"Berharap keajaiban datang dan membuat kau lebih mencintaiku"
Alvis terus mengejar Keola hingga mereka sampai di depan rumah Hamdan.
"Lagi olahraga ya?"
Keola berhenti dan menoleh. Wiliam sedang berdiri sambil bersandar di pagar dan lagi-lagi coklat. Pria itu sedang memakan coklat sama dengan yang baru saja di makan Alvis. Wiliam menghentikan kegiatan mengunyah coklatnya setelah menyadari Keola terus menatapnya.
"Kamu mau?" Wiliam menawarkan coklat yang baru saja digigitnya dan masih tersisa setengah.
Puk
Seseorang tiba-tiba memeluk Keola, iapun refleks menoleh.
"Huah, kamu semakin berani ya sekarang"
Wiliam mengacungkan jempolnya ke atas, ini pertama kalinya ia melihat Alvis benar-benar nekat. Cinta bisa membuat seseorang menjadi lebih berani dan Wiliam sangat yakin setelah ini kalau tidak ditampar temannya itu pasti akan ditendang.
"Aaaaaaaa" teriak Keola.
Bukan karena terkejut Alvis yang tiba-tiba memeluknya, melainkan karena plastik berisikan kuah bakso yang masih panas mengenai tangannya.
Alvis yang juga ikut terkejut langsung menjauh.
Bug
Seseorang tiba-tiba melayangkan pukulan dan tepat mengenai wajah Alvis. Alvis terhuyun ke belakang beberapa langkah dan hampir terjatuh kalau saja Wiliam tidak dengan cepat menahan tubuh Alvis.
Keola berbalik. Kiki, pria berumur empat tahun lebih muda darinya itu adalah pelakunya. Keola hanya diam, ia masih bingung harus berbuat apa, marah atau berterima kasih.
Di tengah kebingungannya Keola, Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Kiki menarik tangan Keola dan membawa wanita itu pergi.
"Kak_" Difa menghentikan kalimatnya saat menyadari ada yang berbeda dari Keola dan Kiki, wajah mereka berdua terlihat sangat serius.
Keola melepaskan dengan paksa genggaman tangan Kiki, "Kenapa kamu memukulnya?"
"Aku nggak su..." Kiki menggantung kalimatnya, kemudian memalingkan wajah, "Aku hanya mencoba melindungimu"
"Tapi kamu nggak harus memukulnya"
Keola tidak tahu apa alasan sebenarnya ia mengucapkan kalimat itu, yang pasti hanya satu hal ia merasa tindakan Kiki itu terlalu berlebihan.
"Kenapa? Kamu nggak suka?" Kiki mulai menaikan nada bicaranya.
"Iya, aku nggak suka" balas Keola tidak mau kalah.
"Kenapa? Kamu naksir sama dia?"
Keola terdiam, lidahnya terasa keluh. Ingin ia berkata 'tidak' tapi kata itu seperti menyangkut di ujung lidahnya menolak untuk keluar. Ingin berkata 'iya' tapi logikanya tidak mau membenarkan.
"Jangan panggil aku lagi dengan panggilan kamu! Biar bagaimanapun, aku ini lebih tua darimu" akhirnya kalimat itu yang berhasil lolos dari mulut Keola.
Menurutnya mengalihkan pembicaraan adalah pilihan terbaik saat ini. Kiki menahan tangan Keola saat Keola berjalan melewatinya.
"Aku menyukaimu, ka.....ka-kak" ucap Kiki pelan. Tapi karena jarak mereka yang dekat, Keola masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas.
"Diamlah! Aku mau tidur" teriak Ifat dari dalam kamarnya.
Sungguh, ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Giginya semakin berdenyut nyeri setiap kali mendengar suara berisik di halaman depan rumahnya. Mereka melarang dirinya untuk bermain gitar sambil bernyanyi sedangkan mereka tertawa, berbicara dengan keras dan bahkan berteriak di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Isn't Over
Teen Fiction"Kau mengakhiri semua ketika aku sudah benar-benar mencintaimu Taukah kau mengobati luka tak semudah itu? Melupakan, aku butuh tak sedikit waktu Menjalin hubungan jarak jauh itu bukanlah sebuah musibah, tapi kenapa kau menjadikan itu sebagai alasan...