17. Ketakutanku

98 29 4
                                    

Flashback On

"Gue beneran nggak suka sama Angga, Baal" Jawab Maura dengan masih membuntuti laki-laki sebaya dirinya yang ia panggil Iqbaal tersebut.

"Halah. Kemarin juga bilangnya nggak suka sama Doni, terus kenapa cokelat dari dia diterima?" Tanya Iqbaal yang sekarang sudah menatap Maura sambil duduk di sebuah bangku di bawah pohon besar dekat gedung sekolah mereka.

Mereka berdua masih mengenakan seragam olahraga dengan nama Sekolah Menengah Pertama mereka.

Iqbaal sedikit mendongak, terus menatap Maura yang sekarang masih diam tidak menjawab pertanyaan nya.

Kemudian Iqbaal menendang pelan sepatu Maura "Jawab" Ucapnya dingin.

"Apa salahnya?"

Dahi Iqbaal mengernyit, ia lantas bangun dari duduknya.

"Apa salahnya kalau gue cuma mau menghargai usaha Doni?" Jawab Maura tenang "Gue cuma mau menghargai usaha seseorang yang dengan tulus memberikan gue sesuatu. Apapun itu"

Iqbaal memutus pandangannya, ia menghela napas kasar dan kembali mendengarkan apapun yang Maura coba katakan.

"Bukan berarti gue suka sama seseorang tersebut. Ini namanya sikap menghargai. Gue cuma sedang belajar untuk sebisa mungkin nggak menyakiti perasaan orang lain"

Iqbaal kembali menghela napas kasar "Tapi--"

"Udah. Gue masuk kelas duluan" Ucap Maura memotong kalimat yang ingin Iqbaal katakan dan berbalik pergi.

"Ra" Panggil Iqbaal yang tidak diabaikan oleh Maura.

Flashback Off

Itu sedikit kejadian yang Maura ingat saat dirinya terlibat perdebatan kecil dengan Iqbaal.

Maura mengela napas dan menyandarkan kepalanya di jendela bus yang kini sedang ia tumpangi untuk menuju ke sekolah nya.

Yang terjadi semalam itu bukan pertama kali terjadi diantara kedua nya.

Iqbaal itu keras kepala dan Maura tidak suka membesar-besarkan masalah.
Maura akui, ia memang seringkali menghindar saat keduanya terlibat perdebatan kecil. Maura pikir dengan begitu maka Iqbaal juga akan melupakan perdebatan tersebut.

Lagipula, mereka seringkali memperdebatkan hal-hal yang menurut Maura sangat tidak penting.

Dan salah satu penyebab utama yang seringkali terjadi adalah saat Maura dekat atau bahkan di dekati oleh teman laki-lakinya.

Maura kembali menghela napas.

Bus yang Maura tumpangi berhenti di sebuah halte, ada 2 siswa laki-laki yang masuk salah satunya mengambil duduk tepat di belakang Maura.

Maura yang masih larut dalam pikirannya pun enggan untuk memperhatikan sekitarnya.

Ting.

Itu bunyi notifikasi pesan masuk dari handphone yang berada dalam ransel di pangkuan Maura. Namun ia tidak menggubris hal tersebut.

Ting.Ting.Ting.Ting.

Maura mendesis dan mengambil handphone dalam ranselnya yang terus berbunyi.

06.10 Am
Bastian
Selamat pagi ra.

06.15 Am
Bastian
Ra
Maura...
Dimana?
Halo?

AKU CINTA KAMU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang