You're My Destiny
*
Lee Donghae, pria itu melangkah lebar-lebar ketika dia menemukan seseorang yang ingin sekali dihajarnya tengah duduk di sudut café tempat mereka berjanji bertemu. Pria yang sedang dituju Donghae menyadari kedatangannya dan tersenyum lebar seraya melambaikan tangannya. Ia bangkit untuk menyambut Donghae, namun yang didapatnya justru bogem mentah sehingga dirinya langsung terjungkal ke belakang menyebabkan meja dan kursi di café tersebut jatuh.
“dasar pria brengsek! Untuk apa kau mengusik adikku lagi, dasar sialan?! Kenapa kau harus menghancurkan adikku lagi?!! KENAPA, LEE HYUK JAE?!”, dengan membabi buta Donghae terus melayangkan bogemnya dan tidak mempedulikan pelanggan café lainnya menatapnya. Ada yang berusaha melerai, namun Donghae menepisnya kasar.
“cih, jadi masalahnya adalah Shin Jaera…”, Donghae menarik kerah Hyuk Jae kasar ketika pria yang telah babak belur itu tersenyum remeh kepadanya.
“kau…! Kau mengakui dosamu itu?!”, geram Donghae marah.
“untuk apa menutupinya?”, balas Hyuk Jae santai dan dia harus menerima kembali tinjuan dari Donghae yang semakin tidak waras memukulinya.
“BRENGSEK!! AKU AKAN MEMBUNUHMU!!”,
“OPPAA…”,Donghae tidak menghentikan aktivitasnya walaupun suara yang begitu familiar terdengar olehnya. Dia, Jaera. Gadis itu berlari panic kea rah Donghae yang benar-benar berniat membunuh Hyuk Jae dengan memukuli pria itu tanpa henti, namun Jaera segera menarik tubuhnya kuat-kuat untuk menjauh dari tubuh Hyuk Jae yang terkapar lemas.
“OPPA HENTIKAN!!”,
“KENAPA HARUS KUHENTIKAN?!”,
“KAU BISA MEMBUNUHNYA!!”,
“ITU NIATKU!”,Orang-orang semakin mengkerumuni mereka dan ada beberapa yang mulai membantu Jaera untuk menjauhkan Hyuk Jae dari jangkauan Donghae yang masih terbakar emosi. Jaera sekuat tenaga menahan kakaknya ini dan tanpa sadar menangis tersendu-sendu.
“oppa… hikss.. hentikan…”, bisik Jaera lirih. Dia tidak ingin Donghae mendapat masalah jika terus memukul Hyuk Jae. Dia tidak ingin kakaknya mendapatkan masalah karena dirinya. Tidak!
Donghae bernafas cepat walau dia berusaha untuk menenangkan pikiran ketika menyadari keadaan Jaera yang menangis seraya memeluk tubuhnya erat-erat agar dia tidak mendekati Hyuk Jae yang sedang dipapah salah seorang pelanggan. Keadaannya benar-benar lemah dan tidak berbentuk lagi.
“oppa… hikss… hikss…”,
Perlahan Donghae mulai mengatur nafasnya untuk menenangkan diri dan akhirnya membalikan tubuhnya untuk dapat memeluk Jaera yang semakin terisak. Si lain sisi, Hyuk Jae memandang Donghae dan Jaera sinis.
“kau… harus bertanggung jawab, Lee Donghae-shi”, kata Hyuk Jae pelan seraya berusaha berdiri sendiri. Donghae meliriknya tak kalah sinis.
“apa? kau ingin uang? Akan kuberikan sebanyak yang kau mau!!”,
“tidak, aku tidak membutuhkan uangmu. Tapi, kau harus bertanggung jawab karena telah memukulku. Di sini kaulah yang bodoh karena tidak mengetahui semuanya dan menyalurkan emosimu padaku. Kau salah sasaran!”, Donghae berdecih seraya menenangkan Jaera yang masih menangis dalam dekapannya. Dia tidak tahu bagaimana Jaera bisa berada di sini dan berhasil memergokinya.
“apa maksudmu? Kau berusaha meracuniku untuk tidak menyalahkanmu?!”,
“kau bisa menganggapku pria brengsek, tapi ada seseorang yang lebih brengsek dariku dan kau justru mempercayainya”, Jaera sadar apa yang menjadi ujung pembicaraan Hyuk Jae sehingga ia langsung mendongak menatap Donghae.
“oppa, jangan! Jangan dengarkan dia!!”, cegah Jaera.
“apa maksudmu?”, tetapi sayang Donghae mengacuhkan Jaera dengan rasa penasarannya.
“kau bodoh karena tidak mengetahui kenyataan mengapa adikmu bisa diperkosa dan kau begitu tolol karena tidak bisa menangkap penjahat sebenarnya”,
“kau berbelit!! Katakan maksud ucapanmu!”,
“oppa, jangan!!”,
“Cho Kyuhyun! Cho Kyuhyun yang telah memaksaku melakukan hal keji ini dan karena dia juga aku harus berpisah dengan adikmu!! Dia pria sialan yang telah merusak masa depan adikmu, Donghae-ya!!”,
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny
FanfictionPart END di privet ya... ☺ Jaera dan Hyukjae adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Walaupun Hyukjae yang sudah sibuk dengan kuliahnya dan membantu pekerjaan ayahnya dalam mengurus perusahaan, dia tak pernah mengabaikan pujaan hatinya. Di s...