09

83 10 1
                                    

“Beneran si Aldo ngomong gitu ke elo Sal?” tanya seorang gadis yang duduk di sebelah Salma.

“iya”

Yuni mengangguk pelan tanda mengerti.

“Jangan-jangan ini adalah tanda – tanda Sal.” Sambil menampilkan ekspresi misteriusnya, Yuni mencoba menggoda salma.

Salma menaikkan kedua alisnya. “Tanda-tanda?, maksud lo?”

“Yakali aja dia emang beneran berubah, atau dia emang beneran lagi jatuh cinta sama lo” jawabnya berhati-hati sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Yuni tau, salma mungkin akan kesal jika mereka terus membahas hal ini. Oleh karena itu, dia mengatakan dengan sangat hati-hati dan dengan kakinya yang sudah di siapkan untuk segera berlari jika sahabatnya akan kesal dan mengamuk.

Salma sama sekali tidak menggubris perkataan orang disampingnya. Dia lebih fokus pada novel tebal dengan empat ratus tujuh puluh halaman. Setidaknya dengan membaca novel itu bisa mengubah mood nya menjadi lebih baik.

Tidak seperti perkiraan Yuni.

“Orang lagi ngomong itu dijawab kek, di iya in kek. Seenggaknya kan dia berasa kalau bicara sama orang, bukan sama batu.” Gerutu Yuni karena memang salma mencuekinya dari tadi.
Salma tidak menggubrisnya lagi. Kini dia merogoh loker mejanya, dan mencari benda pipih yang sudah terpasang earphone sejak tadi. Lalu dia memasang earphone itu hingga menyumpal kedua telinganya. Mencari list lagu favoritnya dan memutarnya. Kemudian dia melanjutkan mebaca novelnya lagi.

“iiihh bikess deh” Yuni melenggang ke luar kelas meninggalkan salma yang sedari tadi mencuekinya.

Drt.. drt.. drt..

Yuni menghentikan langkahnya yang tak tau akan ke arah mana. Diambilnya handphone dari saku seragamnya. Ada pesan masuk.

“Siapa sih ini yang ngirim pesan, pasti fans gue” pikirnya dalam hati

Seketika wajahnya lesu membuka pesan di dalamnya. Pasalnya pesan yang masuk tidak sesuai dengan apa yang di harapkan. Justru sangat menyimpang dengan apa yang dipikirkan tadi.

Kuota internet anda sudah habis, segera isi ulang untuk tetap menikmati layanan.

“Yaelah.. nih operator kurang kerjain kali ya, tiap hari ngirimin gue sms gini mulu. Padahal baru seminggu gue beli kuota.” Gerutunya.

⚜⚜⚜

Pelajaran matematika di jam terakhir. Hal ini sedang terjadi pada kelas XII-IPA-6. Semua siswa memperhatikan penjelasan dari guru yang sedang mengajar di depan kelas. Kecuali seseorang yang duduk di bangku pojok.

Matanya sudah tak sanggup untuk terbuka lebih lama lagi.

Setelah sekian lama menahan rasa kantuk yang menjalar si sekelubung lingkar matanya, akhirnya lelaki bernama Haykal itu memutuskan untuk melipat kedua tangannya di atas meja, mulai menutup kedua kelopak matanya dan menelusupkan wajahnya disana selagi matanya terpejam. Dan selang beberapa detik, Haykal sudah mulai tak sadarkan diri. Dia sudah memasuki alam mimpinya.

Reza yang duduk di samping Haykal menghela napasnya panjang, begitu mendapati orang di sampingnya kini tertidur pulas. Ia sedikit memutar posisi duduknya agar bisa menutupi Haykal dari jangkauan pandangan Bu Tika yang sedang mengajar kali ini. Reza sedikit was-was. Dia tak tau apa jadinya jika Bu Tika mendapati Haykal sedang tidur selama pelajarannya berlangsung.

“Haykal Fabriano”

Mampus” umpat Reza pelan sambil menggigit bibir bawahnya serta menutup kedua mata dan telinganya mendengar langkah sepatu mendekat ke arahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang