7. Kau itu, apa?

2.5K 402 10
                                    

Kaki Sabrina membawanya ke dalam pintu ruangan perpustakaan. Membukanya dengan keras dan ia sempat terkesiap ketika menemukan bahwa segala hal yang terletak di dalamnya sama persis ketika dua tahun yang lalu, ia meninggalkan rumah ini. Menolak untuk teralihkan, Sabrina bergegas menyusuri rak-rak buku yang tidak berdebu sedikit pun. Sedikit berjinjit sehingga ia mampu mengambil sebuah album foto dengan sampul beludru berwarna biru. Ia segera duduk di lantai. Mengelus permukaan sampul album tersebut dan dengan segenap kekuatan yang ada di dalam dirinya, ia mulai membukanya. Mengabaikan untuk berlama-lama memandangi foro-foto yang sebagian besar berisi hal-hal mengenai periode tumbuh kembangnya bersama kedua orang tuanya dan Jack. Hingga ke sebuah sudut kecil, teramat kecil dibandingkan dengan foto-foto lainnya, ia akhirnya menemukannya.

Sosok itu. Pria di dalam foto itu. Sabrina jelas tidak salah!

Matanya memicing melihatnya. Berharap ia memiliki kemampuan mata seperti teleskop ataupun kaca pembesar sehingga bisa memperbesar sosok di sana. Namun dengan kedekatan dan perasaan familiar yang sudah berkembang di diri Sabrina, ia sangat yakin bahwa pemuda yang menatapnya dari jauh di dalam potret tersebut adalah Matt. Matt yang sama seperti pria yang saat ini sedang keluar dan berjanji akan kembali dan menceritakan segalanya.

Jantung Sabria berdetak kencang. Rasa gugup dan penasaran bercampur menjadi satu. Kemudian, ketika dirinya ingin menutup kembali album tersebut, ia bisa merasakan satu permukaannya yang agak menonjol seolah terdapat dua foto di dalamnya. Hal yang tidak pernah Sabrina sadari sebelumnya.

Ia akhirnya berusaha mengurai hal tersebut. Menarik satu sisi kertas dan benar saja, terdapat foto lain yang terselip di baliknya.

Potret yang membuat Sabrina mengerjapkan matanya dengan bibir yang membuka. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Pikirnya bingung.

Di dalam potret itu. Dengan sangat jelas berdiri seorang pria -Matt lebih tepatnya- yang sedang mendekap Sabrina saat usianya belum genap satu tahun. Jelas tatapan yang diberikan Matt di sana adalah jenis pemujaan berlebih. Dan senyum itu, senyum yany terlukis di dalam potret itu adalah senyum yang selalu Matt berikan kepadanya.

Dan di samping semua itu, Matt tidak terlihat sedikit pun berubah! Astaga!

"Werewolf percaya terhadap kekuatan Moon Godest, Sabi. Seorang dewi yang memberikan anugrah sehingga mereka bisa bertarung untuk menyelamatkan kaumnya," jelas sang ibu ketika usia Sabi menginjak sepuluh tahun.

"Mom, aku sudah hapal dengan cerita itu. Pop dan Jack terus menerus mengulangnya hingga telingaku berasap," jawab Sabi dengan mulut mencebik kesal. "Dan Mom, apakah Mom tahu bahwa teman-temanku menjulukiku pembohong ketika aku menceritakan hal yang kalian ceritakan kepadaku," ujar Sabi gemas dengan pipi yang menggelembung dengan cantiknya.

Sang ibu, Jennifer Wilson hanya tertawa. Mengecup kedua pipi putri satu-satunya dan kembali berkata, "Teman-temanmu boleh tidak percaya, sayang. Tetapi penting bagimu untuk mempercayai segala cerita mengenai mereka."

Mata Sabi memicing curiga. "Mereka yang Mom maksudkan adalah para legenda yang berisi Werewolf, Vampir, Siren, dan lainnya, bukan?"

Jennifer tersenyum lembut. "Ya, sayang. Mom ingin kau mempercayai keberadaan mereka karena kau adalah anak yang istimewa," jelas sang ibu dengan sabar.

Dan hingga kini, Sabrina bahkan tidak tahu definisi dari istimewa yang ibunya maksudkan. Bagian mana dari dirinya yang bisa disebut istimewa?

Samar-samar, Sabi mendengar suara pintu yang terbuka dan tertutup setelahnya. Suara Matt yang memanggil namanya dan itu artinya, dirinya bisa menanyakan semua hal yang mengganjal sekarang juga. Ia lalu mendekap album foto itu. Melangkah dengan ringan karena ia sudah tahu bahwa keadaan Jack, baik-baik saja.

Begitu Sabrina berada di dalam jarak pandangan Matt, hanya satu yang Matt rasakan. Kelegaan tiada tara bahwa Sabrina tidak memutuskan untuk pergi karena takut dengan apa yang ia lakukan dan ungkapkan kepadanya. Dan juga setelah urusannya selesai dengan rogue yang mencari gara-gara dengannya, membuat Matt semakin lega bahwa ia tidak terlambat untuk menemui Sabrina. Meskipun dirinya memang hampir terlambat.

Instingnya membuat langkah-langkah panjangnya mendekati Sabrina. Sekali lagi membawa tubuh Sabrina ke dalam rengkuhannya. Menikmati denyut nadinya. Aroma tubuhnya. Hangat kulitnya. Semue pertanda yang menegaskn kepadanya, bahwa Sabrina masih hidup.

"A-apa yang terjadi?" tanya Sabrina tidak mengerti. Tubuh Matt yang tiba-tiba memeluknya bergetar. Persis seperti keadaannya ketika beberapa saat sebelumnya, dirinya lah yang memiliki keadaan serupa.

"Maafkan aku," bisik Matt pelan. Melepas rengkuhannya dan menangkup wajah Sabrina.

"Apa aku membuatmu takut?"

Jika dirinya normal, seharusnya Sabrina mengangguk. Well, mereka bahkan baru bertemu kurang dari 48 jam dan apa yang Matt lakukan kepadanya adalah sama sekali bukanlah sebuah tindakan yang benar. Alih-alih demikian, Sabrina menggeleng. Mengulas senyum tipis yang membuat jantung Matt seakan mencelos. Terlalu takjub dengan pesonanya.

"Apa urusanmu di luar sana sudah beres?" tanya Sabrina lagi sambil melepaskan diri. Ia melangkah ke dapur. Mengamati potongan kalkun dengan air liur yang hampir menetes.

"Ya." Ia lalu melihat album foto yang Sabrina bawa. Membuat keningnya mengernyit. "Apa yang kau bawa?"

Sabrina mengedikkan bahunya tak acuh. "Hanya album foto biasa. Yang di dalamnya terdapat foto yang membuatku penasaran. Ngomong-ngomong, aku memakai ponselmu untuk menghubungi rumah sakit dan bertanya mengenai Jack," jelas Sabrina ringan.

Rahang Matt hampir jatuh ke bawah. Ponselnya langsung terhubung kepada para direktur. Memudahkan Matt untuk tidak membuang waktunya. Dan itu berarti...

"Kau jelas bukan orang biasa. Mungkin saja kau adalah milyader pemilik rumah sakit atau sejenisnya. Atau mafia," Sabrina mengedik lagi. Mengambil garpu dan mulai mengunyah potongan kalkun dengan rasa gurih mentega yang menari di mulutnya. "Atau bisa juga, sesuatu yang berasal dari dunia supranatural," paparnya lagi. Ia lalu berbalik. Meletakan alat makannya dan bersidekap menatap Matt.

"Siapakah kau, Matt? Apa kita pernah bertemu?"

Matt menelaah wajah Sabrina. Menemukan kilat penasaran di matanya dan sedikit bersyukur karenanya.

Katakan kepadanya, Matt. Dia berhak tahu!

Tetapi usianya belum 18 tahun, astaga!

Dengan apa yang terjadi, cepat atau lambat dia akan tahu! Max menggeram jengkel. Marah karena sikap sok bijaksana yang tidak pada tempatnya.

Melihat kening Matt berkerut-kerut, Sabrina membuka album fotonya. Mengambil foto di mana terdapat Matt yang dengan sangat jelas sedang menggendongnya. Dengan tatapan yang bisa dikatakan seolah Sabrina adalah matahari yang meneranginya.

"Bisakah kau menjelaskan hal ini, Matt?" tanyanya yang membuat Matt bungkam. Max menari-nari dalam kepalanya. Terkekeh senang karena Matt tidak bisa lagi menghindar dari apa yang ingin Sabrina tahu. Dan memang inilah yang sangat-sangat diinginkan oleh Max. Bahwa Sabrina yang tahu mengenai jati diri Matt yang sebenarnya. Dan bisa tahu mengenai dirinya yang juga adalah satu kesatuan dari diri Matt.

Oh ya, Max sudah menunggunya ribuan tahun.

"Apakah kau vampir?" tembak Sabrina yang membuat rahang Matt seperti jatuh ke bumi. Max menggeram marah. Tidak terima bahwa dirinya di samakan dengan makhluk kotor penghisap darah itu.

"Tentu saja bukan!"

Sabrina mengdengkus. "Lalu, apa?"

"Tapi tampangmu bahkan masih sama setelah tujuh belas tahun berlalu. Kalau bukan vampir, lalu kau itu apa?"

"Bukan hanya Vampir yang memiliki keabadian, Sabi."

"Aha!" teriaknya senang. "Lalu katakan, kau itu apa?"

Matt menggeram frustrasi. Mengusap wajahnya dan mengambil segelas air mineral. Meneguknya hingga tandas sebelum dirinya, dengan tatapan matanya yang tajam menatap kepada Sabrina.

"Aku adalah werewolf, Sabi." Bertepatan dengan bunyi geraman dari luar rumah mereka dan Matt yang dengan cepat berubah bentuk. Melompat ke depan Sabrina dengan maksud melindungi dari sesuatu yang datang.

"Ya Tuhan..."

***

The Other HalfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang