Pagipun berganti, membangunkanku dengan kicauan burung dan mentarinya. Hari yang berbeda, waktu yang berbeda. Masih dengan perasaan yang sama, yang menunggu pesan darimu masuk ke dalam ponselku. sekedar "selamat pagi" akan jadi dua kata paling hebat untuk mengawali hariku. Ternyata tidak ada.
Buku yang kubaca sudah pada halaman terakhirnya. Kata pujangga hidup seperti membaca buku. Kita tidak akan bisa melanjutkan ke bab selanjutnya jika terpaku pada bab sebelumnya. Namun kenapa hidupku lebih seperti Musik yang tak bosan kuputar setiap waktu dan merasa aku tidak pernah mendengarkan ini sebelumnya.
Lagi-lagi ilusi pun menertawakanku saat ini karena terlalu mengagumimu, sementara realitanya adalah kita sama seperti 2 orang yang berlari, aku sibuk mengejarmu dan kau sibuk menghindariku. Tenang saja wahai bidadari aku tak akan lelah aku hanya menikmati proses ketika kita akan berlali sejajar memandang satu sama lain dengan senyuman.
Kemudian pagiku menjadi malam, repitisi akan mata cokelatmu yang indah, tanganmu yang halus selalu menghiasi pikiranku. Tak pernah kubosan memikirkan tentangmu, caramu meminum kopi kala itu, caramu memegang tanganku kala kita bersalaman, Ahh!! aku tidak bisa melupakannya.
Lagi-lagi aku menantimu bak lilin di kegelapan tak pernah lelah menyala walau cahayaku redup di matamu. Menyayangimu sangatlah mudah aku tak pernah bosan walau melakukannya berkali-kali. Yang sulit adalah cara menunjukkannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Jingga Di Senyummu
PoesiaOktober kala itu adalah hal yang bahagia di hidupku tapi hancur hatiku melihat sikapmu.