Sampai rumah aku masih menyentuh sticky note dari Aro yang kutempelkan di buku harianku. Mengira-ngira apa maksud dari kata-kata yang ada di dalamnya. Lalu aku teringat dengan saat Aro memberikanku flashdisk. Sepertinya kalimat pertamanya sama, yaitu Ini jatuh cintaku yang paling payah.
Siapa yang jatuh cinta?
Apa jangan-jangan, Aro?
Ah tidak, tidak. Tidak mungkin seorang Aro jatuh cinta kepadaku. Lagipula kenapa Aro jatuh cinta kepadaku sedangkan Ia hanya bertemu denganku 2 kali.
Suara ketukan pintu membuyarkan pikiranku. Sepertinya itu Mas Sadam.
"Dek, boleh masuk?" Sudah kuduga. Aku langsung beranjak untuk membuka pintu. Didepanku terlihat Mas Sadam dengan penampilannya yang sangat kusut; dasinya melonggar, seragamnya yang mencuat kemana-mana, sabuk yang sudah miring. Telihat acak-acakan sekali. Tetapi bagaimanapun juga, Mas Sadam tetap terlihat tampan.
Ah, ya walaupun Ia kakakku, aku sangat mengagumi wajahnya yang menurun dari Ayah. Rahangnya tegas seperti artis-artis yang sering diperlihatkan Alisia kepadaku. Oh iya, diam ya. Alisia diam-diam juga nge-fans sama Mas-ku ini loh.
Sudahi tentang Mas, sekarang aku perlu tau kenapa Mas ingin bicara denganku. Tumben,
"Kenapa, Mas? Oh ya, apa tentang tadi pagi?" Aku membuka lebar pintu kamarku dan mempersilahkan Mas Sadam masuk. Mungkin sudah setahun lamanya Mas tidak pernah masuk ke kamarku lagi. Mungkin.
Aku duduk di pinggiran tempat tidur disusul oleh Mas Sadam yang duduk di sebelahku, Ia sangat terlihat canggung kali ini.
"Maafin Mas." Kali ini Mas Sadam menunduk. Aku terhenyak, terdiam agak lama sampai Mas mendongak sedikit karena aku diam terlalu lama.
"Bisa Mas jelasin dulu sama Sepha?" Mas mengangguk, aku antusias mendekat kepada Mas sampai membuatnya terkejut. Oh, ya. Mas kan belum sepenuhnya kembali. Membuatku agak memundurkan badanku dan berusaha terlihat nyaman berbicara dengannya lagi.
Mas menghela nafasnya pelan, lalu Mas melihatku dengan tatapan yang seperti lega tapi seperti sedih. Ah pokoknya tidak bisa kujelaskan.
"Mas selama ini ngelanggar peraturan sekolah bukan gak ada alesannya, dek." Aku masih terdiam, membiarkan Mas melanjutkannya sampai selesai.
"Adek tau kan, Mas deket banget sama Ayah dari kecil?" Aku hanya berani mengangguk, bingung menanggapi Mas seperti apa.
"Jadi selama ini Mas nyari tau siapa yang malem itu nabrak Ayah, dan ga mau tanggung jawab itu. Mas bingung dek. Mas ga terima Ayah diambil gitu aja tanpa ada pertanggungjawaban." Aku melihat Mas yang seperti pertahanannya runtuh semua. Mata Mas terlihat berkaca-kaca. Namun aku juga bisa melihat Mas seperti lega melepas apa yang sudah ditahannya selama ini.
Memang benar, setahun yang lalu Ayah meninggal. Bukan karna sakit atau apa, namun saat Ayah pulang kerja malam-malam, Ia tertabrak oleh sebuah mobil. Sampai sekarang yang menabrak belum mengaku. Karena kejadian itu, Mas Sadam jadi berubah. Selama setahun terakhir Mas Sadam seperti anak yang tidak pernah terdidik. Ia jadi sering bolos sekolah, berkelahi, bahkan setiap hari Mas pulang malam.
Ibu sampai sering menangis melihat Mas seperti ini, namun Ibu tidak pernah juga membaginya denganku.
Dan sekarang aku tahu alasan kenapa Mas seperti ini. Aku juga sudah menduga kalau Mas bukan tipe orang yang acak-acakan tanpa alasan.
Aku memberanikan diri menggenggam tangan Mas, terasa dingin. Seperti wajahnya setahun terakhir ini yang terlihat lebih dingin. Aku bahkan nyaris tidak mengenali kakakku sendiri. Dari kecil juga Mas selalu menyimpan masalahnya sendiri, "Sepha udah paham. Mas nggak perlu ngelanjutin lagi kok. Sepha percaya sama Mas Sadam."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPHARO ✅
Storie breviSepha bertemu Aro, lalu keduanya saling mengenal dan bertukar pikiran. Semakin hari Aro menjadi bayang-bayang yang selalu membuat Sepha penasaran. Sedangkan Aro, selalu memiliki cara untuk memikat Sepha dengan hal-hal kecilnya. Lalu bagaimana jika...
