19. Bolehkah?

97 33 8
                                    

Kemarin, setelah Iqbaal meminta gue untuk jangan jatuh cinta kepada Bastian karena dia cemburu. Gue bertanya "Apa alasan cemburu lo itu Baal?"

Gue penasaran. Jujur, gue sangat sadar kalau Iqbaal memang posesif. Tapi selama ini dia nggak pernah melarang gue untuk jatuh cinta. Yang dia lakukan hanyalah membatasi kedekatan gue dengan laki-laki yang terang-terangan menyatakan perasaan nya ke gue.

Dan kemarin dia jawab pertanyaan gue dengan pertanyaan lain seperti ini "Ra, untuk perempuan dan laki-laki yang sudah sangat lama bersahabat nggak apa-apa kan kalau salah satunya jatuh cinta?"

Gue bingung harus jawab pertanyaan Iqbaal seperti apa.
Menurut gue sah-sah aja sih kalau dari sahabat jadi cinta.
Tapi memang suasanya pasti beda, dan bakalan canggung banget.

Jadi ini maksudnya Iqbaal suka sama sahabat nya gitu? Siapa?

Tunggu--

Sahabat cewek yang Iqbaal punya itu, gue kan?

Gue menggelengkan kepala pelan. Iqbaal pasti punya sahabat cewek lain yang gue nggak tau.

Tapi--Iqbaal kan masih pacarnya Zevanya, kenapa dia menanyakan soal jatuh cinta?

Sibuk memikirkan pertanyaan Iqbaal, sampai bus yang gue tumpangi sudah mengantarkan gue dengan selamat ke halte dekat gedung sekolah.

Berjalan santai tanpa menghiraukan sekeliling, tiba-tiba ada yang narik lengan gue dan menuntun jalan yang kini berlawanan dari gedung sekolah.

Gue panik. Ini pasti penculikan.
Tapi postur tubuh seseorang tersebut mengingatkan gue dengan--

"Bastian!" Celetuk gue.

Seseorang itu hanya menoleh sebentar, mengumbar senyumnya dan kembali menarik lengan gue untuk dia ajak lari.

***
Iqbaal baru sampai di sekolah, kedua kaki nya terus menyusuri koridor dengan dirinya yang juga terus mendapat sapaan dari banyak gadis.

Dia memang tidak terlalu populer di sekolah, tapi statusnya kini sebagai ketua tim futsal cukup membuatnya memiliki banyak pengagum. Terutama untuk perempuan.

Iqbaal harusnya menaiki sebuah anak tangga untuk sampai di kelasnya, tapi ia justru terus melangkah lurus melewati 2 ruang kelas lain dan berdiri dengan sedikit tebar pesona di depan ruang kelas Maura.

Banyak siswi perempuan yang mengantri di belakangnya.

Kalau mau minta tanda tangan nanti aja ya gadis-gadis Batin Iqbaal sambil menyibak asal rambutnya.

"Baal" Panggil seorang siswi. Iqbaal mengenalnya, ia Chika. untuk yang belum kenal atau lupa. Chika ini salah satu teman perempuan yang cukup dekat dengan Maura.

"Iya, Chik?" Jawab Iqbaal sok kalem.

"Minggir. Kalau mau tebar pesona di lapangan aja, jangan menghalangi jalan"

Ucap Chika yang lantas memaksa Iqbaal sedikit berpindah dan memberikan jalan bagi para gadis yang juga tadi mengantri di belakangnya.

Iqbaal menghela napas dan berbalik ke arah kelasnya.

Untung cuma ngomong di dalam hati Batin Iqbaal. Sampai di kelas, Iqbaal duduk di kursinya dan mengikuti jam pelajaran dengan fokus.

Dering bel pergantian jam pelajaran berbunyi.
Iqbaal izin ke toilet sebentar sebelum guru yang mengajar berikutnya masuk kelas.

"Iqbaal" Panggil Zevanya yang ternyata berdiri di dekat toilet pria sejak tadi, menunggu Iqbaal.

"Hmm?" Respon Iqbaal saat telah berhadapan dengan Zevanya.

AKU CINTA KAMU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang