-Tokyo Metropolitan Police Departement-
"Harada-san!"
Seorang laki-laki berjenggot tipis dan sedikit agak urak-urakan berumur 46 tahun itupun menolehkan kepalanya ke belakang ketika mendengar seseorang meneriakkan namanya dan mendapati seorang pemuda berjas tengah berlari mengejarnya.
"Hah... Hah..." Pemuda itu hampir kehabisan nafas ketika sampai di depan pria bernama Harada itu.
"Hei, bocah." Panggilnya pada detektif muda yang tampak kehabisan oksigen itu.
"Ck, sudah aku peringatkan kau untuk tidak berlari-lari di koridor." Tegur detektif senior ini sekali lagi pada si junior.
"Saya bukan bocah, Pak Harada! Nama saya Shota Takagi. Tolong berhenti memanggil saya bocah." Protes detektif junior berwajah imut itu.
"Oh, begitu? Baiklah bocah. " Panggilnya sekali lagi sambil tersenyum mengejek.
"Pak Harada!" Bentak Shota.
"Okay, okay jangan tersinggung. Baik, sekarang ada apa jadi kau harus berlari seperti itu?"
"Oh, ini mengenai laporan pembunuhan yang terjadi 3 hari lalu, di distrik Nakano." Jawab Shota sambil mengeluarkan beberapa berkas lembar kertas dari amplop besar yang ia bawa.
"Barusan kita mendapatkan laporan mengenai orang mencurigakan yang kemungkinan adalah tersangka kasus pembunuhan ini." Lanjutnya sambil menyerahkan dokumen laporan itu pada pria bernama lengkap Noburo Harada.
"Hmm, kalau cuma ini, kau serahkan saja pada orang itu. " Kata Harada yang berbalik sambil menguap.
"Eh? Orang itu?" Tanya Shota dengan agak bingung.
"Iya, orang itu." Balas Pak Harada singkat.
"Yang Bapak maksud itu Detektif muda tampan yang dijuluki si jenius bermata 3 itu?"
"Tampan? Jenius? Hahaha... " Tanyanya balik sambil tertawa.
Shota sontak kebingungan dengan reaksi seniornya.
"Iya, iya. Harus diakui kalau hanya melihat tampang dan penampilan orang itu, dia bisa dibilang tampan. Dan jika dia diam, maka julukan jenius tampan itu bisa dipakai. Sayangnya dia aneh."
"Aneh?" Tanya Shota sekali lagi dengan bingung.
"Kau pasti pernah mendengar rumor tentangnya. Ya, dia memang seorang jenius dan tampan yang selalu berhasil memecahkan banyak kasus. Tapi dibalik itu, dia juga aneh. Dia memiliki sifat yang terlalu narsis hingga membuat kesal hampir semua orang yang ada di department ini, terutama mereka yang harus bekerja sebagai partner-nya. Selain narsis, kadang dia suka berbicara ngaur dan di luar dari topik perbincangan. Dia suka bertingkah seenaknya dan sering melakukan hal diluar perintah. Harus diakui semua ide gilanya selalu sukses untuk memecahkan kasus, meski berakhir dengan segudang hukuman karena menentang perintah atasan. Kata orang, orang jenius itu memang aneh. Tapi anak itu benar-benar weirdos."
"Ehhhhh???! Saya baru tahu kalau dia seperti itu." Respon Shota seolah hampir tak pecaya dengan fakta yang ia dengar.
"Tapi Pak, ada hal yang saya tak mengerti." Ucapnya dengan sedikit ragu.
"Hm? Apa?" Tanya Pak Harada balik.
"Begini, jika kita lihat dari kasus ini dan beberapa kasus pembunuhan sadis lainnya yang terjadi baru-baru ini, tampak tak ada kaitannya sama sekali satu dengan yang lainnya. Beberapa kasus bahkan sudah terpecahkan dan pelakunya sudah tertangkap. Tapi kenapa dia malah mengatakan kalau semua dan beberapa kasus sebelumnya memiliki keterkaitan? Padahal motif dan pelakunya saja berbeda, serta cara pembunuhan juga tak sama. Ditambah, tak ada kesamaan atau hubungan antara para pelakunya. Lalu Kenapa dia bisa berkata seperti itu? Hal ini membuat saya bingung." Tanya Shota pada Seniornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread Of Fate (The past and present, Between Us)
RomanceGenres: Romance, Thrill, Mystery Berpartisipasi dalam "Indonesia Membaca" #244 - Indonesia [11/5/2018] Fūma Monou, seorang dokter berdarah dingin yang telah membunuh banyak orang demi membalaskan dendam yang ia simpan selama ini pada para korbannya...