CHAPTER 8

4.6K 269 2
                                    

Desa Tegal Sari tiba-tiba kedatangan rombongan pasar malam, aneh padahal selama ini hiburan macam ini hanya sampai kecamatan saja. Mungkin karena kampung kami kemarin baru saja masuk tv. Desa Tegal Sari memang menjadi terkenal dilingkungan kabupaten, gara-gara masuk berita kriminal.

Semenjak ada pasar malam, suasana kampung jadi tidak sepi. Orang-orang mulai berani beraktivitas lagi dimalam hari. Walaupun letak pasar malam ini cukup jauh dari pemukiman, karena berada dilapangan desa yang letaknya bersebelahan dengan kebun kakao.

Pas hari pertama pembukaan ,saya sekeluarga datang kesana. Acara dibuka dengan sambutan pak Lurah yang pidato panjang lebar yang entah apa isinya, karena semua warga tidak peduli mereka hanya ingin cepat-cepat acara intinya dimulai agar segera bisa mencoba berbagai wahana yang ada disana.

"Sekian dan terima kasih." Tutup pak lurah yang kemudian disambut tepuk tangan warga.

Warga langsung bubar, berbagai wahana langsung penuh dengan antrian. Mesin-mesin tua karena saya lihat peralatannya sudah berkarat mulai dinyalakan. tapi tempat yang antriannya paling panjang adalah wahana Tong Setan.

Alunan musik dangdut mulai terdengar dari speaker, membahana memeriahkan suasana. Saya yakin mungkin yang datang dari berbagai desa, maklum jarang sekali hiburan seperti ini didaerah pelosok.

Tenda para pedagang mulai ramai dengan orang-orang, anak-anak kecil berlarian kegirangan. Muda-mudi yang sedang mencari jodoh tak mau kalah unjuk pesona saling menggoda. Tapi ada juga yang hanya duduk-duduk diam sambil memperhatikan tingkah orang - orang, seperti saya dan bapak.

Suasana pembukaan pasar malam sungguh ramai, dan untuk sejenak orang-orang lupa akan ketakutannya selama ini. Pak Lurah pun bisa kembali bernafas lega karena warganya sudah kembali seperti sedia kala.

...............................................

Dua Hari berlalu semenjak dibukanya pasar malam, kecemasan kembali datang. Baru saja warga merasakan senang, kabar-kabar tidak sedap mulai terdengar.

Ini menimpa salah satu anggota pasar malam yang bertugas pada wahana biang lala. Seperti biasanya kabar buruk memang cepat sekali tersebarnya.

Menurut kabar yang beredar kejadian itu sekitar jam 2 malam. Pasar malam memang ditutup sekitar jam 11 , atau bisa lebih malam lagi. Pokonya pasar malam ditutup ketika para pengunjung sudah mulai pulang.

Semua karyawan dan pedagang yang masuk dalam kelompok pasar malam mulai berbenah munutup lapaknya. Ada yang langsung masuk tenda untuk tidur, ada juga yang duduk santai sambil menikmati obrolan renyah bersama rekannya.

Nah kebetulan orang yang berjaga diwahana biang lala ini, malam itu tidak bisa tidur katanya. Masih menikmati segelas kopi didalam salah satu kotak kurungan biang lala. Sedangkan rekan-rekan yang lainnya sudah pada masuk tenda.

Suasana begitu senyap. Lampu-lampu yang menerangi sekitar pasar malam mulai dimatikan, hanya tersisa beberapa saja yang masih menyala, khusunya dibagian jalan masuk menuju gerbang.

Si petugas biang lala yang masih duduk menikmati hisapan demi hisapan roko kreteknya tiba-tiba disadarkan oleh hembusan angin malam yang membuat tengkuknya kedinginan. Kemudian dia beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil sarung kedalam tenda. Namun begitu ia keluar dari kurungan kotak dan berdiri, entah mengapa matanya tertuju kearah jalan pintu masuk.

Dibawah cahaya terang lampu bulat berwarna kuning itu ia melihat seorang wanita sedang berdiri. Kepalanya membungkuk seperti sedang melihat tanah, rambutnya tergerai menutupi wajah.

Awalnya dia berpikir itu hanya penonton yang telat pulang saja, atau bahkan orang yang baru selesai pacaran, sehingga ia menghiraukannya. Namun setelah ia kembali dari tenda mengambil sarung dan duduk kembali didalam kotak kurungan, wanita itu masih terlihat berdiri, tak bergerak sedikitpun.

Si petugas wahana mencoba menghiraukannya, namun setelah cukup lama dia merasa terganggu juga. dilihatnya lekat-lekat wanita yang sedang berdiri dijalan pintu masuk itu.

"Woi neng, pasar malam sudah tutup, kembali lagi besok, kecuali mau menginap sama abang." Goda si petugas tanpa rasa curiga.

Namun wanita tersebut tak bergeming sedikitpun, seperti patung masih berdiri kaku disana. Si petugas mulai resah, dia bangun dari duduknya dan hendak berniat menghampirinya.

"Neng, jangan mencuri disini , pulang saja sana." Teriak si petugas.

Ketika si petugas berjarak beberapa meter saja dari sosok perempuan yang dilihatnya itu, langkahnya tiba-tiba terhenti.

"Kenapa kalian datang kesini." Suara perempuan itu setengah berbisik.

Kepala perempuan itu mulai menoleh ke arah si petugas, terlihat sebelah matanya yang cekung sehingga menampilkan bola mata yang bulat sempurna. Bibirnya putih pucat, dengan tulang pipi yang menonjol.

"Cepat pergi dari sini, atau saya teriaki kamu pencuri." Ucap si petugas itu dengan lutut sedikit bergetar karena tak kuat menatap wajah perempuan yang tampak pucat itu.

Sosok perempuan yang sedari tadi berdiri kokoh itu, kini mulai melangkahkan kakinya. Berjalan pelan meninggalkan si petugas, ia pergi kearah hutan, lalu tenggelam dalam kegelapan hingga sosoknya tak terlihat lagi.

Keesokan harinya si petugas biang lala mulai bercerita kepada temannya. Barulah ada orang yang menceritakan mungkin sosok yang ia temui semalam adalah arwah perempuan yang sedang meneror kampung Tegal sari.

Kabar-kabar mengenai diganggunya petugas pasar malam mulai banyak versi, dengan cepatnya menjadi obrolan dikalangan warga dan para pendatang dari desa lain. Semenjak banyaknya kejadian aneh tersebut, kini pasar tutupnya jadi lebih larut malam. Walaupun para pengunjung sudah pada pulang, lampu-lampu tetap dinyalakan. Katanya untuk mengusir ketakutan.

Pernah suatu malam katanya, ketika wahana sudah tutup dan lampu-lampu sudah dimatikan. Salah satu wahana yaitu komedi putar tiba-tiba saja menyala. Menurut saksi yang mengintip dari balik tenda, terlihat dari salah satu bangku duduk patung kuda itu ada seorang wanita yang sedang duduk sambil tertawa cekikikan.

Rupanya terror arwah teh Ratmi belum selesai, keriuhan suasana kampung yang kembali berkat datangnya rombongan pasar malam, mungkin telah mengusiknya. Arwah tersebut seperti sedang mencari perhatian. Yang awalnya hanya berdiam diri dikuburan dengan suara tangisannya, berjalan-jalan digang-gang kecil melewati rumah warga, kini arwah tersebut ingin ikut berbaur dengan keramaian, dan saya sempat berpikir sebenarnya apa yang dia inginkan.

......................................................................

"Si Dewi pulang." Kata ibu kepada tetangga yang bertanya.

Terlihat sebuah mobil polisi didepan rumah teh Dewi.

Saya yang penasaran bersama teman mengintip dibalik jendela rumah teh Dewi. Disana sudah ramai dengan para tetangga yang ingin menjenguk.

Dari celah jendela kayu saya mengintip, wajah teh Dewi yang terlihat pucat. rambut kusut seperti tidak terurus dan ekpresi wajahnya seperti orang linglung. Dia sedang dipeluk ibunya yang sedari tadi menangis tak henti-henti.
Polisi yang datangpun tampak bingung dengan suasana yang tiba-tiba menjadi haru. Tapi kecanggungan itu tak berlangsung lama, ketika pak Lurah yang hadir disana langsung bertanya mengenai duduk perkaranya.

"Kami menemukannya dihotel melati pak, dikabupaten."

"Itu berkat laporan petugas hotel kepada polisi. Katanya ada seorang pelanggan yang telah habis masa waktunya tapi tidak mau keluar. Dan pas anggota kami mengecek kesana, ternyata warga bapak yang dilaporkan hilang itu. Petugas hotel tersebut mencoba mengusirnya, namun Dewi malah mengamuk, dia membantingkan benda-benda ke si petugas hotel." Lanjut Pak Polisi.

katanya si petugas hotel malah mengira bahwa teh Dewi adalah orang gila. Dan sepertinya bila saya melihat keadaanya dia memang sudah benar-benar tidak normal, pandangannya kosong bahkan ia tidak peduli pada ibunya yang sejak datang terus menangisinya.

Dia bisa sedikit tenang setelah beberapa orang polisi mencoba menenangkannya, karena takut teh Dewi bertidak brutal maka terpaksa dia harus dilumpuhkan dengan obat bisu katanya.

"Dia masih dalam keadaan setengah sadar pak Lurah." Kata pak Polisi.

"Sepertinya warga bapak ini saya sarankan untuk dibawa kerumah sakit saja. untuk dicek kondisi kejiawaannya"

Sore itu berkahir, pak Polisi kembali pulang. Rumah teh Dewi masih ramai dengan tetangga yang datang.
Malam hari beberapa pria ditugaskan pak Lurah untuk menjaga dewi didepan rumahnya. Walaupun para bapak-bapak ini sempat menolak.

Suara keriuhan dan musik dangdut dari kejauhan masih terdengar, namun warga Tegal Sari tidak ada yang berani lagi keluar rumah. Entah apakah malam itu pasar malam dikunjungi orang-orang atau malah sepi sama sekali.

Saya diam dirumah bersama ibu karena bapak ikut menjaga didepan rumah teh Dewi bersama pak Lurah dan bapak-bapak yang lainnya. Waktu menunjukan jam Sembilan malam, saya masih duduk diruang tengah menyalakan tv, sementara ibu mungkin sudah tertidur pulas dikamarnya.

Tiba-tiba dari arah luar terdengar suara langkah kaki, persis didepan pagar rumah saya. saya langsung mengecilkan volume tv, suara langkah itu kini semakin terdengar jelas. Dari balik gorden saya mengintip, untuk pertama kalinya sosok yang selama ini selalu dibicarakan orang-orang itu saya lihat dengan mata kepala sendiri. Tubuh saya menggigil, bulu kuduk saya merinding. Sosok itu berjalan lewat didepan rumah, entah kemana tujuannya. Seperti hilang arah arwah itu mungkin berkeliaran dari rumah kerumah, bahkan untuk pulang ke akherat saja dia begitu susah. Mungkinkah tuhan tidak menerimanya karena dia mati dengan cara gantung diri ?

Gantung DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang