Pernahkah kau ada di titik di mana hidupmu terasa sangat membosankan, melakukan segala hal yang harus seragam berharap kau baik-baik saja adanya, namun terlihat ada yang janggal pada hidupmu bak menemukan senapan tanpa peluru atau melihat badut tanpa riasan.
Ya begitulah aku sebelum kau datang,
aku tak pernah menghargai setiap hembusan nafasku seakan aku ingin mati saja, oh hanya satu yang kuhargai rasa bimbang ini, kurasa rasa ini adalah rasa yang tuhan ciptakan melekat kepadaku. Rasa ketika hujan turun di sore hari saat aku hanya bisa berteduh di cafe sunyi menikmati kopi yang nikmat tanpa adanya filosofi ataupun rasa manis ketika ku merasakanya.Tiap hariku kunikmati dengan pekerjaanku di sebuah meja di sudut ruangan sembari membagi waktu untuk ku tidur agar esok kuharap lebih baik daripada hari ini.
Dan kemudian kuberjumpa denganmu.
kau menjadi orang yang mampu membuat jantugku berdegub begitu kencang mau meledak rasanya. dengan cara paling manis kau memaksaku untuk berusaha mensyukuri semua hal yang cepat atau lambat akan berakhir ini.
maka kali ini aku mohon untuk dirimu mengizinkanku menulis tentangmu akan khayalku menyandingmu, menjadi sebab akan semua senyumu, mengabadikan perjalanan khayalku bersamamu, diantara awal perjumpaanmu dan akhir dari semua ini. Aku tahu semua awal akan ada akhir, dan semua perjumpaan akan ada perpisahan. dan diantara kau dan aku pernah menjadi kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Jingga Di Senyummu
PoetryOktober kala itu adalah hal yang bahagia di hidupku tapi hancur hatiku melihat sikapmu.