^ Sampai Jumpa ^

92 6 0
                                    












Sorry for typo😉😉

Happy reading😙😙😙

--------------------------



















-------------------------

Tubuh Ais bergetar. Air matanya kembali tumpah. Entah sudah berapa ribu tetes air mata Ais yang jatuh hari ini.

Jika boleh jujur Ais lelah. Lelah karena selalu menangis setiap hari. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Ini takdir.

Sekeras apapun usaha yang ia lakukan untuk menekan air mata itu untuk tidak keluar. Tetap saja, bak sebuah tanggul yang rapuh, air itu tetap akan merembes kemudian keluar dengan deras karena tanggulnya sudah jebol tak mampu menahan air bah itu.

Ia meringkuk diatas tempat tidur miliknya. Dan tak lama, seorang pria paruh baya mengetuk pintu kamar Ais.

"Boleh ayah masuk?"

Ya, itu adalah ayah Ais. Herman namanya.

Ais mengangkat wajahnya. Sungguh, wajahnya memerah, matanya sembab, hidungnya pun tak kalah merah. Gadis itu sungguh terlihat menyedihkan.

Tanpa persetujuan sang empu kamar, Herman langsung masuk dan duduk disamping Ais. Ia merengkuh anak gadis satu-satunya itu kedalam pelukan hangatnya.

Pelukan yang selama ini selaku dirindukan oleh Ais.

"Maaf, ayah minta maaf."

Ais hanya sesegukan dan tak membalas ucapan sang ayah.

"Seharusnya ayah tau dari awal. Jadi semuanya gak akan serumit ini. Kalo aja ayah gak selalu menyibukkan diri, gak mungkin kamu dan Arga jadi menderita kaya gini."

Ais mengangkat wajahnya.

"Ayah jangan ngomong kaya gitu. Ini semua bukan salah ayah."

Herman hanya tersenyum.

"Jadi, kamu yakin?"

Ais diam. Ia menunduk dalam.

Herman menghela nafas panjang.

"Kalau memang kamu gak siap, kita bisa batalin."

Ais langsung mengangkat wajahnya cepat.

"Enggak. Aku siap, bahkan sangat siap. Ayah tenang aja."

"Kamu yakin?"

Ais mengangguk mantap.

"Ya udah. Sekarang kamu istirahat. Ayah udah urus semuanya jadi besok pagi setelah subuh kita bisa langsung pergi. Untuk barang-barang nanti nyusul cukup bawa seperlunya aja dulu." Jelas sang ayah serinci mungkin.

Ais kembali mengangguk.

"Ya udah kamu tidur, kamu pasti capek kan?"

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang