Televisi tiba-tiba padam, lampu ruangan tiba-tiba meredup, ruangan seketika terasa hangat, semua menjadi tegang. "Tidak usah tegang, anak-anak, aku hanya kucing lucu, hahahaha, heong, heong, heong!" kata dia. Sambil berjoget-joget memainkan pisau di jari-jarinya.
"Mohon, jangan ganggu kami, kami tidak ingin melukaimu, pergi dari sini, kumohon," kata Jefri, dia terlihat ketakutan.
"Aku tidak ingin kalian, tapi entah, tubuh ini suka kalian, untuk aku pisah, satu persatu, mata, otak, usus kalian, hmm, tangan kalian, begitupula dengan kakimu, yah kan, Katya ?" Sial, dia melihat ke arahku, dia menjulurkan lidahnya, menggoyang-goyangkannya di udara. Aku segera berlindung ke belakang Jefri.
Dengan sigap, Jefri mengambil sebuah pistol tipe Anaconda dari celananya, dan mengarahkan senjata itu tepat ke arah si manusia kucing. "Jangan jauh-jauh dariku, Katya."
"Hei, hei, hei, tenang dulu, aku tidak akan membunuh kalian semua, sekaligus. Aku membunuh kalian satu persatu, dimulai dari mana yah ? hm,"
"Jefri, darimana kau mengambil pistol ?" tanya aku dengan rasa penasaran yang tinggi. Aku tahu dia minum alkohol, tetapi aku tidak tahu kalau dia memiliki senjata api.
"Tidak ada waktu untuk mebahas itu, sayang. Diamlah."
"Bagaimana dengan kamu ? yah, kamu, siapa namamu lagi ? hm, Dilla yah ?" dia menunjuk Dilla, Jefri tiba-tiba menembak ke arah langit-langit. "Jangan mendekati dia !"
"Hei, hei, hei, kamu boleh juga, sepertinya, aku harus memilih dengan memainkan permainan cap cip cup, haha, kalian tahu dengan permainan itu, kan ?"
Dia lalu memulai permainannya. Aku mulai...
Semua tegang, kecuali Jefri, walaupun tangannya terlihat bergetar. Dia siap dengan pistolnya, sekali tarikan pada pelatuk pistol itu dan peluru itu akan terlempar jauh. Dia memulai, dengan pisau tajamnya sebagai pengganti jari telunjuknya.
Cap (dia menunjukku)
Cip (dia menunjuk Shelo)
Cup (dia menunjuk Jefri)
Kem (dia menunjuk Nicholas)
Bang (dia menunjuk Mike)
Kun (dia menunjuk Dilla)
Cup (dia menunjuk Ade)
Pilih (dia menunjuk Indah)
Mana (dia menunjuk Tata)
Yang (dia menunjuk Surya)
Mau (dia menunjuk Rama)
Di (dia menunjukku lagi)
Cup, dan akhirnya berhenti di Shelo. Semua melihat Shelo, dia menunduk.
Cup, cup, cup, cup, cup, cup, cup, cup, cup, cup !
Dia tidak berhenti di Shelo, dia mengulangi lagi, seakan akan "cup" penanda selesai dan terpilihnya kita adalah sebuah tanda bahwa dia akan membunuh kita semua. Tetapi, satu hal yang pasti, "cup" yang terakhir tertunjuk di Jefri.
Bersambung...