Bunga-bunga sakura tumbuh mekar memenuhi pohonnya. Angin berhembus begitu sejuk ketika bersentuhan dengan permukaan kulit. Pemandangan yang indah membuat sebagian orang mengabadikan dengan berfoto bersama.
Di sepanjang kiri dan kanan jalan setapak dipenuhi pohon-pohon sakura yang sebagian sudah mulai berguguran. Hampir semua tempat didominasi warna pink dan putih.
Tidak jauh beda dengan sakura yang sedang bermekaran, seorang pemuda yang tengah duduk di bangku mungil itu, terlihat gugup namun juga sedikit ada guratan berseri-seri di wajahnya yang samar akan noda kemerahan. Sesekali ia menghela nafas pendek, berusaha meyakinkan dirinya dengan anggukan yakin.
Sebuket bunga mawar ia gengam dengan kedua tangan. Jantungnya berdetak cepat, seperti detik jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Well, mungkin sikapnya agak berlebihan untuk nyali seorang pria yang akan menyatakan perasaannya. Namun, begitulah adanya, mengingat pemuda berambut emo ini tidak berpengalaman tentang masalah cinta. Bahkan, ia baru pertamakali akan menyatakan cintanya.
Ya, Uchiha Sasuke. Segera ia simpan sebuket bunga mawar itu di belakang badannya ketika seseorang yang telah ditunggu satu jam lamanya baru saja datang. Dengan tampilan sederhana, t-shirt pink dan rok kotak-kotak merah. Sangat manis. Pemuda itu menjadi kikuk, salah tingkah dibuatnya.
Seseorang yang sedari tadi ditunggu itu mendudukkan dirinya disamping pemuda yang sekarang benar-benar tidak bisa melakukan apapun saking gugupnya. Jarak yang sangat dekat membuat Sasuke sedikit berdehem, mencoba untuk menstabilkan kegugupannya yang mendominasi.
Sedangkan sang gadis hanya tersenyum, walaupun sebenarnya yang ia rasakan tidak jauh berbeda dengan orang di sebelahnya. "Maaf. Apa aku terlambat?" Ia Sakura. Bertanya dengan sopan seiring wajah yang dihiasi rona kemerahan.
"Tidak." Sasuke segera menggeleng. Terdengar datar memang, namun sepertinya itulah yang hanya bisa ia katakan.
Sakura hanya mengangguk. Padahal seingatnya, Sasuke mengatakan saat pulang sekolah tadi untuk datang ke taman jam tiga sore. Tapi, ini baru saja jam setengah tiga, sebenarnya Sakura berniat untuk mendahului Sasuke. Mungkin ia terlalu senang ketika orang yang disukai mengajaknya kencan. Ah, apa bisa dibilang begitu.
Netra hitam sekelam malam itu mencoba mencari sesuatu. Terlihat dari matanya yang terus bergerak menjelajahi area di sekitar taman yang memang khusus untuk melihat pohon sakura. Netra-nya berhenti tepat kepada seseorang yang bersembunyi di belakang pohon sakura.
Seorang pemuda berambut jabrik berkulit eksotis. Pemuda itu seperti memberi kode ambigu, seperti berkata 'ayo lanjutkan'. Bahkan ia bergerak seperti malaikat pemegang panah cinta, membuat orang-orang yang sedang lewat menatap aneh kepada pemuda yang memilik mata cerah seperti biru safir itu.
Sasuke mengangguk paham. Dengan cepat ia menarik tangan sang gadis, agak cepat dan kasar sehingga gadis softpink itu sedikit mengaduh dan terkejut.Genggaman tangan besar itu mengerat kepada tangan mungil yang tak berdaya di dalam rengkuhannya. Dua pasang netra itu saling bertukar pandang, ritme detak jantung semakin cepat, hembusan nafas sangat kental terasa karena wajah mereka yang saling berdekatan.
Sekarang atau tidak selamanya."Sakura, kau harus mau menjadi kekasihku." Pipi tirus itu samar-samar memerah, netra onyx-nya berkilat seperti mata kucing yang meminta sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby
Roman d'amourSasuSaku [ON GOING] [ALTERNATE UNIVERSE]Bagaimana kalau sepasang anak remaja sekolah menyembunyikan kehamilannya? Bersekolah seperti biasa sambil menjaga benih yang sudah tertanam dan melakukan hal berdua bersama. Menjadi ayah dan ibu diusia 17 tahu...