Kimi POV
Sejak pagi kedai sangat ramai hingga sampai jam makan siang. Aku bahkan tidak bisa santai sedikit, untuk pergi ke toilet saja sulit sekali. Aku bangga menjadi bagian dari kedai yang dibangun oleh eyang ini. Umurku dengan kedai ini saja masih banyakan umur kedai.
Mataku menangkap sosok perempuan manis dengan wajah bersinar. Apakah dia seorang artis? Bahkan sejak perempuan itu masuk ke dalam kedai saja, banyak tatapan memuja melihat ke arahnya. Dia duduk di meja paling ujung yang dekat jendela.
Saat Mita ingin menghampiri perempuan itu, aku menahannya. Rasa penasaranku begitu besar untuk melihat dari jarak dekat bidadari tak bersayap itu. Astaga, aku perempuan tapi bisa menggombali perempuan juga. Aku berani bertaruh kalau kalian lihat perempuan ini, kalian akan berpikiran yang sama denganku.
"Selamat datang, ini buku menunya." kataku sambil menyodorkan buku menu ke arahnya. Aroma parfumnya begitu kentara di hidungku. Pasti ini parfum mahal.
Dia membolak-balik buku menu saja gerakannya begitu anggun. "Hmm disini yang spesial apa?" tanyanya. Bahkan suaranya mirip dengan sutra berkualitas nomer satu. Lembut dan halus.
"Cappucino kita spesial karena bisa request foam yang dibentuk sesuai selera. Ada blueberry snowcake juga jadi favorit disini. Perpaduan yang perfect. Sedikit rasa pahit dari cappucino, asam dan manis dari kue."
"Masuk akal juga. Aku pesan sesuai apa yang direkomendasikan kamu..Kimi."
Dia menyebut namaku! Seriusan??
"Kok mba tau nama saya?" tanyaku heran.
Dia menunjuk sesuatu. "Aku tau namamu dari name itu." katanya dengan senyum tipis.
Aku menepuk jidatku berkali-kali. Ah aku bodoh sampai melupakan namaku yang tertera di name tag seragam.
"Baik mohon ditunggu pesananannya."
Aku berbalik menuju dapur untuk menyiapkan pesanan perempuan itu. Selagi pesanannya dibuat, mataku terus saja memperhatikan pengunjung satu itu dari depan kasir.
"Tin, arah jam dua belas." bisikku pada Titin."Hah?"
Aku memutar bola mataku. "Arah jam dua belas. Tepat di depanmu. Ada cewek cantik banget mirip bidadari." bisikku.
"Nggak usah jauh-jauh, Kim. Nih aku juga mirip bidadari yang jatuh dari kayangan." kelakar Titin.
Aku melempar serbet ke arah Titin sebagai ungkapan kesal. "Kamu mah bidadari jatuh dari metro mini. Eh kira-kira dia cocok nggak ya sama pak Misael?"
Titin mendengus kesal.
"Kenapa gitu mukanya?" tanyaku.
"Kamu mah tega sama aku, Kim. Masa kamu mau jodohin cewek itu sama pak Misael. Kan aku suka sama dia. Memangnya kamu nggak pengin punya tante kece kayak aku?"
"What?? Ogah ya aku mau jadi keponakanmu." sanggahku cepat.
"Ehem.."
"Suaramu besar banget, Tin." ujarku dengan masih memandangi perempuan itu. Titin bungkam sambil menunjuk sesuatu di belakangku. "Apaan sih nunjuk-nunjuk."
"Ehem..Kimi.." suara bass itu mengejutkanku. Oow perasaanku mendadak jadi tidak enak. Aku menoleh dan mendapati tatapan galak dari om El.
"Ini masih jam kerja. Kenapa malah sibuk bergosip?"
"Siapa yang gosip, pak. Kita lagi lihat ada bidadari mampir di kedai kita." sahutku. Om El menaikkan alisnya sebelah. "Bapak lihat cewek yang duduk sendirian disana? Cantik kan kayak bidadari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Target Kimi
RomansaMisael Arkandi Irawan belum juga menikah diusianya yang sudah 35 tahun. Maminya sibuk mencarikannya jodoh kesana kemari. Lain halnya dengan sang keponakan Kiminara Utami yang sudah 'kebelet' ingin menikah dengan kekasihnya namun ditentang oleh sang...