five

1K 318 63
                                    

fyi;
woojin is 19y.o
jinyoung is 18y.o
guanlin is 18y.o



woojin menatapnya dengan tatapan yang benar-benar membingungkan. sungguh, jinyoung sendiri tidak tahu darimana datangnya sapu tangan berwarna biru muda ini. “aku tidak tahu. seseorang melemparnya ke jendela rumahku.” jawab jinyoung pelan.

laki-laki 19tahun itu menghela nafasnya lalu menatap meja jinyoung yang penuh dengan coretan pensil. dia membaca tulisan-tulisan itu lalu melirik jinyoung. tanpa berbicara apapun, woojin langsung berjalan keluar kelas. jinyoung menatapnya bingung sekaligus takut. apa maksudnya?

tapi dia berusaha mengabaikan semuanya dan menganggap hal itu tidak terjadi. tangannya meraih sebuah novel yang baru saja dibelikan ayahnya kemarin malam. matanya mulai fokus pada novel itu dan membaca paragraf demi paragraf dengan benar-benar detail sampai dia tidak menyadari ada guanlin di depannya. tengah memperhatikannya sambil tersenyum gemasㅡ atau lebih tepatnya, seringaian.

jinyoung mengangkat kepalanya, “oh— astaga!” dia kaget mendapati guanlin di depannya saat ini.

“kau mengagetkanku!” bentak jinyoung pada guanlin.

yang dibentak justru tertawa. sungguh, jinyoung itu menggemaskan sekali jika sedang marah atau wajahnya sedang datar. sama sekali tidak terlihat menyeramkan. entah karena aroma omega yang dipancarkannya. yang pasti dia sangat menggemaskan.

“oke-oke. maafkan aku. hahaha.” kata guanlin sambil tertawa pelan lalu mengusak rambut jinyoung setelah itu dia langsung duduk ke kursinya.

beberapa menit kemudian, woojin kembali masuk ke kelas bertepatan dengan bel yang berbunyi. kelas yang tadinya ramai langsung berubah hening dan rapi. semua murid sudah kembali ke kursinya. guru keterampilan masuk. jinyoung ingat hari ini mereka akan melukis. beruntung dia tidak lupa membawa cat air dan kuasnya.

kelas sudah dimulai. mereka semua diminta untuk melukis sebuah pemandangan berdasarkan imajinasi mereka masing-masing. jinyoung sudah fokus pada canvasnya. si guru melukis, haseul, mulai berkeliling untuk melihat anak muridnya melukis. hanya jinyoung satu-satunya murid yang paling tenang di kelas. dongbin sudah mulai mengganggu murid perempuan, woojin sudah mulai tidak jelas menyampur warna catnya, dan guanlin yang sedari tadi tertawa karena temannya, choi yerim, terkena cat di bagian pipinya.

“gambarmu tenang sekali, jinyoung. ah jangan lupa berikan warna yang agak cerah di bagian ini.” kata haseul ketika dia sampai di tempat jinyoung.

omega itu mengangguk. dia mulai menyambur dua warna untuk menciptakan warna baru. haseul keluar dari kelas dan tepat ketika pintu baru saja tertutup, kelas mendadak ricuh. jinyoung agak heran apa ini benar-benar sekolah menengah atas atau taman kanak-kanak.

beberapa murid berlari-lari demi mengerjai temannya. misalnya memberikan cat pada wajah mereka dan lainnya. justin yang sedang berlari mengejar jinsol tidak sengaja menyenggol meja jinyoung dan menumpahkan seluruh catnya pada baju jinyoung. semuanya diam termasuk jinyoung.

“a-astaga! maafkan aku!” kata justin. “sungguh, maafkan aku! aku berjanji akan menggantinya.” sambungnya.

“tidak apa-apa.” jawab jinyoung sambil membereskan kotak cat dan kuasnya yang berserakan.

niatnya ingin mengambil sapu tangan yang tadi malam dia temukan langsung berhenti ketika tiba-tiba saja sapu tangan itu ada di atas mejanya. dengan secarik kertas.

aku tau kau
benar-benar butuh ini.

tanpa memperdulikan kertas itu, jinyoung membersihkan bekas cat di celananya dengan sapu tangan biru muda itu. yang entah mengapa, jinyoung merasa sapu tangan itu membuat kering celananya yang agak basah karena cat. walaupun bekas catnya tidak hilang.

dari ujung kelas, woojin memperhatikannya sambil tersenyum pada seseorang yang mungkin hanya woojin yang bisa melihatnya.


————————
puyeng guwa.

THE DESK.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang