Prolog

57 6 1
                                    

"Kita seperti garis paralel, sangat berbeda walaupun terlihat di tempat yang sama"

Keola kembali menghapus air matanya, lagi, lagi dan lagi. Hari yang cerah, pemandangan pantai yang indah dengan matahari yang mulai kembali keperaduannya, membuat kehangatan yang menyelimuti tubuh Keola mulai berganti dengan dinginnya angin pantai yang menambah kerapuhan hatinya.

Keola menunduk, menatap layar ponsel yang masih tergenggam erat di tangan kanannya. Ia membaca kembali pesan masuk dari kekasihnya. Tidak! Mantan kekasih. Karena setelah beberapa menit yang lalu pesan itu diterima olehnya, mereka sudah resmi menjadi mantan.

From : Fki👦
Aku sudah nggak sanggup lagi menjalani hubungan jarak jauh
Kita berteman saja, ya
Ini bukan salahmu, aku yang salah

"Berteman?" Keola mengulang satu kata yang kini mengganjal di hatinya.

Dengan mudahnya pria itu mengatakan 'kita berteman saja'. Berteman dengan seseorang yang dicintai itu tidaklah mudah. Seharusnya, jika dia tidak sanggup menjalani hubungan jarak jauh, katakan dari awal! Keola menyesal dengan mudahnya ia menerima pria itu menjadi kekasihnya dan sekarang ia harus merasakan sakitnya ditinggalkan.

Dan apa lagi ini?

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi"

Kesabaran Keola sudah habis, emosi telah menguasai dirinya. Ia membuka casing ponselnya dengan kasar dan membuang sembarang barang pemberian mantan kekasihnya itu. Ia juga melepas kartu yang mereka beli bersama saat pertemuan pertama sekaligus kencan pertama mereka.

Keola dan Rifki berawal dari kenalan di sosial media, lebih tepatnya Facebook. Awalnya, Keola tidak terlalu tertarik pada Rifki, mengingat pria itu lebih muda tiga tahun darinya. Namun, ketika Rifki meminta nomor ponselnya, Keola tetap memberikannya. Alasannya? Tentu saja karena pria itu tampan.

Seiring berjalannya waktu, mereka semakin dekat dan Keola mulai terbisa dengan keberadaan pria itu. Bahkan, jika pria itu tidak memberikan kabar lebih dari setengah hari Keola merasa ada kekosongan di harinya.

Satu setengah bulan berlalu, Rifki mengungkapkan perasaannya pada Keola dan wanita itu dengan senang hati menerimanya. Pertemuan pertama mereka terjadi saat libur pertengahan semester. Rifki berlibur ke rumah neneknya yang ternyata berada di kota yang sama dengan Keola. Walaupun, masih butuh waktu dua puluh menit perjalanan untuk sampai di rumah Keola.

Disitulah cinta Keola mulai tubuh semakin dalam. Selain karena wajah Rifki yang lebih tampan saat dilihat secara langsung, lesung pipi dan hidung mancung yang menambah kesempurnaan fisik pria itu. Rifki juga punya sikap yang lebih dewasa dari pria sebayanya. Membuat Keola seakan lupa kalau lelaki itu lebih muda tiga tahun darinya.

Namun, itu hanyalah kenangan. Kenangan indah yang sekarang telah bercampur dengan kekecewaan. Tidak mampu mempertahankan hubungan mereka dan seharusnya dilupakan saja.

Keola bangkit dari duduknya, melempar padangannya jauh kearah lautan sambil menarik nafas panjang dan butiran air mata kembali menggenang di pelupuk matanya seiring dengan hembusan nafasnya. Keola mengedipkan mata beulang-ulang kali, berusaha agar cairan bening itu tidak kembali jatuh.

Setelah dirasa cukup, Keola berjalan dengan langkah berat menaiki tangga menuju pintu keluar.

"Kita akhiri sampai disini saja, ya!"

Langkah Keola terhenti, ia menoleh kearah datangannya suara. Sepasang kekasih terlihat sedang duduk berhadapan di sebuah kursi panjang yang berjarak lima meter dari Keola dengan posisi sang pria menghadap Keola, namun tidak menyadari kehadirannya.

Raut wajah sang pria yang awalnya bahagia kini berubah terkejut sekaligus khawatir.

"Kenapa?"

"Aku akan melanjutkan kuliah di luar kota dan kita akan jarang bertemu"

Sang pria menggenggam kedua tangan kekasihnya, menatap mata wanita tersebut dengan tulus. Namun, wanita itu malah melepaskan genggaman tangannya kemudian memalingkan wajah.

"Aku nggak masalah, kita kan masih bisa saling menghubungi. Walaupun nggak bisa bertemu secara langsung, bukankah kita masih bisa video call?," lirih pria itu berusaha untuk tetap mempertahankan hubungan mereka.

Seakan tidak mendengar, sang wanita berdiri kemudian berbalik, "Jangan pergi!" lirih pria itu lagi sambil mendongakkan kepalanya.

Tidak ada jawaban, wanita itu hanya melirik sekilas. Sebelum akhirnya ia melangkah pergi dan melewati Keola yang masih menatap lekat wajah wanita itu.

"Berhentilah menatapku!" ketus wanita itu sambil menarik ke bawah ujung topi Keola, membuat Keola terhuyun ke depan dan hampir saja terjatuh kalau tangannya tidak dengan cepat berpegangan pada lengan wanita itu. 

tbc

21.11.2017

Ini Teenfiction pertamaku
Semoga kalian semua suka😊

Love Isn't OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang