10. The Ground

2.8K 379 15
                                    

Matt membawa Sabi duduk di atas pangkuannya sementara dirinya dengan nyaman duduk di atas batuan yang keras. Lengannya melingkari tubuh Sabrina dengan wajah Sabi yang menelusup ke dadanya.

"Matt-" rengek Sabrina lagi ketika lagi-lagi ia mendengar suara geraman dan suara robekan serta cakaran yang membelah udara. Pertarungan Coleen dan Henry telah berlangsung selama lima belas menit dan bahkan, Ben ataupun Matt tampak tidak ingin untuk menghentikannya.

Namun melihat wajah Sabrina yang sudah pias, Matt akhirnya bersuara. Mengucapkan sebuah kata berhentui dan begitu saja, mereka telah berhenti dan saling menjauh dalam bentuk serigalanya. Meski geraman tidak berhenti keluar dari salah satu pihak dan mereka masih dalam mode defensif.

"Bukankah ini kejam, Matt? Melihat mereka saling mencabik dan kita yang menontonnya? Kupikir kau lebih baik dari ini," gumam Sabrina sembari melepaskan rangkulan Matt. Matanya tampak terluka dan ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang Matt lakukan. Hanya duduk dan melihat dengan tenang.

"Baby-"

Sabrina mengangkat tangannya. "Kau benar, Matt. Seharusnya aku tetap diam di dalam rumah dan tidak melihatnya."

Ucapan Sabrina yang penuh dengan kekecewaan membuat jantung Matt terasa sakit. Tetapi bukan seperti itu yang terjadi.

"Wow, tunggu sebentar, Miss!" pekik Coleen dengan wujud manusianya. Ia terburu-buru memakai celana kumalnya yang bisa ia temukan di tempat terdekat darinya dan mengabaikan ketelanjangan dadanya.

"Itu tidak seperti yang terlihat, apalagi kau tidak mengerti pembicaraan kami ketika kami dalam wujud serigala," Ujar Coleen cepat. Ia melirik ke arah Matt yang menatap Coleen tidak suka. Apalagi menyadari bahwa ketelanjangannya membuat wajah Sabrina, mate dari gurunya merona.

"Sabi, mereka yang bertingkah untuk menunjukkan siapa yang terkuat. Bukan salahku jika membiarkan mereka bertingkah layaknya anak kecil," bela Matt dan ia kembali menarik Sabrina mendekat. "Please, hanya tanyakan jika ada yang mengganggumu dan aku akan menjelaskannya."

Sabrina mengerjap-ngerjapkan matanya. Menahan air mata yang hendak turun. Dari dulu, ia benci kekerasan dan pertikaian. Dan entahlah, perasaannya tampak tidak stabil saat ini. Mungkin karena hal-hal yang terjadi begitu cepat di sekitarnya.

"Aku, aku minta maaf..." isaknya tanpa bisa menahannya lagi.

"Tidak, Sabi. Akulah yang meminta maaf. Aku tidak menyadari bahwa kau tidak mengerti pembicaraan yang dilakukan oleh Coleen dan Henry ketika mereka dalam wujud serigala, sementara aku dan Ben hanya mendengarkan."

Matt menghapus tetesan air mata Sabrina. Menarik wajahnya ke atas sehingga mata mereka saling bersitatap. Cokelat hangat dengan biru lautan dalam.

"Sebaiknya kita melakukan pembicaraan di dalam. Dan kau, Kid!" tunjuk Matt kepada Coleen. "Kau tidak bisa mengelak kali ini," gumamnya kesal sebelum ia merengkuh dan menggendong Sabrina di depannya.

Ketiga pria itu menurut kepada Matt. Ikut berjalan mengikuti langkahnya dan meringis ketika melihat pintu ruangan samping yang terlihat berantakan akibat penyerbuannya tidak lama sebelumnya.

"Kami adalah rogue. Tetapi kami bekerja untuk The Right sebelumnya dengan Pheony yang menjadi pusatnya. Bisa dibilang, kami adalah penjaga Pheony," mulai Ben. "Ketika kami merasa cukup untuk mengabdi, kami keluar dan memulai hidup kami sendiri. Saat itulah penyerangan mulai terjadi dalam skala kecil sampai puncaknya adalah Pheony yang berhasil mereka culik."

"Ini salah kami karena tidak melindunginya dengan baik-"

"Bagaimana dengan Blakestone?"

"Kami tidak berbohong bahwa para penyerang kami menggunakan topeng yang sama dengan pengikut Blakestone. Bahkan salah satu anggotanya dengan terang-terangan menyebutkan jati dirinya kepada Piere, itulah yang kami tahu."

The Other HalfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang