saat jam istirahat, jinyoung berjalan sendirian ke arah kantin. maklum, dia sangat susah berbaur dan pendiam. dan ini juga hari pertama dia bersekolah di sini. walaupun tadi dongbin mengajaknya berkenalan, tapi dia tidak melihat lagi dongbin ketika bel istirahat berbunyi.
jinyoung mengambil nampannya dan meletakkan beberapa makanan ke atasnya lalu berjalan mencari kursi kosong. dia duduk di sana dan mulai memakan makanannya. sesekali melirik ke arah sekitarnya karena entah mengapa dia merasa seperti sedang diperhatikan.
sebenarnya, jinyoung adalah anak yang ceria dan asik. sayangnya saja dia introvert sehingga orang-orang sering menilainya sebelah mata dan menyangka bahwa anak berwajah dingin itu membosankan dan cuek. padahal nyatanya tidak se membosankan itu. jinyoung juga pasti akan sangat bahagia ketika mendapatkan seorang teman.
“permisi..?” suara seseorang membuyarkan fokus jinyoung pada makanannya. dia mengangkat kepalanya dan menatap orang di depannya itu.
“y-ya? ada apa?” tanya jinyoung berusaha se-sopan mungkin.
“apa kau hanya sendirian di sini? bisakah aku duduk di sini? semua kantin penuh dan aku belum masuk kelas sejak tadi. aku tertinggal kelas pertama.” katanya sambil meletakkan nampannya ke atas meja.
jinyoung mengangguk, orang tersebut duduk di depannya dan mulai sibuk dengan makanannya. “omong-omong, namamu siapa?” tanya laki-laki tersebut kepada jinyoung.
“a-aku bae jinyoung.”
laki-laki tersebut agak terkejut, “kau orang korea? namaku park woojin dan aku juga orang korea.” katanya kepada jinyoung sambil tertawa pelan.
“oh anyway, aku berusia 19 tahun.” sambung woojin.
“eh? maafkan aku hyu-”
“tidak usah begitu. kita sedang tidak di korea. lagipula aku sekelas denganmu.” kata woojin lagi.
jinyoung mengangguk lalu menghabiskan makanannya. sebenarnya jinyoung agak bingung, bagaimana woojin tau bahwa mereka sekelas dan woojin tau dimana kelas jinyoung berada?
jika berbicara soal umur, jinyoung juga sudah paham. memang ada beberapa teman sekelasnya yang sudah berusia 19 tahun, ada pula yang masih 18 tahun seperti jinyoung. apalagi jinyoung tau di sekolah ini ada lumayan banyak anak-anak yang berpindah dari korea. sama seperti dirinya dan mungkin woojin pun begitu.
woojin selesai dengan makanannya lalu menggeser nampan itu, “jinyoung, kau percaya sihir?” tanya woojin kepada jinyoung dalam bahasa korea.
“hah? tidak terlalu. lagipula itu agak mustahil.” jawab jinyoung sambil membereskan nampannya lalu menggesernya.
woojin hanya mengangguk-ngangguk lalu melihat ke arah sekitarnya. “spiritual?” tanya woojin lagi.
“masih sama dengan sihir.”
laki-laki berkulit agak gelap itu mengangguk lagi lalu bangkit dari duduknya, “ayo masuk ke kelas. dua detik lagi bel berbunyi.” katanya.
jinyoung berdiri dari duduknya dan benar saja, bel berbunyi dengan kerasnya. beberapa murid bahkan ada yang menghela nafas kecewa. jinyoung menatap woojin di depannya. tidak, itu semua hanya kebetulan.
••••••
benar saja, woojin sekelas dengannya dan duduk hanya berbeda dua meja di sebelahnya. jinyoung duduk di kursinya dan membereskan buku pelajaran kelas pertama tadi. matanya membulat ketika melihat sebuah tulisan di atas mejanya. jinyoung sangat ingat dia hanya menulis sebuah perkenalan ‘halo, namaku bae jinyoung.’
tapi yang jinyoung lihat di sini bukan cuma namanya, tapi juga sebuah perkenalan balasan.
❝hello. my name is park jihoon.❞
jangan tanya seberapa bahagianya jinyoung ketika dia sadar bahwa seseorang juga mencoba berkenalan dengannya. berarti ada satu murid kelas 111 yang juga ingin berkenalan dengannya. jinyoung tidak menyangka akan hal itu. karena saking bahagianya, omega itu mengambil lagi pensilnya dan menulis di atas mejanya itu. melihat situasi di sekitarnya terlebih dahulu setelah itu baru dia mulai menulisnya.
❝how are you, jihoon?❞
————————
ajajajaja kadang
aku gemas lihat jinyoung
tapi kadang juga melting
ngeliat dia pake jaket
item kemarin zjxvsjfnsbye
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DESK.
FanfictionKetika sesuatu yang tidak kamu percayai menjadi kenyataan tak terduga. NOTE: Submisif!Jinyoung. Status: COMPLETED. ✔️