*
Tubuh-nya yang mungil dan lembut ini membuat-ku semakin gemas. Apalagi gerakan—nya yang mengeliat, semakin membuat aku gemas hendak menciumi-nya. Mata hijau-nya itu seakan bersinar, meskipun dalam keadaan mata-nya terpejam seperti ini. Serta mulut kecil-nya itu menguap dengan khas—anak bayi.
“Harry, kenapa kau begitu menggemaskan? Seharusnya grandpa dan grandma bangga memiliki cucu seperti-mu. Iya kan.” Aku mengecup pipi-nya. Baru 1 hari terlewati, tetapi entah sudah berapa kali kucium pipinya yang memerah bak tomat ceri. “Tapi sayang, mereka tak pernah mau mendengarkan alasan mom meng-adopsimu”
Badan kecil-nya kembali bergerak, aku menepuk-nepuk pantatnya agar ia tenang. Drt drt. Getaran ponselku menyadarkan-ku untuk segera bangkit dari tempat tidur sementara harry masih tetap terlelap ditidurnya.
“Halo.” Sapaku dengan ramah pada popy yang ada disebrang sana. Ya, popy adik-ku. Umurku dan dia hanya terpaut 11 tahun berbeda kok.
“Dad dan mom menyuruhku bertanya padamu, apa kau memang mengadopsi bayi itu?” Suara popy ini merindukan-ku untuk balik-pulang kerumah. Tetapi, aku lebih memilih tinggal bersama bayi kecilku itu sekarang. “Ya, sesuai dengan keputusan-ku dari awal. Aku mengadopsi seorang bayi. Dia sangat lucu pop—“
Belum sempat aku berbicara panjang dengan popy, ia sudah memotong pembicaraan-ku. “Kenapa kau jadi mengadopsi bayi? Kau tau, kau sudah diusir dari rumah hanya karena seorang bayi. Dan itu membuat kita tak bisa bertemu lagi..” Aku terkekeh pelan mendengar jawaban popy. This is my life, this is my choice. Apapun yang terjadi aku tetap kokoh pada keputusan-ku.
“Siapa bilang kita tidak bisa bertemu lagi, kita masih tetap bisa bertemu popy..” Kudengar dia mendecak disana. “Bagaimana bisa? Kau sudah mengambil keputusan itu, dan kau pasti ingatkan mereka sudah melarangmu untuk tak datang lagi kerumah. Paige, aku tak punya teman curhat lagi…”
Ah ya, teman curhat untuk masalah kekasih ya aku tau itu. Ya, adik-ku itu memang cukup banyak yang menyukainya. Cukup berbeda dengan kakak-nya ini. “Ak—“ Kata-kataku terputus ketika dia lagi-lagi memotong pembicaraan-ku.
“Sudah dulu ya, besok pagi aku menelfon-mu lagi. Mom sudah menyuruhku tidur, dia sudah didepan pintu kamar-ku. Byeee”
Lagi-lagi telefon terputus. Aku menaruh ponselku diatas bufet, kuhampiri harry yang masih saja tertidur. Sebotol susu untuknya sudah habis sedari tadi. Ya, jika nanti malam dia menangis aku harus berjaga-jaga membuatkannya sebotol susu.
"Meskipun dari mereka tak ada yang menyukaimu, tetapi mom tak akan pernah berhenti membuat mereka mengerti keputusan mom ini. Dan mereka harus belajar menyukaimu pula.” Kuselimutkan badannya agar ia tak kedinginan. Kukecup lagi pipinya itu, lalu ikut berbaring disebelahnya.
Hampir saja aku lupa, bayi mungilku ini memiliki nama yang bagus. Harry Edward Styles. Aku tak mau mengganti namanya, sebab nama sebagus itu sepertinya tak perlu diubah lagi. Dan aku tau pasti itu nama yang terbaik. Yang orang tuanya dulu berikan.
“Tetapi karena mom sangat menyayangimu, mulai sekarang mom akan memanggilmu Harold saja. Mulai sekarang mom akan lebih giat bekerja, untuk membahagiakan-mu milik mom satu-satunya saat ini…”
*
Heyo! Udah desi update. Wdyt? Kritik dan saran desi terima. Desi gak galak kok, gak gigit kok. wkwk. So, tenang aja hehe.
50 votes (+) i'll update :) thanks xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Adoption
Fanfiction26th. Single. She adopted a baby boy. It's Harry Styles. -Desmarmen-