"Pak ada yang memperhatikan kita, itu dipojokan."
Tapi begitu senter diarahkan pada semak belukar, sosok yang bapak tadi lihat tiba-tiba hilang.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang pak ?" Tanya mas Burhan.
Keadaan masih benar-benar sepi, rombongan yang dipimpin oleh pak Lurah ini memutuskan untuk menunggu sambil memperhatikan kuburan teh Ratmi. saking lamanya menunggu tidak terasa sudah hampir jam 2 malam, tapi masih belum ada hal aneh yang terjadi.
Namun saat ketiga pria ini sedang lengah dan menikmati rokok kretek. Tiba-tiba pandangan mas Burhan tertuju pada sosok diatas pohon duren yang berada tidak jauh dari kuburan teh Ratmi. katanya sosok itu seperti wanita berambut panjang sedang duduk disalah satu cabang pohon memunggungi mereka.
"Pak, itu Pak...pak" ucap bang Burhan gelagapan sambil mengguncang-guncang pundak pak Lurah.
Pak Lurah langsung mengeluarkan hpnya dan hendak merekam sosok yang dilihatnya itu, namun belum juga dia menekan tombol record. Terdengar suara tangisan dari dalam tanah, namun yang lebih mengerikan menurut bapak, kali ini suara tanpa jasad itu bukan Cuma menangis tapi juga berbicara.
"Tolong saya... tolong saya.. tolong saya"
Mas Burhan yang ketakutan setengah mati mendengar itu, memutuskan lari meninggalkan bapak saya dan pak Lurah. Keadaan semakin mencekam, ketika sosok wanita yang berada didahan pohon duren tadi kini melayang pergi menjauh ke arah barat.
Pak Lurah yang belum sempat merekam, Karena dibuat terpaku dengan peristiwa yang baru pertama kali dialaminya, memutuskan untuk mengajak bapak pulang.
.......................................................
Sore hari sekitar jam 4 diwarung kopi milik Mba Susi, tempat dimana biasanya bapak-bapak ngobrol menikmati waktu istirahat, rupanya cerita Burhan yang melihat sosok Ratmi dipohon duren telah menyebar. Susana desa semakin mencekam saja, hampir tiap malam teror itu terjadi. Tapi apakah bang Ratmo mendengar perihal cerita arwah istrinya ini tidak ada yang tahu, karena sejak istrinya meninggal dia sudah jarang terlihat.
Saya waktu itu sedang main dengan teman-teman duduk dipojok menyaksikan bapak- bapak dan Mba Susi berbincang sembari menikmati gorengan.
"Si Burhan katanya sekarang sakit, sejak kemarin malam ngeliat hantu si Ratmi bersama pak Lurah."
"Terus ga ada tindakan nih, soalnya ini sudah sangat meresahkan warga."
"Saya belum pernah melihat sih, tapi kalau banyak orang yang mengalami kayanya emang harus segera ditindak." Usul Mba Susi.
"Biasanya orang yang mati ga wajar emang suka jadi arwah penasaran sampe 40 hari, soalnya kan arwahnya itu masih ada didunia belum dijemput malaikat ke alam baka mba."
"Lagian kenapa si Ratmi harus bunuh diri segala, si Ratmo kan orangnnya baik, dia juga punya penghasilan tetap sebagai pegawai di kebun kakao. Mertuanya juga nenek Isur orang yang ramah tidak pernah saya mendengar mereka bermasalah." Kata Mba Susi.
"katanya sih Mba, si Ratmi jadi stress gara-gara ikutan pengajian dikampung sebelah. hihh.. serem, sekarang kan di tv-tv lagi musim tuh aliran-aliran sesat gitu, makanya hati-hati Mba jangan mudah percaya sama orang yang baru dikenal yang menawarkan ini itu."
"huss..sesat..sesat. Kamu ga boleh gitu Gus, memang kamu anggota MUI maen keluar - keluarin fatwa sesat. Itu kan baru Cuma sekedar gosip , belum ada kebenarannya. Nanti jatohnya kamu fitnah loh.. dosa, ga baik."
Ketika sedang asik menikmati obrolan, tiba-tiba terlihat orang berbondong-bondong dengan wajah-wajah yang penuh rasa penasaran. Mba Susi keluar dan bertanya kepada salah satu orang.
"Itu katanya si Dewi yang hilang semalaman ditemukan dikebun kakao Mba, ini pada mau kesana karena penasaran".
Saya baru tahu perihal masalah ini, teh Dewi ini seorang biduan dangdut didesa kami. Entah apa yang terjadi, saya yang juga penasaran langsung ikut romobongan untuk mencari tahu, namun sayang ketika datang ke kebun kakao ternyata teh Dewi sudah dibawa pulang.
Sore hari ketika saya ikut ibu untuk menjenguk Teh Dewi barulah saya tahu kebenaran ceritanya.
Katanya malam itu teh Dewi baru pulang manggung, karena jaraknya tidak terlalu jauh dari kampung, maka yang biasanya dia pulang dianterin pake mobil sama bosnya. Hari itu dia memutuskan untuk naik ojek saja.
Selesai manggung sekitar jam 2 malam, teh Dewi langsung memutuskan untuk pulang. Ketika dijalan katanya keadaan benar-benar sepi karena itu sudah hampir dini hari. Semilir angin malam tiba-tiba membuat bulu kudunya merinding. Perasaan takut tiba-tiba menyeruak dalam dirinya.
Layaknya seperti orang ketakutan yang sedang dijalan, teh Dewi selalu memperhatikan kebelakang, dia selalu merasa bahwa dirinya sedang diikuti. Karena waktu itu motor berjalan sangat pelan, jadi dia bisa memperhatikan jalan dengan seksama, entah kenapa teh Dewi merasa bahwa dirinya sedang diperhatikan.
Awalnya bayangan-bayangan misterius mulai teh Dewi lihat disamping jalan, dia mencoba meyakinkan diri bahwa ini Cuma halusinasi dari ketakutannnya saja. Dia mencoba menutup mata, namun tidak berapa lama seperti terdengar suara wanita seperti berbisik ditelinga menyebutkan namanya, membuat teh Dewi tersentak kaget. Dan begitu dia melihat kebelakang lagi terlihat sosok tubuh wanita sedang melayang mengikuti dirinya.
Teh dewi menjerit, dan membuat tukang ojek mengerem dengan tiba-tiba. Saat motor berhenti itulah teh Dewi lari tanpa tujuan karena ketakutan. Anehnya tukang ojek justru tak melihat apapun.
"saya benar-benar ketakutan dan tak ingat apa-apa lagi" kata teh Dewi sambil masih terisak mengingat peristiwa semalam.
Dia tidak begitu jelas melihat sosok yang mengejarnya, yang pasti katanya sosok itu wanita berambut panjang mengenakan daster merah motif kembang-kembang. Dan saat teh Dewi mengatakan itu, warga yang datang menjenguk saling berpandangan satu sama lain, pikirannya mungkin teringat pada sesuatu.
"terus saya dapet laporan dari tukang ojek perihal anak saya ini" kata ibu teh Dewi.
Katanya malam itu memang tidak terlalu gempar, hanya beberapa tetangga yang dilibatkan untuk mencari teh Dewi. Tapi pencarian nihil, sampai tadi sore teh Dewi ditemukan mandor perkebunan kakao tidak sadarkan diri disemak-semak.
"Sosok itu mungkin si Ratmi, warga kampung juga sudah banyak yang dihantui. Makanya mulai sekarang jangan berani-berani lagi keluar malam..hihh merinding saya kalau membicarakannya." Kata ibu saya.
Keadaan ini sungguh sangat meresahkan, akhirnya karena pak Lurah juga sudah melihat sendiri kejadiannya. Kata bapak, malam hari setelah kejadian teh Dewi , pak Lurah mengadakan rapat sembunyi-sembunyi dengan beberapa warga. Hal ini dilakukan untuk menjaga perasaan bang Ratmo agar tidak mendengar dan menjadi tersinggung.
"Sudah pak, mending kita undang saja orang pintar, untuk biayanya kita patungan saja dari warga, ini sudah keterlaluan. Si Dewi hampir saja tewas karena kejadian ini pak," usul salah satu warga
"Saya paham, tapi kita ga enak sama si Ratmo, nanti kesannya kita mendzolimi dia lagi." Jawab pak Lurah
"Yaudah pak, kita bawa saja dia kekuburan istrinya itu, biar dia tahu sendiri bahwa sering terdengar suara tangisan di tengah malam. sebagai bukti bahwa si Ratmi sekarang telah jadi hantu yang gentayangan."
"Bukankah kita bisa melakukannya secara diam-diam pak lurah, tanpa ketahuan bang Ratmo." Usul bapak saya.
"Si Ratmi gentayangan pasti ada suatu hal yang belum dia selesaikan, makanya dia jadi arwah penasaran. Mungkin ada amanat yang belum disampaikan atau ada wasiat yang belum dilaksanakan. Mau tidak mau sebenarnya kita harus berbicara dengan si Ratmo. Tapi saya bingung, takut dia tersinggung." Muka pak Lurah tampak gelisah.
"Biar pak Lurah tidak malu, bagiamana kalau datangi bang Ratmo nya kita temani , biar rame-rame pak Lurah." Usul salah satu warga.
Husss.. itu lebih parah lagi, nanti kesannya dia terhakimi kalau begitu caranya." Jawab pak Lurah.
"Tapi kalau dibiarkan terus seperti ini, nanti malah semakin berlarut-larut pak, begini saja, biar saya yang temani bapak untuk ketemu bang Ratmo, kita berdua saja. Bagaimana ?"
Akhirnya usulan bapak saya itu menjadi solusi terbaik yang diterima pak Lurah. Mungkin karena terus didesak terus-menerus oleh warganya akhirnya dia memberanikan diri, dan siap menerima segala resiko kalau saja nanti diamuk sama bang Ratmo.
"Tapi sekarang bang Ratmo sudah jarang terlihat, semenjak istrinya meninggal dia jadi sering menguruh diri dirumah. Di warung Mba Susi tempat biasa dia ngopi juga jarang terlihat lagi. Apa bapak mau samperin dia pas lagi kerja aja ? " Tanya salah satu warga.
"biar nanti saya datang kerumahnya saja."
Dua hari setelah rapat dibale desa, hari itu bapak memutuskan untuk menemani pak lurah Ketemua bang Ratmo. Sepulang dari sana bapak menceritakan kejadiannya kepada ibu dirumah, dan dengan sembunyi-sembunyi saya mendengarkannya.
Kedatangan bapak dan pak Lurah disambut oleh nenek isur, lalu mereka dipersilahkan masuk dan disuguhi segelas air putih. Nenek isur memang terkenal ramah didesa kami, walaupun sudah tua dia orang yang cekatan, kalau kerja bakti tak pernah absen. Dia juga nampaknya sayang sekali sama bang Ratmo karena mungkin anak satu-satunya.
Setelah duduk dan ngobrol dengan nenek isur, datanglah bang Ratmo yang baru selesai mandi karena baru pulang kerja dari kebun kakao. Kata bapak gurat-gurat kesedihan dan kantong mata yang besar pertanda bahwa bang Ratmo masih berduka.
" Ada apa ya pak Lurah ?" Tanya bang Ratmo setelah ia duduk dikursi menghadap kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gantung Diri
HorrorPenduduk Desa Tegal sari merasa resah karena selalu diterror dengan makhluk halus berwujud perempuan yang selalu menghantui setiap malam