Di sebuah ruangan berpintu putih dengan suasana tegang ,nampak seorang gadis berseragam dengan tulisan SMA Ashinaka di pin yang melekat di seragamnya sedang duduk dengan puluhan senapan yang tertuju kepadannya.
Dengan santai ia menarik sebuah benda tipis kemudian meletakkannya di atas meja.
Pemuda yang melihat tingkah sang gadis menatapnya bingung, dia kemudian melihat benda tipis itu. Seketika tatapannya menajam, sebuah foto dengan 3 orang sedang tersenyum senang melihat sesosok bayi yang sedang menangis. Dan 2 orang dari foto itu sangat tak asing lagi baginya.
Mengapa tidak, pria yang ada di dalam foto itu adalah Kazegawa Akano. Kepala keluarga Kazegawa sekaligus korban pembantaian 5 tahun lalu. Dan perempuan yang sedang menggendong bayi. Tak lain dan tak bukan adalah istri Kazegawa Akano.
"Dengan ini semua dugaanmu kelirukan?" Ucap gadis bermanik merah muda yang berhasil membuat pemuda dihadapannya diam seribu bahasa.
"Apa maksudnya ini? Kazegawa Akano memiliki 2 putri? Tapi, tapi mengapa? Mengapa hanya satu putri yang tercantum di Kartu Keluarga? Dan juga tidak ada ditemukan mayat anak kecil saat itu? Akkhhh ini sungguh membingungkan" jerit frustasi Mio, perempuan berkacamata yang akhirnya mengeluarkan suaranya.
"Untuk penjelasan lebih lanjut akan ku lakukan besok. Saat ini aku harus pergi." Ucap gadis itu. Namun sebelum ia berhasil berdiri, bahunya ditekan oleh Aoba yang entah kapan berdiri di samping gadis itu.
"Tidak bisa begitu, kamu punya kewajiban untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Siapa kamu? siapa anak kecil itu? Siapa bayi itu? Dan apa yang sebenarnya terjadi 5 tahun lalu?" Ucap Aoba dengan tatapan frustasi.
"Maaf saja, tapi ini sudah perjanjian. Perjanjian wawancara khusus untukku. Perjanjian no. 3 aku berhak berhenti kapan saja dan tak ada yang dapat membantahnya. Jadi aku berhak untuk pergi sekarang" ucap gadis itu kemudian memandang tangan yang memegang bahunya itu.
Tersadar akan itu, Aoba hanya dapat melepaskan kepergian gadis bersurai merah muda dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
Ia kemudian memandang sinis Mio, perempuan berkacamata yang sedang memegang foto.
"Perjanjuan macam apa itu!!" Teriaknya kepada Mio.
"Lebih baikkan daripada kasus ini tidak terpecahkan" ucapnya sembari memperbaiki letak kacamatanya.
Fuuuu..
Helaan nafas berat dari mulut sang pemuda, ia tidak habis fikir. Untuk mendapatkan kesaksian dari seorang gadis, ia harus rugi banyak sampai melenceng dari aturan sebenarnya.
○○○
Pagi yang cerah, namun tak secerah wajah seorang gadis yang memang selalu nampak datar. Gadis itu kemudian turun menemui pelayannya yang tengah mempersiapkan sarapan.
Dengan langkah ringan ia menuruni anak tangga satu demi satu. Nampak dengan jelas dasi berwarna merah terlilit tak karuan di kera baju yang ia kenakan.
Dengan langkah santai gadis itu mendekati pelayan berbaju putih, yang sedang menarik salah satu kursi dan mempersilahkan sang gadis duduk.
"Menu hari ini Croissant dengan mentega dan keju. Di sajikan bersama segelas susu cokelat akan menambah semangat nona di pagi ini." Ucap pelayan itu sembari memperbaiki dasi milik gadis yang ia panggil nona itu.
"Oh iya nona, apa nona akan membawa bento lagi hari ini?." Tanya pelayan itu dengan menyodorkan sebuah kotak berwarna biru langit kepada gadis di hadapannya.
Sang gadis hanya menatapnya sekilas dan melanjutkan makannya.
○○○