Part 2

36 4 2
                                    

“Kau tetap bersinar, kau masih seperti bunga yang mekar”

Keola kembali masuk ke dalam kelas dan duduk di kursinya. Pikirannya masih tertuju pada kejadian beberapa menit yang lalu.

Dia kembali, luka seperti tidak berarti, hati masih belum berarih.

“Bolehkan aku duduk disini?”

Keola menoleh, wanita mengenakan blouse berwarna putih dan skinny jeans sekarang berdiri di hadapannya sambil sesekali menyisir rambut ombre hitam abu-abu miliknya. Nama wanita itu adalah Filzah.

‘Putih’ batin Keola. Ia berdecih kesal, gara-gara Alvis sekarang yang ada di otaknya hanyalah tentang kulitnya yang semakin gelap.

“Ihh, lama banget mikirnya”  Filzah meletakkan bukunya di atas meja kemudian duduk tanpa menunggu jawaban dari Keola.

“Ohh, y-ya udah duduk aja” balas Keola terbata-bata sambil menarik lengan bajunya yang sebenarnya walaupun ia tarik berkali-kali panjangnya tetap tidak akan mampu melewati pergelangan tangannya.

“Hei, itu tempat dudukku”

Keola menoleh, pria itu datang lagi.

“Apa ini memang tempat duduknya?” tanya Filzah sambil menatap Keola.

Keola menggelengkan kepala, “Itu milik kampus, bukan miliknya”

“Tuh udah dengar sendirikan?”

“Aish, kenapa kamu nggak ngerti sih?” tanya Alvis mulai kesal.

“Aku mau pindah, asalkan....” Filzah menggantung kalimatnya, ia tersenyum sambil melirik ke arah Hamdan. Menyadari sedang diperhatikan Hamdan memalingkan wajahnya, ia berbalik dan duduk di kursi belakang Keola.

“Duduknya sama Hamdan” lanjut Filzah yang langsung mendapat balasan gelengan kepala dari Hamdan.

“Nggak mau” tegas Hamdan sambil meletakkan tas di atas kursi yang ada di sampingnya.

“Udah, duduk sama aku aja! Lagian juga, Hamdan udah ada yang punya” bujuk Wiliam sambil menepuk-nepuk kursi di sampingnya, “Tuh udah sekalian aku bersihin”

Filzah menggelengkan kepala sambil mengkerucutkan bibirnya, “Aku cuma maunya sama Hamdan”

“Hamdan” panggil Alvis dengan wajah memelas.

Hamdan menghela nafas berat dan dengan berat hati ia memindahkan tasnya ke atas meja. Tanpa diperjelaspun Filzah sudah mengerti kalau itu pertanda bahwa Hamdan mengizinkan ia duduk disampingnya.

Filzah memindahkan barang-barangnya dengan semangat ke meja yang ada di belakangnya.

“Jangan dekat-dekat!” titah Hamdan pada Filzah yang baru saja duduk di sampingnya.

“Suami istri aja masih mungkin bercerai, apalagi cuma status berpacaran”

Hamdan menoleh, menatap Filzah tajam. Seakan-akan tidak pernah mengatakan sesuatu hal yang salah, wanita itu membalasnya dengan senyuman santai.

Love Isn't OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang