0 new e-mail

22 11 1
                                        

Aku tidak mengerti lagi, Aro itu sebenarnya apa? Makhluk seperti apa yang hanya datang lewat tulisan lalu hilang lagi, lalu aku seperti diserang bertubi-tubi oleh tulisannya. Dan lagi-lagi kali ini, setelah kelasku kembali dari Lab.Kimia, aku dikejutkan lagi oleh Aro. Bukan, bukan orangnya. Namun lagi-lagi tulisannya.

Aku menemukan sebuah amplop besar seperti amplop lamaran kerja di loker mejaku. Di amplop itu tertulis besar "LAPORAN HASIL PENGAMATAN" HARUS DIBUKA, SEPHA. TAPI DIAM YA, INI RAHASIA. DOKUMEN NEGARA.

Aku mengembuskan nafas kasar, agak kesal sih sebenarnya. Memang sih aku terlihat mengenalnya tetapi itu hanya sekedar kenal. Akupun tidak sampai pikir kalau akan mengiriminya hal-hal aneh seperti ini sedangkan aku sendiri saja tidak tau dia sekarang dimana, apa yang dilakukannya. Apakah dia juga tidak pelajaran kalau setiap hari memberiku sesuatu yang mengejutkan.

Sebentar lagi pulang, dan aku bisa membunuh rasa penasaranku tentang amplop itu. Aku berniat membukanya nanti di kamar mandi. Aku sebenarnya ingin membuka di rumah saja, tetapi entah kenapa aku berfirasat untuk membukanya di sekolah.

Alisia yang melihat gelagatku yang aneh langsung menepuk pundakku, aku buru-buru memasukkan amplop itu ke tas, "Lah, Sep. Ada apa? Kok mukanya rata kayak telenan rumah tangga, diapain lagi kamu sama Aro?"

"Nggak kok, Lis. Lagi pusing aja masih kepikiran praktek kimia tadi. Kenapa juga anak IPS dapet Kimia." Gerutuku. Aku benar-benar kesal dengan Aro sih sebenarnya. Namun aku sambungkan saja dengan pelajaran yang juga membuatku kesal hari ini.

Alisia terbahak dan menepuk-nepuk pundakku seperti menenangkan, "Udahlah Sep. Datang, kerjakan, lupakan. Itu 3 kunci biar tetep hidup. Quote dari abang siomay gantengku itu." candanya.

Aku menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum maklum dengan Alisia yang masih saja dimabuk cinta sama Mas Fahri-nya itu. Aku membereskan peralatan sekolahku yang bertepatan dengan bel pulang yang berbunyi.

"Kamu duluan aja deh, Lis. Aku masih mau ke kelasnya Mas dulu." Ucapku, yang sebenarnya berbohong sih. Agar Alisia tidak curiga saja.

Lagipula aku sudah bilang Mas kalau hari ini aku pulang sendiri.

"Oke." Alisia mengacungkan kedua jempolnya lalu melambaikan tangannya. Setelah dilihat Alisia sudah jauh dari kelas, baru aku pergi ke kamar mandi untuk membuka amplop dari Aro itu.

Aku duduk di atas watercloset yang tertutup dan membuka tasku, mencari amplop yang tadi sudah kumasukkan.

Aku membukanya perlahan dan mengintip isinya. Ternyata ada 2 kertas, satunya lipatan kertas biasa tetapi isinya seperti gambar-gambar terlihat dari spidol yang menembus dan satu lagi berisi tulisan.

Sepertinya aku akan disapa dengan tulisan yang sama lagi,

Dan ini jatuh cintaku yang paling payah, karena tidak ada yang bisa dilakukan. Selain menunggu.

Sudah kuduga lagi.

Hai untuk keberapa kalinya lagi, Sepha?

Kenapa malah tanya aku sih, Ro.

Aku masih ngambek loh, kamu udah nggak bales emailku. Nggak berniat bales juga lagi padahal udah aku kasih sesajen. Biasanya kan kalo jin-jin gitu langsung dateng.

SEPHARO ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang