Don’t be silent readers <3
.
Setelah 3 hari jatah untuk—ku libur telah selesai, kini aku harus kembali bekerja. Soal Harold, aku sudah titipkan dia kepada Aunt Mary pemilik rumah sewa—ku ini. Dia cukup baik denganku, terkadang jika aku tak punya uang untuk membayar rumah sewa, dia bahkan tak pernah mempermasalahkan hal itu.
“Pukul 12.00 tepat, kau tak terlambat paige.” Ucap judy berdiri disebelahku sembari memakai celemek—nya. Aku tersenyum sembari membawa nampan berisi hidangan yang telah dipesan oleh pelanggan kami. “Ya, mulai sekarang aku akan lebih giat bekerja. Kau pasti sudah tau kan, kalau aku sudah punya seorang bayi yang harus kurawat..”
Judy tersenyum pula, sebenarnya nasib—ku dan judi hampir sama. Umur kami sama, dan kami sama-sama belum menikah. Hanya saja, dia sudah mempunyai kekasih dan, aku sampai saat ini belum kunjung mempunyai kekasih.
“Selamat dinikmati tuan dan nyonya, saya permisi dulu..” Setelah pesanan meja nomor 5 ini kuantar, cepat-cepat aku kembali kedapur. Aku menemui judy yang sedang berbincang kecil dengan rekan pelayan. Tetapi keyika aku datang, pelayang itu pergi menjauh.
“Mari kita pergi, pelayan sinting itu sudah datang..” Ya, aku sadar. Aku yang mereka katakan sinting, karena mereka jelas-jelas melirik kearah—ku sewaktu mengatakan itu.
“Maafkan mereka ya. Terkadang omongan mereka menyakitkan..” Judy mendekati—ku lalu mengelus-elus pundak-ku. Dia memang typical orang yang seperti itu.
“Tak apa, itu hak mereka mengejek diri—ku ini sinting..” Jawabku dengantersenyum lebar. Aku tau mengapa mereka mengatakan aku sinting, sebab aku rela meninggalkan rumah, orang tua, dan adik—ku popy demi Harold. Mereka anggap itu keputusan tergila yang pernah kupunya. Ya, mungkin karena sinting—nya aku jadi dijauhi semua pelayan bahkan pria.
Tapi aku bukanlah perawan tanggung yang tak pernah merasakan arti paradise yang sesungguh—nya. Dan aku bukanlah seorang perawan tua. Dan aku bukanlah seorang single parent.
.
“Besok bawa Harold kemari lagi paige. Jadi, aku tak hanya tinggal berdua dengan Doroty kucingku..”
“Iya aunt. Terima kasih sudah menjaga Harold. Aku pulang dulu, selamat malam..” Setelah jam kerja—ku telah selesai pukul 7 malam. Aku membawa Harold pulang dari rumah Aunty Mary. Harold harus makan malam secepatnya.
“Sebentar ya, mom panaskan bubur untuk—mu dulu.” Aku menggendong harold, digendongan bayi yang sebelumnya sudah kubeli. Dia diam, dan tak menangis sedikitpun ketika kugendong seperti ini. Bahkan mata—nya terus melihat kearah—ku yang sibuk memanaskan bubur untuk menu makan malam—nya.
“Harold, kau tampak senang sekali hari ini. Ada apa sayang?” Aku memainkan hidung—ku dengan hidung—nya. Ia tampak tertawa dengan memperlihatkan dua gigi yang tumbuh digusi bagian bawah—nya. Lalu dia memainkan kalung yang ada dileher—ku.
“Makanannya sudah jadi, harold harus segera makan..” Ucapku ceria, meletakkan harold diatas tempat tidur. Kedua kakinya tampak menendang-nendang sisi tempat tidur. Dan terus berusaha berguling, dia aktif sekali. “Harold sayang..”
Aku menggelitiki—nya dengan cara mencium perutnya. Dan dia lagi-lagi tertawa. Tawanya begitu bebas, membuat ada secerca kebahagian baru untuk-ku.
“Aaa Harold aaa” Aku mengarah—kan sendok makannya dengan gerakan bak sebuah pesawat yang hendak mendarat. Harold sudah membuka mulutnya tetapi aku ingin membuatnya gemas dahulu. “Harold pandai…” Ucapku menghadiahi kecupan dipipinya. Dia makan dengan lahap, tanpa ada perlawanan, ia makan terus. Ah, aku jadi tak sanar menunggunya besar dan berlari-lari mengelilingi setiap ruangan dengan tingkahnya.
“Sekarang, kita ganti pakaian—mu dulu ya. Harold hari ini pakai piyama warna biru saja ya..” Setelah aku memakaikan piyama itu untuk bayi kecilku, kugendong harold dilengan—ku lalu ia kuayun-ayunkan pelan sembari menyanyikan—nya lalu agar ia tertidur. Beberapa kali aku menciumnya, beberapa kali ia menguap, dan menggelut dilenganku.
“Seandainya mom itu orang kaya, pasti mom sudah membelikanmu mainan yang banyak, baju yang bagus dan makanan yang enak. Jadi kau tak akan hidup bersama mom yang miskijn dengan makanan dan mainan beserta pakaian yang jelek seperti ini.” Ketika kulihat matanya sudah terpicing, kubaringkan tubuh mungilnya dengan pelan. Lalu kucoba melepaskan jemariku yang ia pegang yang begitu erat. Dan aku jadi terharu akan hal ini.
“Ini rasanya menjadi seorang mom yang sebenarnya. Ini begitu indah..” Sudut mataku meneteskan air mata, tapi aku cepat-cepat menyekanya dan kuperdekat jarak—ku dengan bayi kecilku ini. Aku tidur dengan posisi menyamping yang bertumpu pada tangan kiriku. Sembari jemariku masih dipegang harold.
“Terima kasih sudah membuat hidup mom lebih berwarna harold. Night baby, love you..” Malam ini kuahiri dengan kecupan yang teramat dalam dipuncak kepalanya. Terima kasih tuhan, kau berikan aku bayi selucu harold..
.
Gimme ur vomments, maaf kalo slow update hehe. Tapi ini udah panjang kan? 50 votes (+) I’ll updateeeee…
KAMU SEDANG MEMBACA
Adoption
Fanfiction26th. Single. She adopted a baby boy. It's Harry Styles. -Desmarmen-