Kimi menyipitkan mata berusaha mempertajam penglihatannya pada sosok yang tengah berjalan memasuki toko. Pria itu pun memandangi Kimi sambil menyeringai dan ber-dadah ria ke arahnya. Kimi bergidik ngeri lalu kembali masuk ke dapur.
"Yak masuk!" perintah El saat mendengar pintu ruangannya diketuk dari luar.
"Woiii apa kabar lo!" suara bass itu menyapa.
"Eh lo ternyata. Duduk deh. Santai-santai dulu lah. Tumben pagi-pagi banget lo kesini." kata El sambil menghampiri Malik kemudian menyuruhnya duduk di sofa.
"Gue belum sarapan, makanya gue mampir kesini. Kayaknya big boss sibuk banget nih."
"Biasa lah akhir bulan makanya lagi sibuk banget." tawa El seketika membahana. "Eh lo mau pesen apa? Biar gue siapin deh bawa kesini buat lo."
Pria ber-kemeja hitam itu nampak sedikit berpikir. "Kelamaan deh. Sudah lah gue pesenin yang spesial saja buat big boss macam lo." lalu El menelpon seseorang.
Setelah selesai, El kembali fokus berbincang-bincang dengan temannya itu. Dia adalah Malik Zayn seorang eksekutif muda yang baru saja merintis karir dibidang perhotelan. Dia pula yang mengajak kerja sama El untuk membuka cabang kedai kue yang baru di sekitar hotelnya.
"Lo belum nikah juga? Parah sama saja lo kayak gue." ledek Malik diiringi tawa besarnya.
"Sialan lo. Kenapa kita nasibnya begini banget ya. Apa jangan-jangan kita kena karma karena dulu sering gonta ganti cewek." tanya El dengan serius. Bukan Malik namanya kalau dia tidak bisa membuat suasana riuh.
"Gaya lo sok banget. Lagian itu kan dosa masa lalu, El. Masa iya masih saja ngikutin kita." kata Malik menimpali.
Tok.tok..tok..
Obrolan seru mereka terintrupsi sebuah ketukan pintu. El mempersilakkan tamu itu untuk masuk. Ternyata yang datang adalah Kimi dengan senampan aneka kue yang tadi dipesan El.
"Nih om pesanannya." Kimi berjalan masuk tanpa menoleh ke arah Malik yang duduk di single sofa depan El.
"Om? Dia keponakan lo, El?" tanya Malik dan mau tidak mau Kimi menoleh. Matanya melotot melihat sosok laki-laki rupawan yang sudah membuat keningnya menderita kemarin. Lain halnya dengan Malik, dia justru tersenyum manis kepada Kimi.
"Eh om-om ngapain disini?" bentak Kimi. El menatap Malik dan Kimi secara bergantian seakan bingung dengan kedua makhluk beda kelamin tersebut.
"Lo kenal sama Kimi?" El memasang wajah bingungnya.
"Kenal dong." sahut Malik dengan santai.
Kimi memutar bola matanya dengan jengah. Sok kenal sekali om-om keren itu, pikirnya. "Kalau nggak ada lagi yang penting, Kimi mending balik ke dapur ya, om." kata Kimi sambil memeluk erat nampan yang dia bawa. El mengangguk dan mengizinkan Kimi untuk kembal bekerja.
Saat melewati Malik, gadis itu memeletkan lidahnya. Malik hanya tersenyum tipis menghadapi kelakuan ajaib Kimi.
"By the way, dia keponakan lo atau..keponakan ketemu gede?" selidik Malik. Alis El saling bertaut. Lalu di ketuknya kepala Malik dengan pulpen miliknya.
"Sialan lo. Lo kira gue om-om kesepian, huh? Dia itu beneran keponakan gue. Anaknya almarhumah mba Chika." jelas El.
Malik nampak mengangguk. Sedangkan El raut wajahnya berubah menjadi sendu. Bicara sedikit saja tentang Chika, luka lamanya seakan kembali menganga.
"Sorry, El. Gue beneran nggak tau kalau dia anaknya mba Chika. " gagap Malik.
"Nggak apa-apa. Sudah lah nggak usah bahas itu. Mending kita bahas tentang kerja sama yang lo tawarin buat gue."
**
Lagi-lagi El menghilang saat toko akan tutup. Kimi pun jadi bingung karena dia akan pulang dengan siapa kalau bukan dengan El. Dia berusaha menelepon Randi namun mba-mba operator yang selalu jawab teleponnya. Kimi gusar. Satu nama terlintas di otaknya. Mang Didit, supir keluarga. Pasti pria setengah baya itu mau menjemputnya.
Kimi mencari nomer telepon mang Didit di list contact handphonenya. Lagi-lagi sial menghampirinya. Kimi lupa kalau dia pernah ganti nomer dan lupa men-save nomer mang Didit di handphonenya. Sebuah mobil Jeep mampir di depan kedai. Matanya menyipit sekedar untuk menajamkan penglihatannya.
Nggak liat apa toko sudah tutup begini."
Lalu dari mobil Jeep hijau itu turunlah sosok Malik. Ya, teman El. Laki-laki itu tersenyum lebar saat melihat Kimi.
"Syukurlah ternyata kamu anak yang manis. Bisa menunggu om-mu dengan sabar." kata Malik. Kimi heran dengan laki-laki di depannya ini.
"El memerintahkanku untuk menjemputmu disini karena tiba-tiba dia harus ke lokasi cabang baru kedai ini. Ayo kita pulang sebelum kamu diculik wewe gombel kalau pulang maghrib-maghrib begini." kata Malik dengan mimik dibuat-buat. Kimi melirik jam tangannya yang tergantung di tangan kirinya.
Sudah jam enam. Tanpa diminta lagi, Kimi langsung membuka pintu sebelah kiri mobil Jeep milik Malik itu. Tapi Kimi masih terpaku dan belum masuk ke dalam mobil.
"Ada apa lagi nona Kimi?" tanya Malik dengan alis naik sebelah.
"Susah naiknya, om. Aku kan pakai rok begini. Lagian punya mobil nyusahin banget sih." gumam Kimi dan langsung disambut tawa membahana milik Malik.
Lagi-lagi Kimi memberengut kesal ditertawakan om-om kece itu.
**
"Makasih sudah mau nganterin aku pulang. Hati-hati di jalan ya om" ujar Kimi sesaat mereka sampai di halaman rumah Kimi.
Saat akan membuka pintu, tangan Kimi ditahan oleh Malik. "Bisa turunnya nggak? Atau mau aku gendong?" tanya Malik dengan seringai liciknya. Kedua alis Kimi naik.
"Nggak.makasih.banget!" jawab Kimi ketus penuh penekanan dan lalu dia turun dari mobil Malik. Di dalam mobilnya, Malik tertawa puas karena berhasil menggoda berondong muda macam Kimi. Akhirnya Malik meninggalkan rumah Kimi menuju apartemennya.
"EYAANGG..KIMI PULAAANGG!!!" teriak Kimi seperti biasa. Namun tidak ada sahutan apa-apa dari neneknya. Mata Kimi memicing ke segala penjuru rumah. Kimi beranjak menuju kamarnya untuk segera mandi. Melepaskan penatnya sekaligus amarahnya yang tertahan untuk si om rese alias Malik.
Sayup-sayup Kimi mendengar seseorang tengah mengobrol di dalam kamar El. Dengan berjalan jinjit, Kimi mengendap-endap mendekati kamar El. Dia menempelkan telinganya di balik pintu yang menjulang tinggi.
Tapi kemudian.. brukk!!
Kimi tersungkur jatuh ke lantai. Lagi-lagi kening mulusnya lecet. Sebuah tangan terulur padanya untuk mencoba membantunya bangun.
"Om El? Kok..?" tanya Kimi bingung.
"Kenapa?" tanya El balik.
"Tadi kata si om Malik, om El lagi ke cabang kedai? Kenapa sudah balik?"
El meninggalkan Kimi dengan segudang tanda tanya plus tanda seru untuk Kimi.Daripada berurusan dengan omnya itu, Kimi lebih memilih menuju kamarnya dan meneruskan niatnya tadi yang sempat tertunda.
***
Happy reading and vomment please!!
Ini cast buat om El yang ketjeh parah. Ada yang tau dia siapa? Hayoo tebak siapa dia? Hehehe
__Paprika Merah__
KAMU SEDANG MEMBACA
Target Kimi
Storie d'amoreMisael Arkandi Irawan belum juga menikah diusianya yang sudah 35 tahun. Maminya sibuk mencarikannya jodoh kesana kemari. Lain halnya dengan sang keponakan Kiminara Utami yang sudah 'kebelet' ingin menikah dengan kekasihnya namun ditentang oleh sang...