CHAPTER 11

74 7 29
                                    

WARNING! TYPO BERTEBARAN!
HAPPY READING^^
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi hari yang cukup dingin kembali menyapa kota Seoul, tidak banyak orang yang berlalu-lalang di jalan, mungkin karena dinginnya cuaca hari ini. Tentu saja banyak orang akan lebih memilih untuk membungkus diri di dalam selimut mereka dan terbang ke dunia mimpi.

Namun tidak bagi namja tinggi dengan surai hitam itu, dia benar-benar tidak bisa tidur semalaman. Lingkaran hitam dan juga kantung mata yang terlihat di bawah matanya menunjukkan semua itu, dia bangkit dari tempat tidurnya dan menatap pantulan dirinya di cermin yang berada di kamarnya.

"Ya, aku suka dia."

Kata-kata itu terus saja terngiang di telinganya dari semalam, entah mengapa dia merasa sedikit khawatir dan karena itu juga dia tidak bisa tidur semalaman. Dia pun mengusap matanya kemudian masuk ke dalam kamar mandinya.

***

Kim Seokjin, namja dengan kemeja merah itu sedang berdiri di depan rumah Hyebin. Dia ingin pergi bersama dengannya ke universitas, namun pergerakan tangannya untuk menekan bel rumah itu terhenti saat dia mendengar suara ribut dari dalam rumah itu.

"Dasar anak kurang ajar!"

"Kau tidak hargai aku sebagai ibumu huh?!"

"Eomma! Hentikan,"

PRANG!

Suara-suara yang terdengar dari dalam rumah Hyebin benar-benar tidak enak untuk di dengar, Seokjin segera pergi ke samping rumah itu dan menunggu sampai semua suara itu berhenti.

Seokjin tidak merasa terkejut lagi, ini bukan pertama kalinya dia mendengar suara kemarahan dari ibu Hyebin.

Terakhir kali dia juga berada di samping rumah itu dan mendengar suara ibu Hyebin yang marah-marah, ingin dia menghampiri Hyebin saat itu namun Hoseok sudah lebih dulu menghampirinya dan memberikannya permen.

Seokjin hanya memandang mereka berjalan menjauh dari samping rumah Hyebin, saat itu dia benar-benar kehilangan timingnya.

"Hahhh..." Seokjin menghela nafasnya lega saat suara-suara itu sudah berhenti.

Tidak lama kemudian dia mendengar suara pagar yang terbuka, dia mengintip dari samping rumah itu dan dia mendapati Hyebin yang berdiri di depan rumahnya dengan rambut yang berantakan.

Hyebin merapihkan rambutnya, Seokjin bisa melihat jika Hyebin sedang berupaya menahan air matanya. Hyebin berkali-kali menghela nafas untuk meredakan tangisannya yang sudah hampir pecah, Seokjin pun keluar dan berjalan mendekati Hyebin.

Walaupun awalnya ragu namun akhirnya Seokjin menyentuh bahu Hyebin, Hyebin sedikit terkejut dan dia langsung membalikkan badannya.

"Su-sunbae?" Mata Hyebin membulat sempurna.

"Jangan di tahan, menangislah."

Hyebin terdiam mendengar ucapan Seokjin, Hyebin pun sadar bahwa dia mendengar semuanya. Hyebin merasa sedikit malu, dia pun langsung membelakangi Seokjin untuk menyembunyikan wajahnya.

"Tidak... aku tidak apa-apa," ucap Hyebin.

"Ah.. bukankah kita harus pergi," Hyebin hendak melangkah pergi, namun Seokjin menahan tangannya kemudian menariknya ke dalam pelukannya.

"Su-sunbae?"

Seokjin tidak membalas ucapan Hyebin dan hanya memeluk Hyebin erat, entah mengapa Hyebin merasa sangat ingin menangis karena perlakuan Seokjin. Entah sejak kapan air mata sudah berjatuhan membasahi pipinya, dia mulai menangis dengan keras sehingga dia sesak nafas.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang