Kesembilan

30 3 0
                                    


AHH!!!

Dari arah yang tak terduga, muncul Tata dan Surya yang melempar air itu ke arah Roy, mereka berhasil, bukan hanya itu, air yang mereka lempar bukanlah air yang biasa melainkan air bensin yang Katya temukan di dapur. Katya lalu membuka matanya, melihat Roy tersiksa, dia pun ditarik oleh Surya lalu mereka berhasil keluar dari rumah itu. Sebelum itu, mereka menembakkan beberapa peluru ke arah Roy dan melemparkan korek api tepat ke arahnya, membuat Roy terbakar beserta seisi rumah dan mayat-mayat yang masih ada di sana.

Tata, Surya, dan Katya berjalan menuju mobil, berharap mereka bisa mendapatkan sesuatu disitu. Dan betul, mereka mendapatkan Dilla yang terbaring di mobil, berlumuran darah, dia telah ditusuk oleh Roy. Mereka pun membawa Dilla keluar dari mobil itu. Tidak lama setelah itu, pemadam kebakaran dan polisi datang ke rumahku, tidak kurang dengan orang yang berada di sekitar rumahku, meraka datang. Media-media, semuanya. Mereka lalu dirawat, Dilla diberikan perawatan intensif, mereka semua selamat, tetapi rasa sedih itu tidak bisa luput dari hati mereka masing-masing, karena pertemanan mereka sudah menipis. Tetapi tetap memiliki ikatan yang kuat.

Hujanpun turun, itu merupakan malam yang panjang. Katya tidak lagi tinggal sendiri, dia tinggal bersama keluar Tata dan Surya. Dilla tidak pernah muncul lagi setelah itu, ada yang bilang kalau dia mengidap amnesia, setelah mengalami koma selama berhari-hari, dia akhirnya melupakan semua memorinya. Mereka bertiga, yang masih muncul di permukaan, masih sekolah di tempat yang sama, menjalani hari-hari mereka. Sampai jumpa.

Heong.

~##~

Sudut pandang orang pertama

Semua sudah kembali seperti semua, aku dan teman-temanku sudah tenang. Bahkan, seisi kota karena kami telah berhasil membunuh si manusia kucing itu. Tanpa ampun. Malam ini, kami akan menghadiri sebuah acara yang diadakan untuk angkatan sekolahku.

Di malam harinya, kami bertiga, aku, Tata, dan Surya. Tiba di aula sekolah kami, mengikuti acara malam itu. Kami tertawa, penuh kesenangan, seolah-olah kami melupakan semua kejadian itu. Kami tidak mengingat kematian teman-temanku, dan bahkan kami tidak mengingat kalau kami pernah diserang oleh seorang pembunuh berantai nomor satu di daerah tempatku tinggal.

Di ruangan itu, semua ribut. Suara dimana-mana, kita berpesta. Hingga suatu saat, listrik tiba-tiba padam.

Heong.

Tidak mungkin. Itu tidak mungkin. Batinku, bagaimana tidak. Setelah aku melupakan semua kejadian itu, dengan cepat, semua memori itu kembali dan menguasai pikiranku.

Halo, anak-anak. Liburan kalian menyenangkan ?

Itu tidak mungkin. Dia tidak mungkin si manusia kucing kan ? Aku menatap Tata dan Surya, mereka terdiam, tatapannya kosong. Tata pun menunjuk ke arah utara. Di sana terlihat cahaya dari mata yang menyerupai kucing.

Tiba-tiba listrik kembali hidup.

Semua orang berada di lantai, terjatuh, dan berlumurkan darah.

Kembali, listrik padam.

Bagaimana caranya ? begitu yang terdapat dalam batinku.

Hei, hei. Apakah kalian lupa dengan pelajaran biologi ? Aku itu manusia kucing.

Listrik kembali hidup. Menjadi lebih terang.

Dan kucing itu punya 9 nyawa, loh.

Seseorang berdiri di sana.

~Bersambung~

Si Manusia KucingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang