^ Masa Lalu Ais ^

81 10 2
                                    


Sorry for typo😉😉

Happy reading 😙😙

------------------------









"LO DENGER GAK YANG GUE BILANG? HAH?! LO TULI ATAU BISU?!"

Makian, teriakan, pukulan, dan siksaan. Itulah makanan sehari-hari seorang gadis berparas cantik dan putih dengan mata bulat dan hidung pesek yang terkesan imut. Sepuluh tahun sudah hal itu terjadi.

Awalnya memang hanya sekedar hinaan kecil yang ia dengar dan tak ada satu pun yang ia permasalahkan. Tapi, sejak ia memasuki umur tiga belas tahun, hinaan itu semakin menjadi-jadi ditambah dengan pukulan yang tak jarang ia dapatkan.

Aisyah Candra Puspita. Gadis yang harus menerima perlakuan kasar dari kakak tirinya yang mulai membenci dirinya sejak kejadian sepuluh tahun silam. Tepat saat ibunya lumpuh setengah badan dan akhirnya meninggal tiga tahun lalu.

"Iya, kak. Aku minta maaf." Jawab Ais lirih sambil membereskan pecahan gelas yang ada dibawah kaki kakaknya, Arga.

"Apa? Maaf lo bilang? GUE GAK BUTUH MAAF DARI CEWEK PEMBAWA SIAL KAYA LO!!." Teriaknya lagi.

Arga mendengus lalu menendang kecil pecahan kaca yang sedang dipunguti oleh adik kecilnya itu. Kemudian ia pergi meninggalkan Ais yang sudah terisak sedari tadi. Dan sengaja menabrak pundak Ais yang membuatnya tersungkur kebelakang.

Ais kembali terisak sambik terus membereskan kekacauan yang tak sengaja ia lakukan.

Tadi, saat sampai dirumah Ais langsung berjalan kekamarnya yang ada dilantai atas. Entah mungkin karena tubuhnya yang sedang tidak sehat, ia berjalan dengan sedikit limbung dan saat sampai didekat tangga yang bersebelahan langsung dengan pintu dapur, gadis itu tak sengaja menabrak kakaknya yang sedang berjalan keluar dari dapur dengan membawa segelas air putih.

Dan sekarang disinilah ia, didepan pintu dapur dengan terisak dan membereskan pecahan bening itu.

Setelah selesai, ia berjalan lunglai kekamarnya dan langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur yang tidak terlalu besar miliknya. Menatap langit-langit kamarnya dengan kaki menggantung diudara dan masih terbalut oleh kaos kaki putih selutut.

Ia diam, tak ada ekspresi yang ia tunjukkan. Tapi jika dilihat lebih seksama, mata itu. Mata itu seolah menyimpan banyak beban dan penderitaan.

"Mama, Caca udah gak kuat.." ucapnya lirih yang dibarengai dengan menetesnya cairan bening dari ujung matanya.

Merenung dan merenung, hal yang selalu ia lakukan sejak dulu. Dan selamanya tidak akan berubah.

Ibu kandungnya meninggal sejak ia berumur tiga tahun karena suatu hal. Entahlah, sampai sekarang pun tak ada satupun yang mau memberitahu apa yang sebenarnya terjadi.

Dan sejak saat itu, ia menjadi anak yang pendiam. Bahkan ayahnya tak mampu mengembalikan sosok kecil menggemaskan itu.

Ais kecil tumbuh seperti anak yang lain. Bedanya hanya ia sedikit pemurung dan sulit bergaul. Mungkin karena ia telah kehilangan sosok seorang ibu sejak kecil.

Sampai pada saat umur empat tahun, ayahnya datang bersama seorang anak laki-laki dan seorang perempuan yang berusia hampir sama dengan ayahnya.

Flashback on

Ais POV

Saat itu aku baru berumur dua setengah tahun. Diumurku yang masih kecil, aku sudah harus ditinggalkan oleh sosok ibu. Kala itu aku masih sangat kecil, yang aku tahu hanya ibuku sedang tertidur dalam waktu yang sangat lama. Ya, karena itulah yang dikatakan oleh ayahku. Aku hanya mengangguk patuh dan diam tanpa bertanya lagi.

PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang