‘Bertemu denganmu adalah apa yang aku mau’
Alvis dan Wiliam membuka pintu gerbang rumah Hamdan kemudian memarkirkan motor mereka sembarangan, yang penting bagi mereka adalah tidak di pinggir jalan raya dan aman.
Berjalan beberapa langkah dari motor, mereka menuju bangku panjang yang ada di halaman depan rumah tersebut. Alvis mengangkat kakinya ke atas meja dan meletakkan tas ransel yang ia bawa di samping kakinya.
Kemudian mendongakkan kepala, “Hamdannnn” teriaknya.
“Turun woy! Kami di luar nih” sambung Wiliam.
“Berisik” sahut Hamdan yang sekarang berdiri di teras atas kamarnya.
“Cepat keluar! Oya, jangan lupa bawa minuman”
“Sekalian cemilan yang ada di dalam kulkas bawa keluar semua!” sambung Alvis sambil membuka coklat yang ia dapatkan sebagai kado ulang tahunnya.
Beberapa menit kemudian Hamdan keluar membawa pesanan kedua temannya itu. Rambutnya berantakan dengan handuk yang masih melekat di atas kepala, air yang jatuh dari ujung rambutnya membuat bagian atas kaosnya basah.
“Kamu baru selesai mandi?”
Hamdan mengangguk. Wiliam melirik sekilas kemudian kembali fokus pada layar ponselnya. Ia masih sibuk menebar rayuan mautnya, berharap malam ini bisa mendapatkan satu dari sekian banyak wanita yang ada di kontak ponselnya.
“Malam banget”
“Ini gara-gara Keola, dia muntah di dalam mobil. Gila, udah bau banyak lagi, aku sampai ikutan mutah juga bersihinya” eluh Hamdan mencurahkan kekesalannya.
Di dalam hatinya ia bersumpah setelah hari ini tidak akan membiarkan Keola masuk ke dalam mobilnya lagi. Walaupun cuma sesenti.
"Bagaimana kalau aku yang muntah?" tanya Wiliam sambil menaik-turunkan alisnya.
"Ku masukin lagi ke mulutmu"
"Hahaahaaaa" Wiliam dan Alvis tertawa terbahak-bahak.
Ternyata ibu seorang dokter menjamin anaknya tahan dari hal-hal menjijikan.
“Diamlah! Kalian membuatku semakin kesal”
Wiliam dan Alvis menghentikan tawa mereka, sepertinya Hamdan sedang sangat kesal dan sebelum pria itu mengamuk kemudian menendang mereka keluar. Mereka memilih jalan aman yaitu diam.
Selain ke rumah Handan, mereka tidak punya tempat tujuan lain untuk melewati malam minggu yang selalu kelam ini.
Mungkin setelah kejadian ini, mereka akan lebih giat lagi mencari pasangan agar status jomlo akut ini bisa segera berakhir.
“Mana cemilannya?” tanya Wiliam tidak melihat ada snack kesukaannya.
Ia beralih mengeluarkan seluruh isi tas Alvis yang isinya tidak ada jenis makanan lain selain coklat.
“Aku rasa mahasiswi-mahasiswi itu berniat membuatmu diabetes”
“Itu” Hamdan menunjuk sebungkus biskuit di atas nampan.
“Iya aku tahu, maksudku apa nggak ada yang lain lagi?”
“Nggak”
Alvis menengadahkan tangannya sambil tersenyum lebar dengan mata yang ia sipitkan dan memasang wajah semanis mungkin. Bukankah di kampusnya, pria sipit lebih banyak digemari?
Saking terobsesinya mahasiswi-mahasiswi itu, bahkan tidak bisa membedakan antara sipit dengan kurang tidur.
Tapi sayangnya dimata Handan sebagai pria normal, itu tidak ada manis-manisnya dan tidak imut sama sekali.
![](https://img.wattpad.com/cover/129327039-288-k119848.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Isn't Over
Novela Juvenil"Kau mengakhiri semua ketika aku sudah benar-benar mencintaimu Taukah kau mengobati luka tak semudah itu? Melupakan, aku butuh tak sedikit waktu Menjalin hubungan jarak jauh itu bukanlah sebuah musibah, tapi kenapa kau menjadikan itu sebagai alasan...