Part 13 - Kekhawatiran Semua Orang Termasuk Sang Bidadari

406 29 2
                                    

Dari berbagai posisi sudah Kimi pakai namun tetap saja dia terjaga dari tidurnya. Masalahnya masih sama. Ini tentang Malik. Sahabat om-nya itu membuatnya tersipu-sipu macam pengantin baru yang akan mengalami malam pertama. Ah, itu terlalu berlebihan.

Kini Malik sudah sedikit masuk ke dalam pikirannya. Tak ada lagi kisahnya bersama Randi. Seolah semua sudah disetting sedemikian rupa. Rasa sakitnya karena pengkhianatan sedikit terobati dengan kehadiran Malik. Bukan Kimi merasa tak sedih kandasnya cinta yang dia jalani bersama sang mantan tapi bukankah hidup harus tetap berjalan?

Dengan kehadiran Malik juga sedikit membuat Kimi merasa tak lagi kesepian karena El yang jarang pulang. Bicara mengenai El, tingkahnya semakin hari semakin menunjukkan keanehan. Dia tidak lagi sering pulang on-time ke rumah. Dalam seminggu hanya dua hari yang bisa dia gunakan untuk makan malam bersama dengan keluarganya.

Bahkan di pagi ini menurut Lidia, El tidak pulang semalam dengan alasan mendadak harus ke luar kota untuk menemui salah satu investor.

Sejak tadi Kimi tidak henti menatap pintu ruangan El. Berharap om-nya itu muncul di ruangannya. Hari semakin siang dan tidak ada tanda-tanda kalau El akan tiba di kedai. Ponselnya pun raib entah kemana.

"Sstt..Kim, tuh mba bidadari datang." ucap Titin sambil menyenggol lengan Kimi yang sejak tadi melamun.

"Kenapa?"

"Tuh." Titin menunjuk sesuatu dengan dagunya. Kimi pun menoleh ke arah yang di maksud Titin. Buru-buru Kimi menghampiri Zeefana di spot favoritnya dengan membawa serta buku menu.

"Halo mba Zee. Mau pesan seperti biasa?" tanya Kimi dengan ramah. Entah mengapa kalau dekat dengan Zeefana, aura positif dari perempuan cantik itu menular pada Kimi. Dalam hati kecilnya dia selalu berharap jika Zeefana lah yang pantas mendampingi om-nya.

"Aku pesan iced chocolate saja dulu." jawab Zeefana dengan lembut.

"Baik. Mohon ditunggu sebentar."

Saat akan berbalik, Zeefana menahan lengan Kimi.

"El-nya ada?" tanya Zeefana setengah berbisik. Kimi menghembuskan nafasnya dengan kasar dan membuat Zeefana menaikkan sebelah alisnya. "Ada apa?"

"Aku kira mba Zee tau sesuatu tentang om El."

Dahi Zeefana nampak berkerut. "Sebentar lagi aku istirahat. Nanti akan aku ceritakan." Zeefana akhirnya melepas cekalan di lengan Kimi.

Sepiring nasi goreng seafood yang tersaji di atas meja tidak menggiurkan untuk Kimi. Dia hanya duduk sambil berpikir untuk memulai darimana sesi tanya jawab dengan Zeefana.

"Kim.." panggil Zeefana pelan. Kimi pun mendongak. "Aku juga merasa ada yang aneh dengan El belakangan ini. Dia..seperti menghilang. Entah dia menjauhiku atau memang dia sibuk, aku juga nggak tau pasti."

"Mba Zee benar kalau belakangan ini om El seperti sedang menutupi sesuatu. Bahkan sekarang jarang kami untuk bisa makan malam bersama."

Zeefana menghembuskan nafasnya dengan kasar sehingga membuat Kimi heran. Perempuan itu meminum air putih dengan buru-buru.

"Maaf, aku lupa kalau ada janji dengan temanku. Aku duluan ya, Kim." belum sempat Zeefana beranjak dari kursinya, Kimi sudah berhasil mencekal tangan Zeefana.

"Mba Zee kenapa?"

"Nggak ada apa-apa. Memangnya kenapa?"

"Kimi merasa mba Zee menghindari obrolan ini."

Zeefana melemparkan senyumnya pada Kimi. "Aku sadar keberadaanku untuk El, Kim. Aku bukan siapa-siapanya El jadi, aku juga nggak berhak untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan El. Itu saja."

Target KimiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang