Tell the Truth

2.7K 149 13
                                    

Suasana rumah sakit di tempat tunggu terasa lenggang. Hanya ada beberapa orang di sini, khususnya para ibu. Sakura memilih untuk memeriksakan kandungannya kepada dokter Tsunade. Ia merasa, dokter yang masih berparas muda itu terlihat senior dan lebih berpengalaman didengar melalui mulut ke mulut.

Sakura berdiri di dekat pintu bersama Sasuke yang berada di samping. Rasanya janggal dan malu. Orang-orang yang berada di ruang tunggu ini hampir semua menatap dirinya, seolah dengan tatapan itu Sakura merasa ditelanjangi. Sesekali ia tak sengaja melihat atau mendengar ibu-ibu berbisik sambil menatap dirinya, bahkan hampir membuat Sakura ingin lari dari rumah sakit yang sekarang ini berasa seperti penjara.

Mencoba menahan air matanya, Sakura menggenggam telapak tangan Sasuke begitu erat, sesekali meremasnya. Ia tidak suka berada di sini. Mengapa orang-orang selalu mengambil kesimpulan sebelum mengetahuinya. Walaupun ia tahu, cacian dan hinaan adalah tindakan  wajar yang pasti ia dapatkan, sama halnya hukum karma untuk mereka berdua.

"Tidak apa-apa," ucap Sasuke, mengelus kepala Sakura dengan sebelah tangannya yang bebas, "Mereka hanya iri padamu. Coba lihat, tidak ada dari mereka yang didampingi oleh suaminya," lanjut pemuda itu pelan, di dekat telinga kanan Sakura.

Sakura ingin menjawab, mulutnya ingin bergerak. Namun, suara pintu ruang kandungan yang di tempati dokter Tsunade terbuka.

"NyonyaHaruno Sakura?" tanya perawat muda mungil tersebut,.

Sakura mengangkat jari telunjuknya. Ekspresi wanita muda itu langsung senang dan berseri-seri. Ia menatap Sasuke, pemuda itu balas menatap dengan raut datar, sedikit mengangkat alis hitamnya. Cepat sekali suasana hati gadisnya berubah.

Sedangkan perawat itu, terlihat terkejut dan sedikit agak bingung. Sepasang anak remaja pergi ke dokter kandungan. Mimpi apa dia kemarin malam. Perawat itu mengernyit menatap Sakura dan berdehem, "Maksud saya Nona Haruno."

Tidak ingin terlalu banyak berkomunikasi dengan pasiennya, perawat yang terlihat masih pemula itu tetap mempersilakan keduanya untuk masuk.   

"Jadi, di mana orangtua atau ibu kalian?" tanya wanita yang tengah duduk di kursi kulit, menatap serius kedua remaja yang tengah duduk di depannya.

Sakura menjadi kikuk tak karuan. Ia menggaruk pipinya yang bersemu merah. Sedikit melirik pemuda yang duduk di sampingnya, Sakura mencubit paha Sasuke memberikan kode.

Baru saja beberapa detik lalu mendudukan diri, mehirup napas dengan bebas karena sudah bebas dari ibu-ibu tukang gosip, mereka sudah diberi pertanyaan yang sulit untuk dijawab.

Sasuke yang mendapatkan gerakan refleks dari Sakura, langsung menahan suaranya serta rasa sakit dengan wajah yang mengenyerit menggigit bibir bawah sendiri. Sungguh, cubitan Sakura sekarang lebih sakit lima kali lipat daripada saat sebelum hamil.

Sasuke menghela napas, sepertinya ia lagi yang harus mengalah, alih-alih harus merasakan cubitan yang lebih sakit di bagian tubuh lain.

Tsunade dibuat bingung dengan tingkah laku keduanya. Wanita berambut coklat itu terdiam, menatap bosan dua orang yang tengah saling memberi kode.

Sasuke agak berdehem beberapa kali, "Begini, kami ingin memeriksakan kandungan." Sasuke merangkul bahu Sakura.

Ekspresi Tsunade langsung berubah. Wajah itu menampilkan raut yang hampir sama dengan perawat tadi. Sekarang, sepertinya Sasuke yang menjadi gugup sendiri. Ia takut jika dokter yang bername tag Tsunade itu membeberkan semuanya dan membuat berita jika dua orang remaja bau kencur datang ke rumah sakit dan berkonsulati masalah kandungan. Bisa-bisa namanya dan Sakura melejit dan terkenal satu kota.

Our BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang