kuning √

511 29 0
                                    

Katanya Diam adalah emas, lalu kenapa diamku justru membawa cemas?

Sungguh aku tak tau harus bagaimana lagi, harus bagaimanavmenyikapinya,fakta ini mnamparku, seluru kata yang aku tau seolah menghilang dalam otakku hingga aku tak tau lagi harus berkata-kata

Haruskah aku menyalahkan kebisuanku selama ini? Atau menyalahkanmu yang terlalu pengecut?

Katanya selama ini kaupun sama, sama denganku, katanya saat itu cintaku tak bertepuk sebelah tangan, karena sama denganku kaupun diam-diam menjaga perasaan yang ada dalam hati.

Kita sama-sama sling menginginkan namun tengelam dalam kesunyian satu sama lain, tak berni menyuarakan karena dicekat asumsi-asumsi

Aku dengan diamku dan kau dengan diammu. Lalu kenapa masih saja ada yang mengatakan diam adalah emas?

Terlepas dari itu apa boleh aku bahagia? Ternyata aku tak sendiri merawat perasaan itu, izinkan aku bahagia, atau aku harus menyesal? Karena selama ini setiap tunah perasaan tumbuh akan ku tikam yang justru membuatnya tumbuh kian subur.

Sampai sekarang setelah fakta itu pertanyaanku masih selalu sama.

Masih adakah perasaan itu dihatimu?

Masihkah ada aku didalam sana? Karena aku disini masih sama, kau masih menjadi penguasa atas hatiku.

Tiap kali rindu itu datang saat itu pula aku mempertanyakan, apakah kau juga merindukanku? Seerti saat ini?

Lalu seteah perpisahan itu, aakah kau masih mengingatku? Atau aku sudah terkikis oleh orang baru yang sekarang kenghias hari-harimu?

Kau semakin abu-abu dan aku semakin asik menerka-nerka. Percyalah jika hingga detik ini sejak bertahun-tahun yang lalu, bagiku belum adavyang mampu mengulingkan posisimu.

Jika saja ini yang terbaik, akan kucoba untuk ku terima, tapi jangan memaksaku mendepakmu dalam hatiku, sudah cukup aku menyakitinya selama ini, sekarang fokusku hanyalah mengapai cita-cita ditemani oleh bayangan denganmu.

Sekadar Rasa[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang