E-mail dariku 2 minggu lalu belum juga terbalas oleh Aro. Aku mulai gelisah lagi, apakah aku harus tetap menantinya atau lupakan saja?
Setelah hari itu, Alisia juga selalu menanyaiku tentang kelanjutan hubunganku dengan Aro. Namun aku selalu membalasnya dengan menggeleng, karena faktanya memang Aro tidak membalas e-mail ku lagi.
"Sep, Asep! PR matematika udah belom? Aku udah frustasi sendiri ngerjainnya." Seperti biasa, itu adalah mantra seorang Alfan yang memang sebenarnya tidak pernah mengerjakan PR. Hidupnya selalu diisi dengan game, game dan game. Namun ia tetap mengerjakannya disekolah, alibi untuk tidak dihukum.
Tapi sama saja, ia selalu meminta contek pekerjaan temannya.
"Lain kali kerjain sendiri dong, Fan. Jangan main Mobile Legend terus."
"Dih seru tau, Sep. Coba sini aku ajarin main. Pasti ketagihan!" Alfan yang tadinya berdiri di depan papan tulis lantas berlari ke arahku. Duduk di sebelahku dan membuka aplikasi game kebanggaannya itu.
Saat Ia menyodorkannya padaku, aku menepisnya sedikit, "Ogah ah, Fan. Nanti aku jadi ikutan gapernah ngerjain PR kayak kamu." aku pergi meninggalkan Alfan yang malah asyik sendiri di hadapan ponselnya itu. Bahkan buku matematikaku paling juga tidak akan tersentuh olehnya sampai bel istirahat selesai.
Hari ini Alisia tidak masuk, keluarganya sedang menghadiri acara pernikahan Bibinya. Jadilah hari ini aku duduk sendirian di kelas. Sekarangpun aku tidak tahu akan kemana lagi selain ke kantin.
Biasanya, Alisia yang paling heboh untuk pergi ke kantin. Sekarang aku yang akan memesan siomay sendirian.
Aku menghampiri gerobak tukang siomay itu dengan langkah jengah. Sebenarnya aku tidak ingin ke kantin, namun perutku yang kelaparan ini sudah tidak bisa diganggu gugat keputusannya meminta diberi makan.
"Bu, pesan siomaynya satu, sama es teh nya satu." lantas aku hanya membayar dan duduk di kursi seperti biasanya. Ternyata kursi itu sudah diduduki oleh seorang gadis juga. Sendirian sepertiku.
"Aku boleh duduk disini?" Gadis itu menoleh padaku dan mengangguk. Wajahnya manis apalagi Ia berhijab. Sepertinya orang baik-baik juga.
Aku melihat sekeliling dengan bosan. Sepertinya memang efek kedatangan Alisia terhadapku juga begitu besar. Buktinya tidak ada dia sehari saja rasanya bosan sekali.
"Kok sendirian?" Gadis itu bertanya padaku. Seharusnya sih, aku yang bertanya padanya.
"Temanku hari ini gak masuk, kamu sendiri kenapa sendirian?" Aku mencoba sebisa mungkin ramah dengannya. Mungkin karena aku hanya berteman dekat dengan Alisia, aku jadi susah berteman dengan orang lain.
Sebelum dijawab, Mas Fahri menghampiriku dengan sepiring siomay dan satu gelas es teh pesananku tadi. Ia melihatku heran, mungkin mencari Alisia.
"Alisianya lagi kondangan mas, cie nyariin ya?" Mas Fahri hanya tertawa. Terlihat sekali salah tingkah. Aku terkekeh melihatnya seperti itu, rupanya tanpa Alisia, Mas Fahri kesepian di kantin.
Lis, Mas Fahri-mu nyariin!
Setelah Mas Fahri kembali dan melayani siswa yang lain, aku baru sadar gadis yang tadi berada semeja denganku sudah tidak ada disitu. Seketika bulu kudukku merinding. Tapi pikiranku yang kemana-mana itu terusik lagi dengan notifikasi di ponselku yang memperlihatkan sebuah 1 e-mail baru yang masuk. Buru-buru aku membukanya.
Benar dugaanku, itu Aro.
Ardrn 48
Subject : 1
Habis makan, kamu ke perpustakaan ya. Sepupuku katanya lagi suka banget baca buku Critical Eleven nya Ika Natassa loh. Katanya suruh buka buku halaman 14 dan kamu akan tahu kenapa aku tahu kamu lagi makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPHARO ✅
Short StorySepha bertemu Aro, lalu keduanya saling mengenal dan bertukar pikiran. Semakin hari Aro menjadi bayang-bayang yang selalu membuat Sepha penasaran. Sedangkan Aro, selalu memiliki cara untuk memikat Sepha dengan hal-hal kecilnya. Lalu bagaimana jika...
