1 new message, 1 new e-mail

30 12 1
                                        

Pesan itu hanya sampai kubaca saja.

Aku kali ini tidak berani untuk lebih penasaran dengan Aro. Mengingat sekolah kami yang sudah berbeda, membuatku tidak yakin apakah nanti rasa penasaranku juga terobati. Aku hanya akan menjalani hidup seperti biasa saja, seperti murid biasa yang baru akan masuk ke jenjang pendidikan SMA.

Semalam, Daylon sudah pergi lagi meninggalkan kota ini. Ia kembali ke Ibukota bersama kakaknya. Entahlah, apakah Ia akan menepati janjinya untuk menghubungiku atau tidak. Namun tentu saja, aku tidak akan menghubunginya lebih dulu. Gengsinya cewe itu besar, kan?

Aku kembali beraktivitas seperti biasanya, bangun tidur, mandi, sarapan. Sebenarnya aku memiliki kakak laki-laki. Namun hubunganku dengannya tidak sebaik kakak adik pada umumnya. Aku juga tidak suka menganggapnya kakak di depan orang lain, hanya Ibu saja yang tahu kalau aku punya kakak, oh mungkin Daylon juga.

Di SMA ini, aku tidak mendapati teman-teman dekatku dari SMP. Karena memang aku dipindah ke daerah yang berbeda dengan mereka. Aku tidak pindah kota, hanya berbeda daerah. Lebih jauh letaknya dari rumahku.

Hari ini belum waktunya bersekolah, minggu depan baru akan diadakan MOS. Aku tidak sabar untuk bersekolah, bukan MOS nya.

Lalu anggap saja ini sudah seminggu, aku tidak ingin bertele-tele menceritakan kehidupan MOS SMA ku seperti apa. Karena nanti akan membosankan. Aku bukan tipikal gadis yang banyak disukai orang, atau tipikal gadis yang menyenangkan banyak orang.

Apalagi yang sering diincar senior, entah untuk dimarahi atau disenangi.

Aku tidak memiliki pengalaman MOS yang menakjubkan seperti pada novel-novel remaja biasanya. Entah bertemu dengan senior ganteng yang nanti lama-lama jadi suami, atau tiba-tiba kebetulan tabrakan sama cogan di depan toilet sehabis aku buang air kecil.

Entahlah, aku hanya tidak mendapatkan nasib-nasib seperti itu.

Bahkan untuk penasaran dengan laki-laki saja, harus disudahi karena Ia yang berpindah sekolah.

Aku berada di kelas IPS yang pastinya akan bertemu dengan geografi, sosiologi, ekonomi bahkan sejarah yang isinya hanya membahas masa lalu orang lain. Tapi aku menyukainya.

Oh iya, aku berkenalan dengan salah satu teman perempuan di kelasku, supaya gak terlalu introvert banget. Namanya Alisia, orangnya sedikit unik. Walaupun namanya terlihat feminim namun sebenarnya orangnya urakan. Mungkin akan cocok denganku yang butuh hiburan setiap hari.

"Sep, Asep, katanya hari ini gurunya gak dateng lagi nih." Alisia menepuk-nepuk pundakku dari samping, memberi kode bahwa Ia akan mengajakku ke kantin. Katanya, itu adalah ritual kalau guru yang mengajar dikelas tidak masuk.

Dan Asep adalah panggilan baruku dari Alisia. Awalnya mungkin hanya dia yang memanggilku dengan sebutan itu, tapi lama-lama seluruh kelas memanggilku dengan nama yang sama.

"Kamu ngajakin ke kantin lagi? Hari ini udah 2 kali, Lis kita ke kantin. Mau ngapelin siapa sih? Anak tukang siomay yang pengangguran tapi ganteng itu?" Alisia mengangguk dengan antusias. Urakan begini Ia masih memiliki standar wajah untuk laki-laki. Tapi kan tidak pengangguran juga!

"Asep mah, kok disebut pengangguran sih. Udah jelas-jelas dia baru lulus SMA. Ya mungkin belom saatnya dapet kerja atau masuk kuliah. Siklus hidup itu, Sep, Siklus!" Aku tertawa mendengarnya, Alisia ini memang unik.

Jadi akhirnya karena aku juga bosan, aku menuruti Alisia yang sudah ngebet pengen ketemu Mas Fahri-nya itu.

Walaupun masih jam pelajaran, Kantin terlihat ramai. Entah karna memang hari ini dijadwalkan banyak pelajaran yang kosong atau memang banyak siswa yang mencoba bandel sedikit.

SEPHARO ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang