^ hari pertama pindah^

426 21 4
                                    


Sorry for typo

Selamat membaca😉

_____________

Seorang gadis berseragam SMA berlari melintas disepanjang trotoar yang ramai. Tujuannya adalah satu. Halte bus.

Sesekali ia melihat arloji dipergelangan kecilnya. 06.45.
'Gawat, gue telat...' batin gadis itu.

Gadis itu menambah kecepatan berlarinya, dan akhirnya ia sampai dihalte bus tujuannya. Dan beruntungnya bus sampai tepat saat kaki itu sudah menapaki halte tersebut.

Sekitar sepuluh menit perjalanan, gadis itu sampai disebuah gerbang SMA yang hampir tertutup. Dan lagi, ia harus berlari.

"Pak, jangan ditutup dulu gerbangnya!!" Teriak gadis itu.

Sang satpam sekolah yang mendengarnya pun melihat seorang gadis yang sedang berlari ke arah gerbang.
"Aduh neng, cepet atuh. Belnya teh udah bunyi" ucap satpam itu dengan aksen sunda yang medok.

"Haah..haah.. makasih pak." Sahut gadis berkerudung itu sambil terengah.

Tak cukup dengan harus berlari yang sungguh menguras tenaga, kini ia harus direpotkan lagi dengan mencari kantor guru.

Ya, dia adalah siswi pindahan. Ini hari pertamanya, dan ia datang terlambat. Sungguh memalukan.

Ia terlalu sibuk mencari sampai tak memperhatikan jalannya. Tiba-tiba ia menabrak bahu seseorang sampai badannya yang mungil itu terhuyung kebelakang. Namun untung saja pergelangan tangannya langsung ditahan oleh orang yang tadi menabraknya, sehingga ia tak jatuh.

Namun selang beberapa detik, cekalan itu terlepas dan-..

Bukk

Naas, gadis itu terjatuh dengan posisi terduduk.

"Aduh, pantat gue." Keluh gadis itu.

"Makanya, kalo jalan tu pake mata." Sahut lelaki itu dingin.

Gadis itu berdiri dengan sedikit meringis, kemudian membersihkan debu pada telapak tangan dan rok bagian belakangnya.

"Heh! Lo bego apa tolol sih? Dimana-mana jalan tu pake kaki bukan pake mata." Geram gadis itu.

Lelaki itu mengendikkan bahu, kemudian berjalan melewati gadis itu.

"Heh, minta maaf kek. Jangan langsung pergi aja."

Lelaki itu berbalik, "maaf." Kemudian melanjutkan jalannya.

'Dih, sok yes banget tu orang kayak salsa biskuat. Sok keren lagi, eh, tapi emang keren sih.' Ia menggelengkan kepalanya.

Gadis itu semakin geram. Namun ia menahan kekesalannya saat sebuah suara masuk ke gendang telingannya.

"Apa yang kamu lakukan disini? Kamu tahu kalau ini itu udah bel." Suara guru lelaki tua itu terdengar tegas.

"Emm.. an-anu.. maaf pak."

"Maaf-maaf. Cepat kamu masuk kekelas." Suaranya semakin menyeramkan.

Gadis itu semakin gugup,"tap-tapi pak, say-..."

Belum sempat ia menyelesaikan, ucapannya kembali dipotong.

"Apa? Oh, kamu mau bolos ya?"

Mata gadis itu membola, "ti-tidak pak,"

"Lalu?" Tanya guru itu lagi.

Belum sempat gadis itu menjawab, seorang guru wanita yang masih cantik menghampiri mereka.

"Kamu Adin?" Tanya guru cantik itu.

Adin hanya mengangguk sambil menatap bingung.

Guru itu tersenyum. "Maaf pak Hadi, dia murid baru. Dan saya wali kelasnya."

Pak Hadi mengangguk dan tersenyum. "Oh, ternyata dia muridnya bu Ririn. Saya pikir dia mau membolos."

"Tidak masalah pak." Sahut bu Ririn sambil tersenyum.

Guru tua itu tersenyum lebar. Lalu kembali menatap gadis bernama Adin itu.

"Kamu sendiri kenapa gak bilang kalau kamu murid baru?" Tanya Pak Hadi sedikit melembut.

'Dasar tua-tua keladi-_-"' batin Andin.

"Gimana saya mau bilang kalau daritadi saya ngomong, bapak potong terus." Gumam Andin.

Pak Hadi melongo, "kamu tadi bilang apa?"

"Saya lagi sariawan pak, jadi susah ngomong." Jawab Adin sekenanya.

Guru tua itu mengangguk.

"Ayo Adin, saya antar kekelas." Ajak bu Ririn.

"Iya bu." Jawab Andin sambil tersenyum.

Guru muda itu tersenyum manis," mari pak."

"Oh, iya silahkan bu."

Saat di perjalanan Adin bercakap-cakap dengan guru sekaligus wali kelasnya.

"Oh iya, saya masuk kelas apa bu?" Tanya Adin.

Guru itu tersenyum kemudian berhenti. "Kelas ini." Jawab guru muda itu kemudian melirik ke atas pintu bertuliskan X MIPA-1.

"Oh.."

"Ayo masuk."

Adin mengangguk, kemudian mereka berjalan memasuki ruang kelas dan seketika kelas yang tadinya sunyi, kembali ramai.

"Mohon perhatian," Intrupsi dari bu Ririn membuat mereka kembali terdiam.

"Sebelumnya Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,"

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab murid dengan kompak.

"Hari ini, kelas kita kedatangan murid baru, Adin, silahkan perkenalkan diri kamu." Titah bu Ririn.

Adin mengangguk, "halo semuanya, perkenalkan nama saya Adinda Meyla Putri. Dan kalian bisa memanggil saya Adin, salam kenal." Perkenalan singkat dengan senyum manis diakhir membuat kelas kembali riuh.

Bu Ririn kembali memerintahkan kelasnya untuk diam.

"Adin, silahkan kamu duduk di samping Cahya. Pelajaran akan segera saya mulai." Titah bu Ririn.

Adin mengangguk lalu tersenyum,"baik bu, terimakasih."

Saat sampai ditempat duduknya yang baru, tiba-tiba sebuah tangan putih mengulir didepan Adin. Ia menaikkan satu alisnya.

"Gue Cahya, umur 15 tahun, 02 line, anak kedua, makhluk ciptaan Tuhan paling alay kalo kata mentemen gue, ting-.." ucapan gadis bernama Cahya itu terhenti saat sebuah pulpen mendarat cantik di kepala sebelah kanannya.

Sedangkan Adin hanya menatap Cahya dengan cengo, 'yakin dia anak SMA?' batinnya.

Cahya menatap tajam dua orang yang duduk dibelakangnya, " apaan sih lo? Ganggu orang kenalan aja." Ucapnya kesal.

Sedangkan gadis dibelakangnya hanya menatap datar.
"Eh, lo mau kenalan apa bikin biografi? Sok penting banget."

"Emang gue penting. Dasar sirik lo," ucap gadis itu tak terima.

"Gue? Sirik sama bocah kayak lo? Sorry bukan level gue." Jawabnya sok angkuh.

Saat Cahya ingin membalas, gadis yang lainnya menyahut.

"Berisik lo pada."

Kemudian tatapannya beralih ke Adin, "Gue Aisyah, lo bisa panggil gue Ais ato gak Ai'. Dan kunyuk samping gue namanya Ayu." Jelasnya tampa melihat orang disampinnya.

Sedangkan Adin yang sudah mulai sadar mengangguk, lalu tersenyum.

"Adin," ucapnya sambil mengulurkan tangan pada ketiga gadis yang akan menjadi teman barunya.

Kemudian mereka semua kembali diam, memperhatikan bu Ririn yang tengah menerangkan pelajaran Bahasa Indonesia tentang cerita hikayat.

TBC ==>>

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang