Part 1 - Si Bujak Lapuk vs Cewek Kebelet Kawin

1.7K 62 2
                                    

Mereka hidup hanya bertiga. Seorang wanita tua yang masih nampak sehat beserta anak laki-lakinya dan seorang cucu perempuan. Sang nenek yang bernama Lidia Irawan adalah seorang pebisnis di bidang kuliner. Tepatnya pemilik Labamba's Cafe, kedai kue dan kopi.

Berhubung dirinya sudah tua, maka beliau mewariskan usahanya kepada anak bungsu laki-lakinya yaitu Misael Arkandi Irawan. Seorang pria bujang berusia 35 tahun. Sang mama selalu mewanti-wanti agar dirinya cepat menikah sebelum di dahului oleh Kiminara Utami cucu dari anak pertamanya.

"Eyang, om! Kalian dimana?" teriak Kimi si gadis cerewet yang centil.

"Eyang di dapur!" sahut Lidia. Langkah kaki Kimi menuju sumber suara. Disana dia melihat eyangnya dengan cekatan memasak sarapan untuknya dan juga untuk El.

"Eyang masak apa? Kayaknya enak banget. Perutku mulai berteriak-teriak 'aku lapar aku lapar' nih." kata Kimi sambil mengelus perut ratanya yang tertutup kemeja pink.

"Eyang lagi numis daging cincang dan brokoli pesanan om mu itu." jawab Lidia. Kimi memutar bola matanya karena setiap hari om satu-satunya itu selalu dilayani oleh eyangnya.

"Umur boleh banyak, tapi kelakuan kayak anak TK. Sarapan saja harus disiapin di depan mata." gerutu Kimi. Kemudian dia menghempaskan pantatnya di kursi makan dan mencomot satu lembar roti tawar.

Lidia sudah selesai memasak,kemudian beliau menaruh masakan tersebut ke dalam piring dan menyajikannya di atas meja makan.

"Kimi, makan yang bener. Kamu tuh anak perempuan jangan seperti abang-abang di terminal." omel Lidia. Kimi langsung mengerucutkan bibirnya. Posisi duduknya kini sudah tegak.

"HAHAHAHA...KAYAK APA, MA? ABANG-ABANG DI TERMINAL? BUAAAHHHHAA!!" suara membahana itu terdengar dari lantai dua rumah ini. Siapa lagi kalau bukan Misael atau yang sering dipanggil om El. Tidak lama kemudian, El pun keluar dari persembunyiannya.

Langsung saja Kimi memasang wajah sangarnya. "Om tadi bilang apa? Aku kayak abang-abang di terminal? Enak saja. Daripada om, si bujak lapuk." balas Kimi. Kini berbalik, El yang memandang sangar ke arah keponakan centilnya itu.

"Enak saja kalau kamu ngomong. Awas-"

"MISAELLLL CEPET MAKAN!" teriak Lidia dan langsung membuat anak bungsunya itu menutup mulutnya. Di hadapannya, sang keponakan resenya itu menyeringai licik.

**

"Kenapa sih kamu nggak minta saja mobil sama eyang?" tanya El yang sibuk mengemudi. Dia melirik keponakannya itu.

"Pantang seorang Kimi meminta-minta. Lebih baik uangnya aku tabung buat biaya menikah. Kan ada om El yang setiap pagi dengan tulusnya mengantar dan menjemputku pulang." ucap Kimi sambil kedip-kedip manja. Hal itu cukup membuat El bergidik ngeri.

"Sok tua kamu. Mikirin nikah di usia yang masih kecil. Kamu tuh masih anak-anak." ledek El kembali.

"Enak saja, gini-gini aku sudah besar. tau. Aku sudah bisa bikin anak malah. Emangnya om yang masih aja kena penyakit jomblo menahun."

Skak mat, Kimi berhasil membungkam omongan pedas omnya itu.

"Diam! Atau om sumpahin kamu nggak akan nikah selamanya!"

"OMMMMM ELLLL!!!"

**

El POV

Kiminara Utami alias Kimi, keponakanku satu-satunya itu selalu membuat pagiku kacau. Dia selalu berteriak memanggil aku ataupun mama dengan suara cemprengnya. Kalau boleh disandingkan Kimi dengan burung beo terlatih, aku rasa burung beo akan kalah.

Target KimiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang