Hurt(III)

993 94 29
                                    

'Aku tau, apa yang akan kuterima ketika kuputuskan untuk memberikan hatiku padamu. Meski luka adalah hal yang mesti ku dapatkan. Tapi, bukankah kebahagiaan cinta itu tak bernetra? Persetan dengan luka, aku kalah, aku mencintaimu. Sangat'

.

''Sasuke-kuuunn, aku lapar. Bisakah kita keluar makan sebentar?'' ucap sakura sambil bergelayut manja di lengan sasuke.

"baiklah, kau mau makan dimana?" tanya sasuke dengan senyum lembut yang hanya ia perlihatkan pada si gadis cantik musim seminya.

"Aku ingin makan di cafe akatsuki, Sasuke-kun. Katanya meskipun baru buka, tempat itu sudah ramai dikunjungi. Ayo kita kesana. Sekarang" ucap sakura antusias sambil menggered sasuke agar melangkah lebih cepat. Sasuke hanya terkekeh dan tersenyum tipis melihat tingkah sang pujaan hati.
Inilah yang dia suka, bersama Sakura, semua beban hidupnya seakan lenyap dalam sekejap.

*Ditempat lain*

Terdengar dering telfon di kediaman uchiha. Si pemilik telfon a.k.a hyuuga hinata, -ahh, kini Uchiha.
Masih berkutat dengan peralatan dapurnya. Membereskan apapun yang memang sebenarnya tak perlu dibereskan. Entahlah, dia hanya sedikit bosan.
Dengan cepat hinata mengangkat telpon yang sedari tadi berdering dan menunjukkan sebuah nama 'Ino-chan' sahabat dekat hinata, pemilik nama dari seorang model yang ternama. Cantik, sekaligus sexy, dengan rambut Ponytail nya yang selalu pas di sandangnya.
Dan jangan lupakan mata jernih dan tubuhnya yang 'ughh bodygoals' memikat siapapun yang melihatnya.

"moshii..moshii, ada apa ino-chan?" sapa hinata, sekaligus bertanya😂
-ahh, tanpa basa-basi? Kau memang telah menjadi uchiha, hinata-

"Hinata-chan, bisakah kau datang kemari dan membantuku? Hari ini ulangtahun Sai-kun, aku ingin memberi kejutan untuknya dan memasak makanan lezat. Tapi, aku mengacaukannya" pinta Ino dengan suara yang dibuat memelas mungkin 😂

"Baiklah ino-chan, aku akan datang. Tapi, bolehkah ku bawa Saki dan Kei? Aku tak bisa meninggalkan mereka sendiri" jawab hinata.

"Tentu saja. Semakin ramai, semakin baik. Oh yaa, gara yang akan menjemputmu. Bersiaplah hinata. Arigatou" jawab ino dengan senyuman hangat yang jelas tak terlihat dari si penerima telpon.
"Hu'uem, sama-sama ino"

Setelah sambungan telpon ditutup, hinata bergegas mengganti pakaiannya dan memanggil kedua malaikat kecilnya agar ikut bersiap.
"Saki-chan, Kei-chan. Ayo kita pergi ke rumah paman Sai, bibi Ino mengundang kita kerumahnya. Paman garaa akan menjemput kita" ajak hinata
"ha'i okaa-san" jawab saki dan disertai anggukan kepala Kei.

Hinata mengenakan dress selutut tanpa lengan berwarna biru. Kali ini, dia menyanggul rambutnya dan memperlihatkan leher jenjangnya yang membuat pria manapun terpikat. Dan untuk memperindah lehernya, dia mengenakan kalung liontin bermata berwarna putih pucat, senada dengan matanya. Dan jangan lupakan sepatu high heels nya yang membingkai kakinya yang indah, menambahkan kesan anggun sekaligus sexy.

Setelah memastikan semua telah terpasang rapi pada tubuhnya, hinata bergegas turun dari kamarnya menuju ruang keluarga, tempat dimana kedua malaikat kecilnya serta sipemilik rambut merah dengan tato ai di dahinya tengah menunggunya.

"maaf sudah menunggu lama" ucap hinata dengan senyum lembut sembari menuruni tangga.

Uchiha kecil dan sabaku sungguh terpesona melihat wanita cantik sekaligus anggun yang kini menghampiri mereka. Jika diperhatikan lebih teliti, pipi mereka bahkan sampai menimbulkan semburat merah.

"Hn" hanya konsonan itu yang keluar dari bibir garaa. Datar dan tanpa ekspresi. Tapi jika diperhatikan, dia mati-matian menahan degun jantungnya yang mungkin didengar oleh kedua bocah uchiha serta wanita yang ada di depannya kini.

Hinata terkekeh mengingat sifat yang dimiliki garaa dan sasuke tak jauh berbeda. Datar, minim ekspresi dan dingin. Tapi bedanya, sasuke hanya bersifat dingin padanya. Sedangkan gara? Entahlah, hinata seperti merasakan kehangatan dalam tatapan mata gara setiap bertemu tatap dengannya.

"Kau cantik, Okaa-san" puji pemilik uchiha Kei terdengar di telinga mereka. Dan jangan lupakan semburat merah dipipinya yang semakin membuatnya ketara.
Hinata tersenyum lembut dan mengelus kepala kei sambil berkata-
"Arigatou, kei-kun" jawab hinata tanpa embel-embel -chan yang sering membuat kei mengembungkan pipinya.
Mendengarnya, kei ikut tersenyum lembut pada sang ibu. Dia sangat menyayangi ibunya lebih dari apapun.
Ibunya yang begitu lembut, penyayang, dan tetap sabar bahkan ketika sang ayah dengan tega menyakitinya.

'tunggu, menyakiti!!?'
Ahh, untuk ukuran otak Uchiha, tentu dengan mudah Kei mampu mengerti apa yang terjadi di keluarganya diusianya yang masih 10 tahun. Dia membenci ayahnya meskipun sang Ibu sering memberinya wejangan dan mengatakan 'dia tetap Ayahmu Kei' tapi, membenci orang yang membencimu apalagi tak menginginkan kehadiranmu iti wajar, kan?

"Ayoo Kita berangkat, okaa-san, Ojii-san??" instrupsi Saki yang sedari tadi hanya memperhatikan.

.

Tbc

Untitled Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang