Hari-hari kami lalui dengan penuh canda dan tawa... Semua begitu damai hingga para tikus itu muncul kembali. Entah dari mana mereka mendapatkan kabar mengenai kondisi kami, yang jelas saat mereka tahu kami kini memiliki sedikit uang, mereka justru datang dan meminta jatah mereka.
Sungguh... Helen tak menyangka bahwa ada orang-orang yang tak tahu malu dan tak tahu diri seperti mereka! Bisa-bisanya mereka meminta uang dan mengaku bahwa mereka memiliki hak atas harta yang kami punya, padahal itu semua adalah usaha jerih payah ayah dan ibu serta bantuan Pak Anton.
Tampaknya mereka memang bermuka badak! Muka mereka terlalu tebal, bahkan mungkin lebih tebal dari kulit badak itu sendiri, hingga mereka tak mengenal arti dari kata "malu" atau "tahu diri".
Mereka terus-terusan mengganggu kami. Puncak semua ini adalah ketika orang tuanya mengalami kecelakaan itu. Mereka menjadi salah satu penyebab ayah dan ibu Helen meninggal!
Helen begitu terpukul saat mendapat kabar atas kematian orang tuanya. Dia sempat dilanda kesedihan yang amat mendalam... Dan kebingungan, apa yang harus dialakukan serta bagaiman bisa dia hidup seorang diri. Beruntung, orang tua Helen memiliki sidikit tabungan yang mereka kumpulkan untuk biaya kuliah Helen kelak. Ayah dan ibunya juga meninggalkan beberapa asuransi dan jaminan. Meski tak seberapa, tapi itu semua cukup untuk memenuhi segala keperluan Helen selama dia duduk di bangku SMA dan biaya pemakaman kedua orang tuanya.
Gerombolan binatang rakus dan tamak itupun mulai menggerayangi Helen di hari pemakaman berlangsung. Mereka memasang "topeng" terbaik mereka untuk menjerat Helen agar ia mau mempercayakan uang simpanan maupun warisan orang tuanya pada mereka, dengan alasan Helen masih terlalu muda untuk mengatur segalanya.
Mereka pikir Helen itu bodoh! Lagi pula mereka menganggap Helen masih terlalu kecil dan pasti tak akan mengingat semua perkara yang terjadi. Meski saat itu Helen memang masih sangat kecil, tapi ia memiliki ingatan yang kuat! Ditambah kehidupan telah memaksanya untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa dari anak-anak seusianya. Helen bukanlah gadis kecil polos yang akan mudah terpengaruh oleh bujuk rayu para kerabat gilanya meskipun mereka menawarkan banyak "permen".
Helen bahkan sempat mendapati para kerabatnya tengah tertawa bahagia! Mereka tengah asik menyusun rencana tentang harta warisan orang tua Helen. Kebahagian yang haram! Keserakahan tepatnya, bukan kebahagian.
Rakus layaknya tikus, kotor seperti babi dan licik ibarat ular, itulah mereka. Huh... Malahan mungkin hewan-hewan itu jauh lebih baik dari pada para kerabatnya. Mereka jauh lebih hina dari itu. Menyebut mereka sebagau tikus, babi ataupun ular masih terlalu baik!
Mereka memang sudah lama mendambakan tumpukan harta warisan orang tua Helen, tapi semua itu ludes ketika Ayah Helen jatuh bangkrut dan hal itu membuat mereka semua kesal!
Mereka menyalahkan ayah Helen atas hal itu. Mereka menganggap Ayah dan ibu Helen sengaja melakukan hal tersebut agar bisa membuat alasan untuk tidak memberi mereka uang sepeserpun. Dan ketika kehidupan Helen beserta orang tuanya mulai stabil lagi, kecurigaan merekapun makin menjadi. Hah! Sungguh gila... Orang-orang ini benar-benar gila... Memangnya siapa mereka? Jasa besar apa yang sudah mereka lakukan untuk Helen dan orang tuanya, hingga mereka bisa menganggap bahwa mereka punya hak atas harta itu, seolah kami berhutang uang dan harta pada mereka? Lagi pula orang waras mana yang mau dengan sengaja membuat usaha yang dibangun dengan keringat sendiri jatuh bangkrut, hancur hanya demi menghindari gerombolan tikus?
Helen berani bertaruh, mereka pasti sangat senang atas kematian orang tuanya. Itu artinya satu saingan mereka sebagai pewaris tanah peninggalan kakek pun berkurang.
Pernah ketika Helen baru saja pulang dari Sekolah, dia mendapati para kerabat itu sedang melakukan aksi "pencurian". Tak tanggung-tanggung yang mereka curi bukanlah tv atau lemari! Melainkan rumah Helen! Mereka malahan ingin menjual rumah pemberian Pak Anton itu pada pasangan muda yang sedang mencari rumah di daerah situ tanpa seizin dan sepengetahuan Helen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread Of Fate (The past and present, Between Us)
Любовные романыGenres: Romance, Thrill, Mystery Berpartisipasi dalam "Indonesia Membaca" #244 - Indonesia [11/5/2018] Fūma Monou, seorang dokter berdarah dingin yang telah membunuh banyak orang demi membalaskan dendam yang ia simpan selama ini pada para korbannya...