The Truth

8K 313 12
                                    


Gugup. Itulah yang dirasakan gadis manis ini sekarang. Ia berdiri di depan cermin yang ada di toilet siswi. Wajahnya menyiratkan kebingungan, ketakutan secara bersamaan. Sekarang pikirannya benar-benar buntu, tidak tahu harus berbuat apa. Tidak menyangka kalau bisa secepat ini terjadi. Sebuah kesalahan fatal yang ia lakukan di usia 17 tahun, membuat masa depannya di ambang kehancurhan.

Wajah hingga poninya basah oleh air keran yang terus keluar,mungkin juga karena air matanya yang tumpah ruah. Ingin menangis, mengeluarkan semuanya sampai sehabis-habis yang ia bisa. Tapi, cairan itu sudah keluar begitu banyak, tidak bisa dibendung, tidak dapat ditahan. Sakura berpura-pura ke toilet dengan alasan ingin pipis. Entah sudah berapa lama ia berada di tempat yang menjadi saksi semua kenyataan pahit yang menjadi sebuah mimpi buruk baginya.

Sakura tidak peduli dengan seragam sekolah high school  yang ia gunakan saat ini tampak buruk seperti harinya sekarang, ia menyimpan  benda panjang nan ramping yang sakral—baginya untuk sekarang dan tanda bukti sialan itu—di saku seragamnya. Menghembuskan napas, mengulangnya beberapa kali guna mengambil kembali ketenangan itu, sembari menghentikan isak tangis yang kadang lolos begitu saja di bibirnya. Bagaimanapun juga, ia tidak dapat menyimpan rahasia ini seorang diri.

Dengan pelan, Sakura mengusap wajahnya yang basah menggunakan lengannya. Gadis mungil itu merapikan sedikit rok di atas lututnya dan beralih mengelap kemeja putih yang sedikit kumal. Ia tidak mau orang berasumsi negatif tentang dirinya, apalagi sampai memberi tanggapan buruk bagaimana keadaanya yang sekarang seperti pecundang. Dengan berat hati dan tangan yang keram, ia mencoba mentapkan hatinya  dan menghembuskan napas panjang ketika membuka pintu  dan keluar dari toilet.

~0o0~
.
Our Baby
.
Ketika masa mudamu tidak lagi sesuai ekspetasi bayanganmu, maka cobalah berpikir; terkadang kesalahan tidak selalu buruk untuk memperbaiki waktu di masa depan. Karena ini adalah tentang waktu, bukan penyesalan yang tak berkesudahan.
.
~0o0~

Sasuke tidak bisa fokus memperhatikan penjelasan dari guru yang sekarang tengah menjelaskan rumus-rumus matematika. Wajahnya memang lurus menatap papan tulis berwarna hijau tua itu. Namun, pikirannya melambung jauh kepada gadis yang tadi pergi ke toilet, Sakura, bahkan sudah lebih dari sepuluh menit berlalu belum juga masuk kelas. Dia itu kencing atau buang air besar, sih. Seharusnya Sakura sudah sampai sekarang, itupun sudah waktu yang paling lama.

Melihat gelagat gurunya yang hanya bertingkah tenang-tenang saja, atau sepertinya mungkin masa bodoh, membuat Sasuke kesal. Ah, apa dirinya yang terlalu khawatir. Sepertinya tidak, mengingat gadisnya yang memiliki sifat praktis itu acap kali tidak mau berlama-lama melakukan segala kegiatan. Mungkin beberapa menit atau detik lagi gadis itu akan muncul.

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi pemuda ini sekarang, seolah bukunya yang penuh dengan coretan rumus-rumus kuadrat itu tidak lagi sama menariknya untuk menelan waktu. Sedikit lega, ia menatap Sakura yang tengah berjalan menghampirinya. Lebih tepat, ke arah bangku yang bersebelahan dengan dirinya.

Sasuke terus menatap gadis itu sampai ia mendudukkan bokongnya sendiri di atas kursi. Tidak ada percakapan atau sekedar reaksi yang diberikan untuk Sasuke. Ini terasa seperti kekasihnya tak mengacuhkannya dan malah lebih peduli terhadap benda mati berwarna hijau yang sekarang sudah penuh dengan coretan rumus seperti mantra zaman Yunani Kuno.

Aneh. Seperti gadis yang sering cerewet ini lebih pendiam daripada dirinya. Sasuke mengimajinasikan jika Sakura adalah manekin yang dibuat sedemikian mirip manusi; lihat saja matanya, sama sekali tidak berkedip barang sekali. Bagaimanapun, Sasuke tidak bisa menyimpan kekhawatirannya begitu saja.

Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang