Soreku diterpa hujan nan lebat saat kita pertama kali berjumpa dan merubah hidupku selamanya.
Saat itu aku duduk di sebuah cafe dengan kopi espresso yang biasa ku pesan tanpa campuran gula karena aku suka bagaimana cara kopi itu menikam lidahku dengan rasa pahit.Ketika kudengar bel diatas pintu cafe itu berdenting menandakan ada orang yang akan masuk untuk sembari meminum kopi juga. Aku dengan tak sabar menoleh, karena aku tak pernah melihat orang lain selain aku yang datang di cafe ini pada jam segini.
Adalah matamu yang pertama membisikan kata-kata indah di hatiku pertama kali kita berjumpa. Lalu tak berselang lama kau duduk di sampingku sembari menjabat tanganku dengan tanganmu yang halus bak sutra yang di tenun dengan ahlinya.
Segala Yang Kurasa kurang seakan lengkap sudah di hidupku sekarang. Padahal perjumpaan kita sederhana tanpa ke istimewa an apapun. Bukan sedramatis dongeng dari pujangga yang dramatis.
Meski begitu kau begitu istimewa seperti kau tahu mie rebus yang di lengkapi dengan telur setengah matang yang akan lumer ketika kau menelannya.
tapi ketika jam berdenting ke arah 9 malam kau undur. Menyisakan tanda tanya untuku siapakah dirimu ? apakah kau mengenalku sebelumnya ? atau semua ini hanya ilusi semata yang kuciptakan ketika aku terlelap ? ah tidak kurasa ini sangat begitu nyata sambilku menepuk dahiku.
Apakah aku akan bertemu denganmu sekali lagi ? aku rela menukar jiwa dan ragaku hanya untuk bertemu denganmu sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Jingga Di Senyummu
PoetryOktober kala itu adalah hal yang bahagia di hidupku tapi hancur hatiku melihat sikapmu.