun tidak ada satu orangpun yang unjuk tangan atau menjawab pertanyaan tersebut. Akhirnya bapak saya mengajukan diri untuk menemani pak Lurah malam nanti.
"saya juga deh pak lurah, kalau tiga orang saya berani..hehe. sekaligus penasaran juga." satu lagi warga bernama Burhan mengajukan diri.
..................................................
Menurut bapak, malam itu ia datang lebih dulu ke pos ronda. Sekitar jam Sembilan malam. Keadaan kampung benar-benar sangat sepi, apalagi tadi sore habis diguyur hujan. Sejak adanya gosip-gosip hantu teh Ratmi berkeliaran orang kampung jadi tidak mau keluar malam.
Angin malam benar-benar dingin menurut bapak, ditambah hawa sepi mencekam sudah malam itu. Dari kejauhan terdengar gonggongan anjing, yang bagi sebagian orang berkeyakinan bahwa gonggongan anjing malam-malam adalah pertanda bahwa dia sedang melihat arwah berkeliaran.
Tidak begitu lama kawan bapak mas Burhan datang.
"Pak Lurah belum datang ?"
Bapak hanya mengeleng menjawab pertanyaan mas Burhan.
"Jangan-jangan dia tidak datang lagi karena takut, yuk ah balik" ajak mas burhan
"Yang sabar, kita kan janjiannya jam Sembilan, ini baru jam Sembilan lewat sepuluh menit, orang kamu saja telat Han."
"Pucuk dicinta ulam pun tiba, tuh pak lurah." Kata mas Burhan seraya menunjuk ke arah jalan setapak yang tidak jauh dari pos ronda.
Pandangan bapak tertuju pada sosok yang ditunjuk mas Burhan, namun rupanya tidak jelas karena hanya terlihat samar-samar. Keadaan memang gelap, karena dikampung kami jarang sekali ada lampu jalan, penerangan hanya berasal dari lampu-lampu teras rumah warga saja.
"Itumah bukannya wanita han, lihat pake daster merah." Kata bapak
Sosok misterius itu tampak hanya berdiri mematung dikejauhan, bapak ingin menyorotkan senter untuk memastikan, tapi ia takut kalau dugaannya salah dan itu benar-benar pak Lurah, nanti dikira tidak sopan.
"Ah yang bener. " mas Burhan bangun dari duduknya berjalan beberapa langkah untuk memastikan. Bapak mengikutinya dari belakang.
Menurut bapak sosok misterius itu memang seorang wanita berambut panjang, wajahnya tertutup rambut. Mengenakan daster merah dengan motif kembang-kembang, berdiri mematung seperti sedang memperhatikan sesuatu.
"Siapa dia ?" kata mas Burhan.
"Ah warga yang lewat kali, udah ah." Sebenarnya bapak sadar walaupun dia belum melihatnya, bahwa sosok tersebut yang sering menghantui warga desa, lagian bapak juga ingat pakaian apa yang dikenakan the Ratmi saat mati gantung diri. Namun dia tidak mau memperkeruh suasana dengan menakut-nakuti mas Burhan.
Menurut bapak selang sepuluh menit pak Lurah datang sambil menunjukan handphone berkamera kepadanya. Katanya itu dipinjam dari anaknya, ini bisa buat alat untuk merekam apakah benar dugaan orang-orang mengenai sosok Ratmi itu apa cuma gosip belaka. Bapak tidak menceritakan apa yang barusan dialaminya karena takut pak Lurah juga tidak percaya.
Akhirnya malam itu, bapak pergi mengantar pak Lurah menuju kuburan teh Ratmi. menelusuri jalanan tanah yang becek karena habis diguyur hujan, diterangi lampu senter ditengah kegelapan. Tidak ada obrolan yang keluar dari ketiga orang ini, hanya terdengar bisikian-bisikan doa dari mulut mas Burhan dibelakang. Langit masih gelap tidak ada bintang satupun, mungkin awan masih menutupinya dan hujan mungkin saja akan turun lagi.
"Itu kuburannya pak lurah" tunjuk mas Burhan ketika sampai ditempat yang dituju.
"Huss,, ga boleh menunjuk makam , pamali." Kata pak Lurah.
Malam itu menurut bapak, suasana sangat sepi tidak terdengar suara tangisan seperti kemarin malam, namun bapak melihat sesuatu yang ganjil diantara semak belukar pohon pisang. Itu seperti sebuah kepala dengan mata bulat sempurna sedang memperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gantung Diri
TerrorPenduduk Desa Tegal sari merasa resah karena selalu diterror dengan makhluk halus berwujud perempuan yang selalu menghantui setiap malam