6. Doubtfulness (1)

5 0 0
                                    

Seorang perempuan yang memiliki manik mata berwarna toska sedang terlihat menjejalkan langkahnya di setiap sudut ruangan berwarna putih itu. Dengan sesekali memperbaiki letak kacamatanya ia kemudian mengambil sebuah telepon genggam berwarna hitam.

1 menit

2 menit

Tak ada jawaban dari seberang sana. Alisnya kini semakin mendekat, dengan tetap melangkah gelisah. Ia masih setia berusaha menghubungi seseorang melalui handphone itu.

"Halo?" Jawab seseorang dengan nada malas.
"KENAPA BARU DIANGKAT BEGO!!" Teriak perempuan berkacamata itu.
"Tadi Kazegawa Shikyo datang. Ia memberikan peringatan, 2 hari lagi akan ada pembunuhan di SMA Ashinaka" lanjutnya dengan nada yang sedikit lebih tenang. Namun masih dapat di dengar kepanikan dari suara itu.

"Em, hoaaammmm. SMA Ashinaka? Dua hari? Apa itu bisa dipercaya?" Tanya orang diseberang telepon dengan nada yang masih sama seperti sebelumnya.

"Tunggu, jangan bilang kalau kamu baru bangun Aoba?" Tanya perempuan itu.

"Memangnya kenapa kalau aku baru bangun? Hoaaaammmmm" Tanya balik Aoba.

"Dasar Koala, ini sudah jam 3 bego!! sudah lah. Yang penting sekarang aku menjamin kalau info ini dapat dipercaya 100%. Kau tahukan pembunuhan seorang pegawai baru-baru ini? Info mengenai pembunuhan itu juga Kazegawa-san yang berikan" papar perempuan itu panjang kali lebar.

"Oh, tak apalah. Yang jelas kau siapkan saja pasukan seperti kata si Kazegawa itu. Soal hal yang menyangkut apa yang terjadi di SMA Ashinaga biar aku yang tangani." Ucap Aoba yang kemudian memutuskan telepon secara sepihak. Alhasil perempatan muncul di dahi perempuan berkacamata yang sedang mencoba untuk tidak membanting handphone di genggamannya.

Pada saat yang sama di tempat lain seorang sosok misterius yang mengenakan topeng sedang memandangi maha karyanya.

Seonggok daging tak berkulit, dengan bola mata hilang entah kemana serta daun telinga yang kini tidak utuh, tak lupa perut yang kini tak berbentuk lagi. Sosok itu kemudian mengambil gambar dari maha karyanya kali ini, dengan tawa yang terkesan kekanakkanakan ia kemudian melangkah keluar.

Dengan uap yang mengelilingi sosok misterius itu, ia kemudian hilang ditelan rimbunnya pohon di tempat tersebut.

○○○

Tok tok tok

Ketukan pintu membuat seorang gadis yang mengenakan piyama selaras dengan manik matanya terbangun. Ia kemudian melangkah kearah pintu berwarna merah itu sembari mengucek matanya pelan.

"Ada apa Kazuto?" Tanya gadis itu setengah sadar.

"Maaf mengganggu. Tapi, apa Nona lupa? hari ini Nona masih harus ke sekolah." Ucap Kazuto dengan sopan.

"Hm. Siapkan saja sepeda dan bento. Aku makan di sekolah saja." Ucap gadis itu kemudian menutup kembali pintu tepat di hadapan Kazuto. Ia kemudian berjalan menuju kamar mandi.

"Kenapa aku bisa lupa? Ah, sepertinya aku masih belum terbiasa" gumam kecil gadis itu.

Alunan musik klasik kembali terdengar di ruangan milik sang gadis. Dengan melirik sekejap jam yang bertengger di dinding, gadis itu kemudian melangkah turun menemui pelayan satu-satunya yang tengah berdiri dengan senyum menunggu dirinya.

"Ini tas Nona. Bentonya sudah ada didalam. Apa Nona butuh hal lain?" Tanya Kazuto sembari menyodorkan tas berwarna merah muda itu kepada sang gadis.

"Tidak ada" jawab gadis tersebut tanpa memalingkan wajahnya melihat pemuda berjas putih itu. Ia hanya berjalan menuju pintu berwarna coklat, kemudian membukannya.
Namun si pemuda bernama Kazuto itu hanya tersenyum, tersenyum penuh arti.

Mungkin 24 menit merupakan waktu yang gadis itu tempuh untuk dapat mencapai sekolah barunya itu. Ia kemudian memarkirkan sepedanya dan berjalan menuju ruang ospek untuk regunya.

Sesampainya di sana ia kemudian duduk dikursi di barisan dekat jendela. Dapat ia lihat puluhan laki-laki bersenjata lengkap sedang berpatroli.

"Ha, hai. Namaku Miko, Hirigaya Miko. Apa aku boleh duduk di samping mu?" Tanya seorang gadis berambut blonde kepada gadis yang sedari tadi memandang keluar jendela.

"Iya." Balasnya singkat. Gadis bernama Miko itupun duduk. Canggung, itulah situasi saat ini.

"A, ano. Em.."
"Kazegawa Shikyo" potong gadis berambut merah muda yang kini memandang Miko.
"Kazegawa-san, kamu tidak pakai dasi?" Tanya miko ragu.

Seketika Shikyo tersadar, maksud dari pertanyaan pelayannya itu. Ia kemudian menggeledah isi tasnya, diambilnya kotak bento berwarna biru kemudian ia letakkan di atas meja.

"Kamu sedang apa? Saat ini bukan saatnya memakan bento? Kakak panitia akan segera masuk" ucap Miko panik melihat tingkah Shikyo.

"Maka dari itu, bantu aku menghabiskan makanan ini" tegas shikyo sembari membuka bento dihadapannya.

Dengan cepat ia memakan isi dari kotak itu. Melihat kelakuan aneh Shikyo, Miko hanya dapat membantu menghabiskan makanan yang menurutnya sangat tidak cocok untuk dijadikan bento. Pasalnya yang kini tersaji dihadapannya adalah sepotong besar cheese cake.

Tepat di tengah tengah kue itu, sebuah dasi terbungkus plastik dapat dilihat. Seketika mereka berdua saling memandang dengan mata berbinar.

"Pffttt, hahahaha... apa-apaan ini Shikyo-san. Aku tidak pernah melihat hal aneh seperti ini. Hahahaha" tawa miko sejadi jadinya. Alhasil semua siswa di ruangan itu memandangnya aneh.

Menghiraukan gelak tawa gadis di dekatnya, Shikyo kemudian meraih plastik itu dan mengambil dasi di dalamnya. Tangannya kini mulai memasang dasi tersebut di kera bajunya. Namun kejadian itu kembali terulang. Dasi yang ia coba kenakan hanya berakhir tak karuan.

Miko yang melihat kejadian itu, tak henti-hentinya tertawa. Namun tangannya kini mencoba merapikan dasi di kera baju Shikyo.

"Nah, begini baru benar." Ucap Miko sembari menepuk pelan pundak gadis dihadapannya.

"Em, terima kasih Hirigaya-san" ucap Shikyo sembari menatap gadia di hadapannya.

"Miko, cukup panggil aku Miko. Sebagai gantinya biarkan aku memanggilmu Shikyo-Chan. Ne!" pinta Miko sembari tersenyum manis.

Kriitt

Suara pintu dibuka, 3 orang pemuda melangkah masuk ke dalam ruangan. Dengan segera Miko membereskan kotak bekal milik Shikyo dan memasukkannya ketempat semula.

"Halo, selamat pagi adik-adik. Berhubung karena kemarin kita belum sempat kenalan jadi perkenalkan nama kakak yang ganteng ini adalah Tobayashi Akane, disamping saya ini namanya Yashiro Aoba sang wakil ketua Osis, dan disebelahnya Mikoto Suoh. Selanjutnya kalian akan maju kedepan memperkenalkan diri." Papar Akane di hadapan murid baru, tak lupa aura mengesankan terpancar disekitar tubuhnya yang membuat para siswi memandangnya dengan mata berbinar.

"Baiklah kita mulai dari sudut kanan belakang" lanjutnya sembari menunjuk seorang pemuda dengan warna rambut putih.

Pemuda itu pun maju, namun seketika ruang kelas menjadi sunyi senyap. Semua orang terpaku melihat pemuda bersurai putih itu. Mengapa tidak dengan wajah yang terbilang sempurna dengan senyum yang dapat melelehkan hati orang yang memandangnya serta aura hangat yang ia pancarkan membuat semua orang diam tak berkutik.

"Perkenalkan nama saya Kazuto Reisi, mohon kerja samanya" ucapnya dengan senyuman menawan.

Ia kemudian kembali ketempat duduknya diiringi tatapan semua orang. Tak terkecuali Shikyo, mengapa tidak. Kazuto, Kazuto Reisi adalah pelayannya. Dan pelayannya kini satu sekolah dengan dia, tanpa memberikan informasi terlebih dahulu.

Merasakan tatapan membunuh yang terpancarkan dari sang gadis, Kazuto kemudian berbalik memandang Shikyo dan dengan sedikit membungkuk serta senyuman. Mulutnya bergerak.

"Se, la, mat, pa, gi, no, na."

Itulah kalimat yang dapat ditangkap dari gerakan bibir kazuto, yang berhasil membuat sang gadis menghela nafas berat. Kazuto Kemudian kembali tersenyum dan melangkah ketempat duduknya.

Fair?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang